Mengenai Penataan Permukiman PEMAHAMAN MENGENAI PERMUKIMAN

commit to user II - 15 - Rumah sebagai penunjang kesempatan opportunity keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan. - Rumah sebagai penunjang rasa aman security dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan the form of tenure.

3. Mengenai Penataan Permukiman

a. Metode Penataan Permukiman

Untuk kawasan di atas tanah legal slums: 1 Model Land Sharing Yaitu penataan ulang di atas tanah dengan kepemilikan masyarakat cukup tinggi. Masyarakat akan mendapatkan kembali lahannya dengan luas yang sama dengan memperhitungkan kebutuhan untuk prasarana umum jalan, saluran, dan sebagainya. Beberapa prasyaratnya antara lain: - Tingkat kepemilikanpenghunian secara sah cukup tinggi dengan luasan yang terbatas. - Tingkat kekumuhan tinggi dengan ketersediaan lahan yang memadahi untuk menempatkan sarana dan prasarana dasar. - Tata letak permukiman belum berpola. 2 Model Land Consolidation Model ini juga menerapkan penataan ulang di atas tanah yang selama ini telah dihuni. Beberapa prasyaratnya antara lain: - Tingkat penguasaan lahan secara tidak sah tidak memiliki bukti primer pemilikan atau penghunian oleh masyarakat cukup tinggi. - Tata letak permukiman tidakkurang berpola, dengan pemanfaatan yang beragam tidak terbatas pada hunian. - Berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan fungsional yang lebih strategis dari sekedar hunian. Untuk kawasan di atas tanah ilegal squatters: 1 Resettlement Pemindahan penduduk menuju pada suatu kawasan yang khusus disediakan. Pemindahan ini perlu dilakukan bila permukiman berada di kawasan fungsional yang akan direvitalisasi sehingga bertujuan juga untuk memberikan nilai ekonomi bagi pemerintah. 2 Konsolidasi Lahan commit to user II - 16 Apabila dalam kawasan tersebut akan dilakukan refungsionalisasi kawasan dengan catatan sebagian lahan yang disediakan masih bagi lahan hunian, guna menampung penduduk yang kehidupannya sangat bergantung pada kawasan sekitarnya serta bagi penduduk yang masih ingin tinggal di kawasan ini. Salah satu pemecahannya adalah penempatan dalam rumah sewa.

