2.3. Definisi Operasional
1. Tingkat pendidikan, merupakan lamanya atau banyaknya pendidikan laki-
laki dan perempuan dalam satu rumahtangga yang meliputi pendidikan formal, yakni yang ditempuh di bangku sekolah yang ditamatkan.
2. Jenis pekerjaan menunjuk pada pekerjaan yang dilakukan selama survei,
terlepas dari industri atau status dalam pekerjaan yang dimiliki. Jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi: PNSABRI, pensiunan PNSABRI,
petani milik, petani penggarap, buruh tani, pedagang, pemilik warung, buruh angkut dan petani pemilik dan penggarap,
3. Status pekerjaan berkenaan dengan status dalam mendirikan membuat
usaha atau melakukan suatu pekerjaan yang diklasifikasikan dalam: Berusaha sendiri, berusaha dengan tenaga kerja keluarga, berusaha dengan
tenaga kerja upahan, karyawan buruh, pekerja keluarga dan berusaha dengan tenaga kerja keluarga dan upahan.
4. Tingkat Akses atas kepemilikan lahan adalah peluang atau kesempatan
anggota rumahtangga petani, laki-laki dan perempuan untuk memiliki sumberdaya agraria melalui pembelian, pewarisan dan hibah, yang
dibedakan ke dalam milik suami, milik isteri, dan gono-gini. Tingkat akses dikatakan tinggi jika laki-laki dan perempuan mempunyai akses
yang sama terhadap lahan orang tua melalui hibah dan pewarisan serta keduanya mempunyai hak yang sama untuk membeli secara individu.
5. Tingkat kontrol atas kepemilikan sumberdaya agraria adalah partisipasi
anggota rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan sumberdaya agraria yang dimilikinya pewarisan, hibah
orangtua dan yang dibelinya sendiri untuk membeli dan menjual. Tingkat kontrol atas kepemilikan sumberdaya agraria dikatakan tinggi, jika
pengambilan keputusan atas sumberdaya agraria sepenuhnya dilakukan oleh masing-masing individu yang memiliki. Dikatakan rendah jika yang
mengambil keputusan adalah pasangannya, dan dikatakan setara jika pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama.
6. Tingkat Akses atas penguasaan lahan adalah peluang atau kesempatan
anggota rumahtangga petani laki-laki dan perempuan untuk menguasai sumberdaya agraria milik orang lain, pemerintah, swasta atau lainnya
dengan sistem kontrak yang dibedakan ke dalam sistem sewa, gadai, bagi hasil, gadai akad dan atau lainnya sesuai temuan di lapangan. Tingkat
akses atas penguasaan lahan dikatakan tinggi jika laki-laki dan perempuan mempunyai akses yang sama untuk menguasai sumberdaya agraria milik
orang lain, pemerintah, swasta atau lainnya dengan sistem kontrak. 7.
Tingkat Kontrol atas penguasaan lahan adalah kekuasan yang dimiliki anggota rumahtangga petani dalam pengambilan keputusan untuk
menyewa, menyakapbagi hasil, untuk gadai akad, menggarap lahan pemerintah. Tingkat kontrol atas penguasaan lahan dikatakan tinggi, jika
sepenuhnya dilakukan oleh masing-masing individu yang menguasai, dan dikatakan rendah jika yang mengambil keputusan adalah individu
pasangannya, dan dikatakan setara jika pengambilan keputusan dilakukan bersama-sama.
8. Tingkat Kontribusi Waktu dalam pengelolaan lahan adalah curahan waktu
jam kerja dan hari kerja anggota rumahtangga petani, laki-laki dan
perempuan dalam pengelolaan usahatani mencakup proses produksi dan pasca panen, sesuai temuan di lapangan.
9. Tingkat Kontrol dalam pengelolaan lahan adalah kekuasan yang dimiliki
oleh anggota rumahtangga petani untuk mengambil keputusan dalam aktivitas pengelolaan lahan usahatani yang mencakup proses produksi dan
pasca panen. Tingkat kontrol dalam pengelolaan lahan dikatakan tinggi jika dilakukan oleh suami dan istri setara, rendah jika suami atau istri saja,
dan sedang jika suami dan istri tapi salah satu diantaranya dominan. 10.
