3. Peranan Pengelolaan Masyarakat dan Politik. Peranan ini dibedakan ke
dalam dua kategori sebagai berikut: a.
Peranan Pengelolaan Masyarakat Kegiatan Sosial, yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan dalam tingkat komunitas sebagai
kepanjangan peranan reproduktif, bersifat volunteer dan tanpa upah. b.
Pengelolaan Masyarakat Politik Kegiatan Politik, yakni peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat
formal secara politik, biasanya dibayar langsung ataupun tidak langsung, dan meningkatkan kekuasaan atau status.
Peranan gender berhubungan dengan relasi gender yang menurut Agarwal 1994 dalam Mugniesyah 2006 diartikan sebagai suatu hubungan
kekuasaan antara perempuan dan laki-laki yang terlihat pada lingkup gagasan ide, praktek dan representasi yang meliputi pembagian kerja, peranan dan
alokasi sumberdaya antara laki-laki dan perempuan.
2.1.4. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Menurut konsepsi ILO 2001, Mugniesyah 2005 mengemukakan tentang pengertian keadilan dan kesetaraan gender, dimana keadilan gender
gender equity merupakan keadilan perlakuan bagi laki-laki dan perempuan berdasar pada kebutuhan-kebutuhan mereka, mencakup perlakuan setara atau
perlakuan yang berbeda akan tetapi dalam koridor pertimbangan kesamaan dalam hak-hak, kewajiban, kesempatan-kesempatan dan manfaat. Kesetaraan gender
gender equality adalah suatu konsep yang menyatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kebebasan untuk mengembangkan kemampuan personal
mereka dan membuat pilihan-pilihan tanpa pembatasan oleh seperangkat stereotipi, prasangka, dan peran gender yang kaku. Dalam hal ini kesetaraan
bukanlah berarti bahwa laki-laki dan perempuan menjadi sama, akan tetapi hak-
hak, tanggung jawab dan kesempatan mereka tidak ditentukan karena mereka terlahir sebagai laki-laki dan perempuan ILO, 2001.
Upaya pemerintah dalam menghapuskan ketidakadilan gender di Indonesia, salah satunya melalui pembuatan kebijakan-kebijakan yang berkaitan
dengan gender, diantaranya adalah Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender PUG dalam Pembangunan, Keputusan Menteri dalam
Negeri No. 132 tahun 2003, Undang-undang No. 7 tahun 1984 tentang rativikasi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita Convention on the
Elemination of All from of Discrimination Against Women atau CEDAW, GBHN 1999-2004 dan UU No. 25 tahun 2000.
Dikeluarkannya Inpres No. 9 tahun 2000 adalah dalam rangka meningkatkan kedudukan, peran dan kualitas perempuan, serta upaya untuk
mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dipandang perlu melakukan strategi
pengarusutamaan gender kedalam seluruh proses pembangunan nasional Mugniesyah, 2004. Untuk menyikapi hal tersebut, Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor. 132 Tahun 2003 tentang pedoman umum pelaksanaan pengarusutamaan gender dalam
pembangunan di daerah. Kebijakan ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pedoman pelaksanaan PUG pada pembangunan di daerah.
Pembuatan kebijakan-kebijakan dalam upaya penghapusan ketidakadilan gender diharapkan dapat dilaksanakan diseluruh wilayah di Indonesia dan ditaati
oleh semua lapisan warga masyarakat Indonesia agar kesetaraan dan keadilan gender dapat terwujud.
2.1.5. Pengertian dan Lingkup Agraria