b. Studi Penataan Permukiman

1 Penataan Permukiman di Kali Anyar, Mojosongo 17 Diawali keinginan warga untuk memperjuangkan kepemilikan tanah secara serempak. Mulanya beberapa tidak dapat dikabulkan karena berbagai permasalahan. - Tempat tinggal warga berada di area bentaran Kali Anyar. - Beberapa berada dalam 10 meter garis sempadan sungai. - Terkena proyek pelebaran Jln. Tentara Geni Pelajar. - Lokasi merupakan area luapan banjir sungai. Permasalahan tersebut dapat menjadi alasan kuat diadakan relokasi. Akan tetapi Pemda mengajukan alternatif lain yaitu kepemilikan tanah dapat diperoleh apabila warga bersedia lahannya ditata ulang. Lokasi merupakan kawasan permukiman yang padat dengan letak permukiman yang tidak teratur. Hal ini telah menyebabkan timbulnya slum. Fasilitas MCK, selokan pembuangan, listrik, serta penyediaan air bersih pada permukiman ini tidak tersedia cukup. Terdapat 61 rumah 61 KK dengan kondisi fisik yang kotor, tidak beraturan. Material yang dipakai kebanyakan menggunakan triplek atau anyaman bambu dan lantai plester serta banyak yang tidak berventilasi. Jumlah rumah dengan kondisi demikian ada 65 atau sekitar 40 rumah. Kondisi rumah dengan anyaman bambu dan lantai tanah ada 21 atau 12 rumah. Sisanya rumah yang sudah lebih permanen. Kemudian diadakan peremajaan pada lahan ini dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, ditetapkan batas fisik lahan bantaran yang diperbolehkan untuk didirikan diatasnya hunian. Pada penataannya, 61 unit yang ada dibagi menjadi 51 rumah dan 10 kios. Desain rumah dibuat seragam, bentuknya bertingkat yaitu sekitar 35 m 2 . Material menggunakan batu bata, kayu dan genteng keramik untuk atap, serta lantai berupa plesteran dan ubin. Kondisi ini telah memenihi standar rumah sehat oleh Umar Fachmi Ahmadi Komarudin, 1996. Fasilitas kawasan ini juga telah diperbaiki hingga telah layak digunakan. Jalan lingkungan berpaving. Terdapat area parkir yang memadai, penerangan jalan yang cukup, pohon peneduh di sepanjang sungai, dan taman-taman di depan rumah dan beberapa taman public. Saluran air bersih 17 Dikutip dari Laporan Tugas Akhir, Sarah Kuji Yosephine, “Penataan Bantaran Sungai Tipes”, UNS. commit to user II - 17 Gambar 2.14 Permukiman Kali Code Sumber: proconcervation.blogspot.com, 6 Desember 2009 terdapat di tiap belakang rumah dan septic tank komunal terdapat pada masing-masing blok rumah sebanyak 5 unit. Disediakan sambungan telepon dan juga listrik. Selain itu disediakan sarana beribadah yang cukup. 2 Penataan Permukiman Bantaran Kali Code, Yogyakarta 18 Kampung Code Utara di Yogyakarta merupakan contoh keberhasilan proyek alternatif penggusuran warga. Kampung sederhana binaan mendiang Yusuf Bilyarta Mangunwijaya ini tertata apik dengan berbagai fasilitas, tempat bermain, WC umum, rumah susun yang sehat, dan balai warga. Awalnya, Kampung Code ini merupakan permukiman liar yang sangat kumuh dan suram. Status tanah di bawah jembatan Gondolayu ini tidak bertuan, sehingga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang belum memiliki hunian untuk menjadikan wilayah ini sebagai tempat tinggal dengan bangunan seadanya, sangat menggambarkan kondisi masyarakat miskin kota. Bangunan yang ada sebagaian besar terbuat dari kardus dan triplek. Bila musim penghujan, ancaman banjir datang. Pada tahun 1984, pemerintah berencana merelokasi daerah tersebut setelah terjadinya bencana banjir. Pemerintah beralasan daerah tersebut 18 www.fardhani.com commit to user II - 18 Gambar 2.15 Sketsa Bantaran Sungai Sumber: Dokumentasi pribadi tidak layak untuk hidup. Saat itu masyarakat menolak adanya penggusuran ini. Awalnya Romo Mangun datang karena faktor kemanusiaan pasca bencana banjir, tetapi kedekatan terhadap masyarakat memicu nalurinya untuk menata kampung ini menjadi lebih baik dan sehat. Romo Mangun menata ulang permukiman yang ada sehingga fasilitas umum menjadi terpenuhi seperti WC umum, open space untuk bermain, balai serbaguna yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat belajar dan tempat pertemuan warga. Romo Mangun juga mampu mengubah mental masyarakat di kampung Code sehingga mereka memiliki profesi yang lebih baik seperti pedagang, tukang parkir maupun karyawan toko. Kampung Code memiliki aset kampung berupa rumah-rumah peninggalan Romo Mangun dan ada konvensi tak tertulis di dalamnya. Rumah-rumah tersebut tidak boleh dikalim oleh siapapun. Yang boleh menempati rumah tersebut adalah warga Code yang benar-benar belum memiliki rumah atau bagi gelandangan homeless. Jika suatu saat keadaan ekonomi membaik, atau anggota keluarga”habis” karena telah meninggal dunia atau menikah dan keluar dari Kampung Code, maka rumah tersebut harus dikembalikan kepada kampung dan digunakan kembali oleh warganya yang benar-benar membutuhkan.

C. PEMAHAMAN MENGENAI BANTARAN SUNGAI