commit to user
II - 3
kota sebagai area resapan, membangun tanggul untuk menjaga konsistensi ruang untuk air, dan sebagainya.
Kedua, menghilangkan fungsi dari banjir. Upaya dilakukan berkaitan dengan lokasi. Pemilihan lokasi yang aman, baik swadaya maupun oleh peran penting
pemerintah melalui kebijakan regulatifnya dapat diupayakan. Kendati dua metode di atas telah dilakukan, faktanya masih ada fenomena
limpasan air yang tak terkendali hingga mencapai area fungsional, atau di sisi lain masih banyak ditemui fungsi-fungsi terbangun pada area banjir. Inilah permasalahan
banjir era modern, masih dan makin ada saja kontak antara fungsi terbangun dengan banjir.
3. Pemanfaatan Ruang Daerah Banjir
Penganti-banjiran, konsep lain yang dapat dilakukan
7
sebagai jalan keluar pemanfaatan lahan banjir. Prinsipnya bahwa dengan adanya kontak antara fungsi
dengan banjir, relatif tidak terjadi gangguan atau kerugian. Pengalaman tentang arsitektur anti banjir dapat dianalogikan dari berbagai pemikiran terhadap kondisi
keruangan yang identik.
a. Arsitektur AirPerairan
Proses pembentukan ruang tidak terbatasi oleh karakter tempat. Pada dasarnya, keberhasilan produk arsitektur adalah fungsi. Ketika suatu
perencanaan berada pada area perairan, yang terpenting adalah bagaimana fungsi itu mampu terpresentasikan dengan baik, dengan rekayasa tertentu
untuk menunjang dan membentuk ruang. Didukung berbagai ide inovasi dan teknologi sekarang ini, membangun di area air bukanlah hal yang sulit atau
mustahil. Paradigma mengenai “lokasi” sebagai “lahan” berkembang menjadi
pemahamannya sebagai “ruang” memunculkan ide-ide meruang pada lokasi perairan, serupa dengan munculnya ide mengenai pengembangan hunian
vertikal di mana sudah tidak lagi dihiraukan keberadaan “lahan” terhadap fungsi. Teknisnya, pemanfaatan ruang terhadap perairan yang tipikal ada dua.
Pertama, pemanfaatan ruang dalam air, terwujud berupa teknologi nautika kapal selam, terowongan lintas pulau, akuarium bawah air, dan sebagainya.
Yang kedua, pemanfaatan ruang di atas permukaan air, wujudnya berupa peninggian permukaan, berbagai bentuk jembatan, kapal dan perahu, tambang
minyak lepas pantai, dan sebagainya. Dalam arsitektur, teknis di atas diadopsi sebagai sebuah pemecahan
persoalan meruang terhadap lingkungan perairan, munculnya ide-ide tentang kota-kota berbasis air, resort lepas pantai, bangunan di tepi sungai, sea world,
rumah di dataran banjir, dan penerapan yang lain.
7
Maksudnya selain dua metode yang telah disampaikan sebelumnya yaitu mengenai penghilangan kontak antara fungsi dengan banjir..
commit to user
II - 4
Sebagai objek pada perairan, pembahasan arsitektur bangunan air juga tidak lepas dari aspek aliran air terhadap perencanaan yang bersangkutan. Terlebih, di
sini sungai merupakan perairan dengan karkteristik air yang tidak statis, memiliki aliran atau kecepatan dan arah gerak. Pada ilmu hidrolika, sungai sendiri
merupakan jenis saluran terbuka. Pembahasan hidrolika berkaitan dengan seberapakah aliran air berpengaruh terhadap objek desain yang ada, atau
sebaliknya.
b. Sedikit Teori dan Ketentuan Teknis Pemanfaatan Ruang Banjir
Meng-anti banjir dilakukan dengan dasar bahwa secara garis besar, ada tiga bentuk respon terhadap bahaya banjir yang dapat dilakukan oleh manusia.
8
- Adjustment penyesuaian,
mengarah pada penataan manusia juga meliputi
produk dan sarana pemenuh kebutuhan manusia, karena banjir tidak akan menjadi problem jika tidak ada manusia yang terkena dampak.
