Keadaan Umum Penduduk KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Berdasarkan Tabel 1, luas sawah dan ladang merupakan jumlah pemanfaatan lahan terbesar kedua setelah hutan, yakni seluas 1.622 hektar, berarti 43,29 persen dari total wilayah desa merupakan lahan pertanian. Hal ini mengindikasikan bahwa, mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy menggantungkan hidupnya pada pengelolaan sawah dan ladang. Menurut hasil wawancara dan observasi, masyarakat desa Cipeuteuy yang dengan intensif bertani adalah masyarakat Dusun Pandan Arum RT 05 yang memiliki keragaman penguasaan lahan, dimana selain menggarap lahan milik, mereka pun menggarap lahan Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan lahan status-quo eks HGU PT. Intan Hepta.

4.2. Keadaan Umum Penduduk

Jumlah penduduk Desa Cipeuteuy pada tahun 2006 tercatat sebanyak 6.352 jiwa yang terdiri dari 3.236 jiwa 50,94 persen laki-laki dan 3.116 jiwa 49,06 persen perempuan. Jumlah tersebut berasal dari 1.608 Kepala Keluarga KK, dengan rata-rata sebanyak 3-4 orang jumlah anggota keluarga pada tiap KK-nya. Adapun komposisi penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 2. Menurut jenis kelaminnya, jelas terlihat bahwa jumlah penduduk laki- laki lebih tinggi dari jumlah penduduk perempuan berturut-turut baik pada usia anak-anak, produktif, hingga usia lanjut. Data pada monografi Desa Cipeuteuy, menerangkan bahwa menurut desa, golongan penduduk usia produktif berkisar antara 15-55 tahun, sedangkan usia 15 tahun termasuk dalam usia muda dan 55 tahun merupakan usia Lansia. Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 Golongan Umur tahun Laki-laki Perempuan Total 0-1 1.02 0,98 2,00 2 1,18 1,15 2,33 3-5 4,80 4,63 9,43 6 1,43 1,37 2,80 7-12 5,78 5,56 11,34 13-15 3,15 3,01 6,16 16-18 3,09 2,96 6,05 19-35 9,90 9,60 19,51 36-49 12,19 11,73 23,91 50-55 4,80 4,61 9,41 55+ 3,61 3,46 7,07 Total Persen 50,94 49,06 100,00 Total Jumlah 3.236 3.116 6.352 Sumber: Data Monografi Desa 2006 Berdasarkan data jumlah angkatan kerja pada monografi desa, yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 3, jumlah penduduk angkatan kerja tercatat sebanyak 3.880 jiwa atau 61,08 persen dari jumlah penduduk seluruhnya yaitu 6.352 jiwa sedangkan sisanya sebanyak 2.472 jiwa 38,91 persen merupakan anak-anak dan penduduk bukan usia kerja. Dengan demikian, jumlah penduduk yang berada dalam usia produktif 15-55 tahun lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk di usia anak-anak, dan usia lanjut. Menurut data potensi desa, penduduk yang termasuk ke dalam usia kerja berkisar dari umur 15 hingga 55 tahun, meskipun di lapangan ditemukan penduduk yang menurut desa masuk dalam usia lanjut, namun masih dapat melakukan kegiatan usahatani. Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Angkatan Kerja Tahun 2006. Tenaga Kerja Jumlah Persen Usia 15-55 yang bekerja penuh 1.863 48,02 Usia 15-55 yang menjadi ibu rumahtangga 1.548 39,90 Usia 15-55 yang bekerja tidak tentu 305 7,86 Usia 15-55 yang masih sekolah 164 4,23 Jumlah angkatan kerja 15-55 3.880 100,00 Sumber: Data Monografi Desa 2006 Pada Tabel 3 dikemukakan bahwa dari total jumlah angkatan kerja, penduduk usia kerja 15-55 yang bekerja penuh mempunyai proporsi yang paling besar dibandingkan kondisi angkatan kerja lainnya, yakni sebanyak 48,02 persen dari jumlah total angkatan kerja, atau 29,32 persen dari total jumlah penduduk. Selanjutnya, sebanyak 305 jiwa atau 7,86 persen dari total angkatan kerja merupakan penduduk usia kerja yang bekerja tidak tentu sedangkan dari total angkatan kerja, 4,23 persen diantaranya masih bersekolah. Data angkatan kerja juga mencantumkan bahwa jumlah