3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara
sengaja purpossive dengan pertimbangan bahwa sebagian dari wilayah Desa Cipeuteuy termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Wilayah tersebut berada pada daerah dengan latar belakang budaya Sunda yang Bilateral dengan asumsi baik laki-laki dan perempuan mempunyai akses dan
kontrol terhadap penguasaan dan kepemilikan lahan. Penelitian ini dilaksanakan pada tiga kampung di Desa Cipeuteuy
Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yaitu Kampung Sukagalih, Cisalimar dan Pasir Masigit. Pada desa tersebut dipilih satu Dusun
yang memiliki pola penguasaan lahan yang beragam, yakni Dusun Pandan Arum dan setelahnya dipilih 3 Kampung yang menjadi sampel penelitian. Adapun
pemilihan Dusun dan Kampung dilakukan secara purpossive, selain sesuai dengan tujuan juga mencakup desa yang memiliki potensi pertanian yang berbeda.
3.3. Penentuan Sampel dan Responden
Populasi penelitian ini adalah masyarakat di Kampung Sukagalih, Cisalimar dan Pasir Masigit yang berlokasi di Dusun Pandan Arum, Desa
Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat. Analisis yang digunakan mencakup individu dan rumahtangga. Unit analisis individu digunakan
untuk memperoleh informasi, khususnya yang menyangkut persepsi, pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan lahan. Unit analisis rumahtangga
digunakan untuk menganalisismempelajari dinamika intra dan inter rumahtangga petani yang berkenaan dengan pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.
Adapun rumahtangga sampel pada penelitian ini adalah seluruh rumahtangga pertanian yang ada di tiga Kampung tersebut.
Pemilihan rumahtangga sampel dilakukan secara acak terstratifikasi stratified random sampling berdasar stratifikasi penguasaan lahan luas, sedang,
sederhana dan Tunakismalandless. Masing-masing pada tiga tingkatan stratum diambil secara purpossive sebanyak 10 rumahtangga. Responden terdiri dari
anggota rumahtangga laki-laki dan perempuan usia produktif. Selain responden, akan dipilih aparat desa, dan tokoh masyarakat baik laki-laki dan perempuan
sebagai informan dalam penelitian ini. Dari hasil pencacahan lengkap full enumeration survey diketahui
jumlah rumahtangga yakni berturut turut sebayak 30 rumahtangga di kampung Sukagalih, 39 rumahtangga di Cisalimar, dan 31 rumahtangga di Pasir Masigit.
Lebih lanjut, dari hasil sensus rumahtangga tersebut diperoleh gambaran stratifikasi rumahtangga, seperti pada Gambar 1. yang dirumuskan dari FGD yang
dilakukan pada tiga kampung, yakni sebagai berikut: 1.
Stratum A, yang selanjutnya akan disebut dengan Stratum Atas adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan
luas dengan jumlah penguasaan lahan 5000 m
2
- 20.000 m
2
. 2.
Stratum B, yang selanjutnya disebut sebagai Stratum Menengah adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan
sedang dengan jumlah penguasaan lahan 2000 m
2
– 5000 m
2
. 3.
Stratum C, yang selanjutnya disebut sebagai Stratum Bawah adalah tingkat stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani berlahan
sederhana dengan jumlah penguasaan lahan 2000 m
2
.
4. Stratum D, yang selanjutnya disebut dengan Tunakisma adalah tingkat
stratifikasi yang tergolong dalam rumahtangga petani tidak berlahan landless, yakni para petani yang tidak mempunyai lahan milik maupun
lahan garapan. Adapun komposisi responden yang di survei dari tiga kampung menurut
tingkat stratifikasinya adalah sebagai berikut: 1.
Kampung Sukagalih, dari 30 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam delapan rumahtangga 26.67 persen stratum atas A, delapan
rumahtangga 26,67 persen stratum menengah B, sebelas rumahtangga 36,67 persen stratum bawah C, dan tiga rumahtangga 10,00 persen
Tunakisma pada stratum D. 2.
Kampung Cisalimar, dari 39 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam sembilan rumahtangga 23.08 persen stratum atas A, tujuh
rumahtangga 17,95 persen stratum menengah B, 20 rumahtangga 51,28 persen stratum bawah C, dan tiga rumahtangga 7,69 persen
Tunakisma pada stratum D. 3.
Kampung Pasir Masigit, dari 31 rumahtangga yang di survei terdistribusi ke dalam tiga rumahtangga 9.68 persen stratum atas A, sembilan
rumahtangga 29,03 persen stratum menengah B, sepuluh rumahtangga 32,26 persen stratum bawah C, dan sembilan rumahtangga 29,03
persen Tunakisma pada stratum D. Setelah memperoleh gambaran stratifikasi rumahtangga, selanjutnya
dilakukan pemilihan sampel rumahtangga untuk mendapat gambaran hubungan relasi gender dalam rumahtangga petani. Kegiatan survei ini berhubungan dengan
pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. Adapun jumlah sampel rumahtangga, berturut turut sebanyak 12 rumahtangga di kampung Sukagalih, 11
rumahtangga di Kampung Cisalimar dan 8 rumahtangga di Pasir Masigit.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data