- Protection perlindungan merupakan bentuk perlindungan manusia
terhadap banjir dalam bentuk modifikasi saluransungai, lebih mengarah pada perlakuan pada lingkungan terjadinya banjir untuk meminimalisasi
luapan ke daerah terlindung. -
Abatement pengurangan potensi merupakan
upaya perlindungan banjir yang lebih komplek karena membentuk perlakuan terhadap DAS secara
menyeluruh. Mengenai pemanfaatan bantaran untuk kawasan terbangun, ada sedikit
teknis untuk segi arsitektural mencakup teknis bangunan dan tata lahan.
9
Dalam
pengolahan lahan, sebagai salah satu bagian dari penanganan banjir,
pengelolaan dilakukan dengan berprinsip pada konservasi lahan dan air. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara-cara berikut.
- Pembuatan terasering.
8
Berdasarkan buku “Floods, A Geographical Approach” karya Roy Ward.
9
Berdasarkan “Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Rawan Bencana Banjir” yang dikeluarkan oleh Ditjen Penataan Ruang Dept. PU.
Gambar 2.2
Gambaran Arsitektur dan Air pada Desain Water Cities Wierdedorp Ezinge dan Palm Jumeirah Dubai
Sumber: www.core77.com, 17 Desember 2010
commit to user
II - 5
- Penghijauan dengan tanaman keras.
- Pembuatan saluran-saluran tanah yang dapat mengurangi erosi tanah, yang
dapat menyebabkan sedimentasi sungai. -
Pembuatan sumur resapan. -
Rehabilitasi situ-situ. -
Pembuatan check dam di badan sungai untuk menanggulangi erosi dasar sungai.
Metode flood proofing merupakan cara yang dapat digunakan sebagai salah
satu metode dalam perancangan bangunan di area banjir. Tujuan dari flood
proofing untuk mengurangi dampak bencana pada saat kejadian banjir minimalisasi permasalahan banjir.
Prinsipnya yaitu menghindarkan area fungsional pada bangunan dari kemungkinan capaian banjir, antara lain dengan rekayasa elevasi muka tanah
atau elevasi muka struktur, serta menggunakan materialbahan bangunan tahan air dan tekanan. Flood proofing dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa aspek. -
design flood level, yang merupakan ketinggian permukaan air banjir maksimum atau yang sering terjadi baik dari perhitungan, analisa dan
perkiraan, maupun dari kejadian yang pernah terjadi. -
Tinggi jagaan free board, sebagai toleransi dari ketinggian perkiraan air banjir. Kisarannya yaitu 30 cm hingga 50 cm di atas design flood level. Aspek
ini berkaitan dengan flood proofing dengan cara meninggikan elevasi dari bagian fungsional bangunan.
- Penentuan lokasi yaitu di tepi dataran banjir flood fringe.
Dalam perencanaan area banjir menjadi lahan terbangun harus memperhatikan resiko banjir flood risk yang nantinya dapat menjadi input
dalam penentuan zonifikasi dataran banjir floodplain zoning, meliputi beberapa aspek yang sifatnya non fisik yang menentukan tingkat resiko banjir
seperti besarnya banjir yaitu kedalaman dan kecepatan aliran banjir karakteristik banjir, efektifnya waktu peringatan banjir, kesiapan menghadapi
banjir, kecepatan naiknya elevasi banjir, lamanya genangan yang dapat terjadi,
Gambar 2.3
Skema Teknis Flood Proofing Sumber: “Pedoman Pemanfaatan Kawasan Rawan Bencana Banjir”
commit to user
II - 6
halangan-halangan aliran air banjir, tingkat kerusakan bencana banjir, dan masalah evakuasi jika diperlukan.
c. Flood Proofing Sebagai Inovasi Arsitektur Merespon Banjir
Menurut Kiran Curtis
10
pada kompetisi flood proof houses yang diadakan oleh Norwich Union dan RIBA, dengan memandang fenomena banjir yang
sifatnya universal, menjelaskan bahwa strategi pendekatan untuk desain pada resiko banjir secara umum dapat menggunakan salah satu dari empat metode.