angkatan kerja yang menjadi Ibu Rumahtangga memiliki persentase sebanyak 39,90 persen dari total angkatan kerja. Data mengenai angkatan kerja tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga sulit untuk membandingkan kondisi pekerjaan menurut jenis kelamin. Namun demikian, menurut penuturan salah seorang aparat desa jumlah penduduk yang bekerja penuh dan tidak tentu belum termasuk jumlah ibu rumahtangga yang menjadi tenaga kerja keluarga. Lebih lanjut jumlah penduduk desa menurut jenis pekerjan dikemukakan pada Tabel 4. Tabel yang tersedia pada potensi desa tidak teragregasi menurut jenis kelamin, dengan demikian data mengenai jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan hanya dapat dilihat secara umum. Total jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan sama dengan jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja penuh yakni sebanyak 1.863 jiwa. Hal ini berarti jumlah angkatan kerja yang bekerja tidak tentu dan menjadi ibu rumahtangga tidak termasuk kedalam penduduk usia produktif yang memiliki pekerjaan. Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Cipeuteuy Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2006. Jenis Pekerjaan Jumlah Persen Petani 1.192 63,98 Buruh Tani 425 22,81 PedagangPenguasahaWiraswasta 80 4,29 Tukang Batu 60 3,22 Supir 41 2,20 Karyawan Swasta 30 1,61 Tukang Kayu 20 1,07 PNS 6 0,32 Konstraktor 4 0,21 Penjahit 3 0,16 Montir 2 0,11 Total 1.863 100,00 Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006 Pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 25,45 persen dari total penduduk Desa Cipeuteuy mempunyai pekerjaan tetap pada bidang usahatani, yakni petani dan buruh tani, yakni sebanyak 63,98 persen atau lebih dari setengah total jumah penduduk menurut jenis pekerjaan bekerja sebagai petani, yang disusul oleh buruh tani sebesar 22,81 persen. Jika dibandingkan dengan data pemanfaatan lahan, maka dapat disimpulkan bahwa belum ada distribusi lahan yang cukup merata, mengingat sebagian besar lahan di Desa Cipeuteuy dimanfaatkan untuk hutan produksi 2.000 hektar, tegalanladang 1.077 hektar dan sawah 545 hektar, sedangkan data penduduk menurut pekerjaan menyatakan bahwa pekerjaan yang paling banyak setelah petani adalah menjadi buruh tani 425 jiwa, dengan demikian masih banyak penduduk yang tidak memiliki atau menguasai lahan sehingga mereka harus menjadi buruh tani dan menggarap lahan orang lain tanpa dapat menguasai lahan. Adapun pekerjaan lainnya adalah pedagangpengusahawiraswasta yang berjumlah 80 jiwa 4,29 persen termasuk tengkulak besar, kecil dan pedagang makanan menetap hingga keliling. Hampir seluruh petani Desa Cipeuteuy menjual hasil pertaniannya kepada para tengkulak. Para tengkulak mempunyai peranan yang cukup besar untuk petani, terutama dalam pemasaran dan distribusi hasil pertanian. Para tengkulak akan berkeliling Desa untuk mengambil hasil pertanian setiap periode yang telah disepakati bersama para petani. Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan kepada para petani dan tengkulak, penetapan harga yang dilakukan oleh tengkulak cukup transparan. Hal ini terjadi setelah munculnya tengkulak-tengkulak kecil yang diasumsikan dapat merugikan tengkulak besar, karena penetapan harga yang lebih murah dan lebih transparan kepada petani. Hingga saat ini, para tengkulak menetapkan harga yang lebih relevan dan mulai terbuka kepada para petani mengenai perputaran dan pembayaran uang agar tidak dirugikan oleh keberadaan tengkulak kecil. Selanjutnya karyawan swasta sejumlah 30 jiwa 1,61 persen merupakan karyawan yang bekerja di dalam desa maupun pekerja migran yang bekerja di Kota seperti