1 Rumah dengan rekayasa elevasi. Prinsip ini serupa dengan rumah panggung.
2 Rumah apung atau amphibious. Rumah ini merupakan adopsi sifat apung
dari teknologi nautika kapal dan perahurakit-rakit sederhana. 3
Rumah dengan dry flood proofing, atau dengan pertahanan terhadap intervensi banjir resilient. Pada dasarnya, bagian luar rumah berfungsi
sebagai penahan benteng aliran air agar tidak masuk ke bagian fungsional rumah. Aspek struktur dan kekuatan material sangat penting di sini.
4 Rumah dengan wet flood proofing, yang tidak bermasalah walaupun
diintervensi oleh banjir. Ini adalah skema yang fleksibel dengan melibatkan rumah berlantai lebih dari satu. Sederhananya, ketika banjir, lantai dasar
dibiarkan “mati” untuk sementara, habit masih bisa berlangsung di lantai atas bangunan.
d. Studi pada Ide Desain yang Merespon Banjir
Arsitektur dengan respon terhadap banjir bukanlah hal yang baru karena permasalahan banjir merupakan permasalahan primitif, telah ada seiring adanya
manusia sebagai subjek yang mempermasalahkan banjir. Akan tetapi, hal tersebut juga bukan sesuatu yang umum dan banyak dilakukan karena lokasi
banjir kebanyakan bukan merupakan pilihan bertempat kecuali sebuah keterpaksaan.
Oleh karena itu beberapa gagasan ideal mengenai peresponan banjir pada perencanaan bangunan di daerah banjir yang sudah ada dapat dipakai sebagai
acuan penggagasan desain. Sesuai penuturan Kiran Curtis, desain dengan peresponan banjir yang ada
teridentifikasi memiliki prinsip-prinsip flood proofing. Terlepas dari stimulasi ideal, nyatanya peresponan banjir memang telah banyak diterapkan pada
perancangan bangunan yang sudah ada. Banjir sebagai kondisi alam yang ekstrim kadang menghasilkan desain arsitektur yang unik pula, karena memang
perubahan skala prioritas terutama demi keamanan kadang harus meninggalkan ukuran-ukuran estetika publik yang dicerminkan oleh wujud-wujud standar
relatif bangunan “konvensional” yang lebih dahulu ada.
10
Principle dari KCA Architect
commit to user
II - 7
1 Rekayasa Elevasi Bangunan
Tipologi panggung sudah menjadi ciri rumah tradisional khususnya di kawasan Asia Tenggara, beberapa di antaranya di Indonesia seperti Rumah
Panjang, Rumah Panggung, Rumah Gadang dan beberapa yang lain. Sejak awal, bentuk panggung diterapkan untuk menghindari bahaya. Banjir dan
hewan buas merupakan yang dimaksud.
Selanjutnya, fungsi panggung semakin berkembang sesuai dengan kebutuhan dan pemikiran akan tuntutan efisiensi. Mengingat bahwa banjir
sifatnya insidental, juga intensitas kondisi banjir tentu lebih jarang dibanding kondisi normal, selebihnya sela di bawah panggung digunakan untuk
penyimpanan, kandang, bekerja, dan sebagainya yang lebih fungsional daripada
sekedar untuk
ruang toleransi
air. Dengan
tetap mempertimbangkan resiko banjir, pemanfaatan kolong panggung bukan
untuk fungsi krusial, melainkan fungsi kebutuhan sekunder. Kini bentukan panggung tersebut tidak lebih dari sekedar ciri rumah
adat regional lokasi yang bersangkutan. Yang aktual, ada beberapa rumah tradisional dengan panggung yang masih “berfungsi” seperti contohnya
rumah tradisional Suku Asmat di Sungai Pomako.
Lebih modern, Hind House oleh John Pardew adalah contoh rekayasa
elevasi bangunan. Hunian yang berada di tepi sungai ini dibuat berada lebih
Gambar 2.4
Beberapa Tipologi Rumah Tradisional Berpanggung Sumber: www.koran-jakarta.com, 17 September 2010
Gambar 2.5
Rumah Tradisional Suku Asmat yang Ada di Perairan Sumber: adikurnia.wordpress.com 17 September 2010
commit to user
II - 8
Gambar 2.7
MOS Floating House Sumber: www.egodesign.ca, 17 Desember 2010
Gambar 2.6
Hind House by John Pardew Sumber: www.topinteriordesign.com, 17 Desember 2010
tinggi dari permukaan tanah dengan tiang-tiang penyangga. Bagian bawah panggung dibiarkan berupa space kosong yang mungkin dapat dimanfaatkan
untuk sekedar memarkir mobil. Akses menuju rumah menggunakan tangga. Konstruksi rumah cukup sederhana, berupa struktur rangka metal dan kayu
sebagai dindingnya.
2 Floating atau Amphibious
Konsep floating dapat dilihat dari MOS Floating House. Daripada rumah
anti banjir, penerapan floating lebih karena lokasinya yang berada di perairan. Sub-strukturnya menggunakan bentuk drum-drum yang dirangkai
untuk menunjang pengapungan. Dengan mekanisme pengapungan yang sederhana ini, konstruksi rumah bagian atas dibuat menggunakan material
yang ringan.
Konsep amphibious dapat dicontohkan pada Brad Pitt’s Floating House.
Serupa dengan mekanisme floating, hanya saja normalnya rumah berada di atas daratan. Struktur rumah tetap dengan pondasi dan kolom, akan tetapi
dengan mekanisme pengapungan, pelat rumah dapat bergerak vertikal, menyesuaikan ketinggian banjir yang terjadi.
commit to user
II - 9
Gambar 2.9
Desain Rumah dengan Wet Flood Proofing oleh Eleena Jamil Architects dan oleh Nissen Adams LLP
Sumber: “Flood-proof Houses for the Future: A Compendium of Design”
Gambar 2.8
Desain Rumah oleh Pohkit Goh Sumber: “Flood-proof Houses for the Future: A Compendium of Design”
3 Dry Flood Proofing
Pada penerapannya, metode ini sangat sedikit digunakan karena resikonya tinggi. Metode ini lebih familiar pada kondisi banjir yang kecil,
dengan peresponan menyerupai sistem dam-dam sederhana. Desain
resilient house Pohkit Goh dapat menjadi contoh aplikasinya. Pada
bangunan dengan bentuk kotak sederhana, kaca sebagai bagian luar bangunan yang dominan dibuat dengan ketahanan terhadap air sehingga
banjir tidak dapat masuk ke rumah. Kekuatan kaca tersebut dibantu oleh susunan kayu-kayu, tidak hanya sebagai pelindung, namun juga menunjang
estetika.
4 Wet Flood Proofing
Metode ini biasanya disertai dengan sistem peruangan yang fleksibel pada lantai dasar untuk menunjang keamanan properti dan kemudahan
evakuasi. Sirkulasi air dalam ruangan menjadi penting agar tidak merusak
commit to user
II - 10
Gambar 2.10
Gambaran Kawasan Dordrecht Municipality Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010
atau aliran air tidak menjadi terhambat. Contohnya dapat dilihat dari desain
rumah oleh Eleena Jamil Architects dan juga Nissen Adams LLP berikut.
Perencanaan unit rumah yang tipikal memungkinkan terbentuk jalur sirkulasi darurat saat banjir yang dapat diakses melalui lantai atas masing-
masing.
Secara umum, ada pula Dordrecht Municipality, hunian massal berwujud
apartemen dan rusun dengan unit yang berbeda-beda, yang menggunakan gabungan beberapa metode flood proofing. Desain ini masih dalam tahap
pembangunan. Lokasinya berada di tepi sungai di Dordrecth yang telah diketahui berpotensi terjadi banjir.
Gambar 2.11
Macam Flood-proof pada Unit-unit Bangunan Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010
commit to user
II - 11
Gambar 2.12
Perubahan Ketinggian Permukaan Air Terhadap Bangunan Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010
Gambar 2.13
Analisa Kawasan Dordrecht Municipality Sumber: www.baca.uk.com, 13 Agustus 2010
Bangunan ini diadakan karena kebutuhan masyarakat akan hunian yang besar. Urgensi yang muncul untuk pemanfaatan lahan tepi air ini yaitu potensi
panorama dan suasana tepi air yang begus, dan juga sebagai landmark kawasan. Di sisi lain hal tersebut juga meningkatkan nilai jual properti bagi masyarakat
kelas atas.
commit to user
II - 12
B. PEMAHAMAN MENGENAI PERMUKIMAN