Jakarta, Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Jenis pekerjaan di bidang jasa antara lain adalah penjahit, sebanyak tiga orang 0,16 persen, sopir 41 orang atau 2,20 persen, dan montir yang jumlahnya hanya 2 orang 0,11 persen. Sisanya adalah PNS 6 orang atau 0,32 persen, Kontraktor 4 orang atau 0,21 persen dan Pertukangan, yang meliputi tukang kayu sebanyak 20 orang 1,07 persen dan tukang batu dengan jumlah 60 orang 3,22 persen. Meskipun tidak tertera dalam monografi desa, namun dari hasil observasi, beberapa penduduk mengembangkan usaha di bidang peternakan. Hingga saat ini tidak ada peternak yang mengusahakannya secara profesional, dan hanya merupakan kepemilikan individu yang dikonsumsi untuk kepentingan pribadi saja. Sehubungan dengan distribusi kepemilikan lahan, pada Tabel 5 disajikan mengenai jumlah penduduk berdasarkan kepemilikan lahan. Jumlah yang tertera tersebut merupakan data kepemilikan lahan atas individu. Data kepemilikan lahan tersebut tidak teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak dapat melihat sebaran kepemilikan lahan menurut jenis kelamin. Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kepemilikan Lahan Tahun 2006. Kepemilikan Lahan Jumlah Rumahtangga Persen persen Tidak memiliki Lahan 163 10,14 0.1 Ha 212 13,18 0.1-0.2 120 7,46 0.21-0.3 136 8,46 0.31-0.4 96 5,97 0.41-0.5 54 3,36 0.51-0.6 204 12,69 0.61-0.7 66 4,10 0.71-0.8 92 5,72 0.81-0.9 47 2,92 0.91-1.0 53 3,30 1.0 98 6,09 Rumahtangga Pemilik Lahan 1.178 73,26 Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006 Selanjutnya diketahui bahwa persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan lebih tinggi dari penduduk yang tidak memiliki lahan. Penduduk Desa Cipeuteuy dengan persentase sebanyak 13,18 persen dari total penduduk memiliki lahan seluas lebih dari satu hektar, dimana jumlah tersebut merupakan persentase tertinggi dibanding rumahtangga lainnya. Dari data tersebut diketahui bahwa distribusi lahan di Desa Cipeuteuy masih kurang merata. Berbeda dengan Tabel 5 yang menyajikan kepemilikan individu atas.lahan, data yang disajikan pada Tabel 6 merupakan data mengenai kepemilikan rumahtangga petani atas lahan. Sebanyak 74,12 persen dari total rumahtangga yang ada di Desa Cipeuteuy adalah rumahtangga petani yang sebanyak 63,43 persen dari total rumahtangga adalah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian dan sisanya adalah rumahtangga petani yang tidak berlahantunakisma. Dari data tersebut diperoleh 85,57 persen jumlah rumahtangga petani yang memiliki lahan pertanian. Didalamnya termasuk 68 5,7 persen rumahtangga petani yang memiliki kurang dari 0,5 hektar, 257 rumahtangga petani yang memiliki 0,5 hektar – 1,0 hektar lahan dan rumahtangga petani yang memiliki lebih dari 1,0 hektar yaitu sebanyak 154 12,92 persen rumahtangga petani. Tabel 6. Jumlah Rumahtangga Pertanian Menurut Jumlah Kepemilikan Lahan Tahun 2006. Kepemilikan Lahan Rumahtangga Petani Jumlah RTP Persen Rumahtangga yang Memiliki Lahan Pertanian 1.020 85,57 Rumahtangga yang Memiliki 0,5 – 1,0 Ha 257 21,56 Rumahtangga Petani yang Tidak memiliki Lahan 163 13,67 Rumahtangga yang Memiliki lebih dari 1,0 Ha 154 12,92 Rumahtangga yang Memiliki kurang dari 0,5 Ha 68 5,70 Total Rumahtangga Petani 1.192 100,00 Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006 Para petani yang memilikimenguasai lahan sawah merupakan petani yang subsisten, karena luas sawah yang dimiliki hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok pangan keluarga. Tidak jarang pada beberapa kasus, lahan sawah akhirnya mengering atau bahkan sengaja dikeringkan dan di buat ladang karena kesulitan air untuk mengairi sawah. Alasan yang memotivasi penduduk untuk merubah sawah menjadi kebun dan mulai menanam tanaman palawija adalah besarnya keuntungan yang diperoleh dari lahan kebun, mengingat hasil dari pengelolaan sawah tidak dapat dikomersilkan dan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan rumahtangga. Seiring dengan masuknya teknik budidaya pengelolaan yang baru, maka sedikit demi sedikit petani menggunakan cara baru dan meninggalkan cara lama yang sesungguhnya lebih baik Tabel 7 selanjutnya akan menunjukkan jumlah penduduk desa menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Dalam dokumen potensi desa, tidak ditemukan data mengenai tingkat pendidikan yang teragregasi menurut jenis kelamin, sehingga tidak diperoleh gambaran mengenai perbedaan akses antara laki-laki dan perempuan terhadap pendidikan. Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Cipeuteuy tergolong rendah. Mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy sebanyak 3.689 jiwa 58,08 persen hanya mengenyam pendidikan hingga SDsederajat, hal ini diduga karena adanya kebijakan mengenai wajib belajar 9 tahun yang digalakkan pemerintah. Selanjutnya terdapat 64 jiwa atau 1,01 penduduk usia 7-45 tahun yang tidak pernah sekolah. Sedangkan jumlah penduduk yang menikmati pendidikan SLTP, SLTA, D2 dan S1 semakin sedikit, secara berturut turut yaitu sebanyak 478 jiwa 7,53 persen, 264 jiwa 4,16 persen, 6 jiwa 0,09 persen, 8 jiwa 0,13 persen. Sisanya adalah penduduk yang belum bersekolah sebanyak 720 jiwa atau 11,34 persen dari total jumlah penduduk. Rendahnya partisipasi pendidikan tinggi ini diduga dikarenakan jarak dari Desa menuju sekolahan cukup jauh. Desa Cipeuteuy tidak memiliki sekolah SLTP dan SMU, sehingga anak usia sekolah lanjutan pertama harus menempuh jarak sejauh empat kilometer untuk bersekolah pada tingkat SLTP dan lima kilometer jauhnya untuk bersekolah di SMU. Tsanawiyah yang setingkat dengan SLTP berada tiga kilometer jauhnya dari Balai Desa Cipeuteuy, sedangkan akses untuk bersekolah di Perguruan Tinggi hanya dapat diperoleh di Kota Bogor, Sukabumi, Cianjur dan Jakarta. Tabel 7. Jumlah Anggota Rumahtangga Desa Cipeuteuy Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2006 Tingkat Pendidikan Persen Tamat SD 58,08 Tidak tamat SD 17,68 Belum sekolah 11,34 SLTA 4,16 SLTP 7,53 Tidak pernah sekolah 1,01 Diploma D2 0,09 S1 0,13 Total Persen 100,00 Total Jumlah 6.352 Sumber: Data Potensi Desa Cipeuteuy 2006

4.3. Kelembagaan

Dokumen yang terkait

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

1 109 111

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Dimensi Gender dalam Agroforestry Kajian pada Komunitas Petani di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

0 18 7

Peranan Pariwisata dalam Perekonomian Daerah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

1 17 86

Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan Pengembangan Wilayah Perdesaan. (Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

0 48 410

Struktur Penguasaan Tanah Masyarakat dan Upaya Membangun Kedaulatan Pangan (Kasus Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

1 13 176

Pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan: studi kasus pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi Jawa Barat

0 8 50

Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

1 11 167

Struktur Agraria Masyarakat Desa Hutan Dan Implikasinya Terhadap Pola Pemanfaatan Sumberdaya Agraria (Studi Kasus: Masyarakat Kampung Pel Cianten, Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 108

Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan Pengembangan Wilayah Perdesaan. (Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

2 29 200