Tingkat Akses terhadap manfaat dari pengelolaan usahatani adalah peluang yang diperoleh anggota rumahtangga petani untuk menikmati
hasil produksi secara langsung dan hasil penjualan produksi untuk pemenuhan kebutuhan pribadi dan rumahtangga. Diketahui dari ikut
tidaknya individu mengonsumsi pangan dan menikmati hasil jumlah dalam nilai rupiah .
11. Tingkat Kontrol terhadap manfaat dari pengelolaan usahatani adalah
kekuasan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga petani untuk menikmati hasil produksi secara langsung dan hasil penjualan produksi
untuk mengambil keputusan dalam pemanfaatan hasil produksi dan hasil penjualan produksi untuk kebutuhan pribadi maupun rumahtangga.
12. Pola pemilikan sumberdaya agraria adalah kombinasi dari beragam bentuk
kepemilikan lahan pada rumahtangga petani, yang dibedakan ke dalam : kombinasi semua bentuk kepemilikan kombinasi tiga bentuk milik: S-I-
G; kombinasi dua bentuk kepemilikan: S-I, S-G, I-G; dan salah satu bentuk kepemilikan saja S,I,G.
13. Derajat pengakuan tokoh masyarakat adalah bagaimanakah para tokoh
masyarakat mengakui adanya kepemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria oleh individu laki-laki dan perempuan. Derajat pengakuan
dikatakan tinggi jika tokoh masyarakat mengakui adanya kepemilikan sumberdaya agraria oleh laki-laki dan perempuan secara setara. Derajat
pengakuan dikatakan rendah jika tokoh masyarakat hanya mengakui kepemilikan oleh laki-laki saja atau hanya perempuan saja.
14. Pencatatan kepemilikan letter C adalah pencatatan kepemilikan bukti-
bukti bahwa anggota rumahtangga petani laki-laki dan perempuan memiliki sumberdaya agraria melalui letter C.
15. Bukti SPPT adalah bukti kepemilikan sumberdaya agraria melalui
pembayaran pajak yang dilakukan pemiliknya. 16.
Proses pengolahan sumberdaya agraria adalah bagaimana sumberdaya agraria dikelola, yakni dengan cara dimanfaatkan sebagai lahan bercocok
tanam lahan kering, lahan basah, berternak kolam, peternakan, lahan industri, dan lainnya sesuai dengan apa yang ditemukan di lapangan.
17. Pola penguasaan sumberdaya agraria adalah kombinasi dari beragam
bentuk penguasaan lahan pada rumahtangga petani, dibedakan ke dalam: kombinasi semua bentuk penguasaan, kombinasi tiga bentuk kekuasaan,
dua bentuk kekuasaan dan satu bentuk kekuasaan saja. 18.
Kepemilikan benda berharga merupakan jumlah benda-benda berharga yang dimiliki oleh anggota rumahtangga petani yang menggambarkan
karakteristik rumahtangga.
BAB III METODOLOGI
3.1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan berupa a full enumeration survey, yaitu
mewawancarai seluruh rumahtangga yang ada dalam suatu dukuhkampung, atau dalam desa yang bersangkutan sehingga data yang disajikan merupakan gambaran
lengkap dari ’dukuh penelitian’ Wiradi, 1984.; b Survei pada rumahtangga kasus yang dipilih sesuai dengan tingkat stratifikasi yang ditentukan dari jumlah
lahan yang dikuasainya. Wawancara mendalam indepth interview maupun diskusi kelompok terarah FGD dilakukan untuk mengumpulkan data berkenaan
sistem kekerabatan, khususnya aspek budaya dan adat masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai values gender baik pada tingkat keluarga
maupun dalam masyarakat. Wawancara mendalam indepth interview juga dilakukan untuk mengetahui pengakuan desa atas kepemilikan lahan oleh laki-laki
dan perempuan. Pengumpulan data yang dilakukan dengan full enumeration survey dan
survei rumahtangga kasus menggunakan kuesioner terstruktur yang mencakup kuesioner-kuesioner profil rumahtangga, usahatani pendapatan rumahtangga dan
akses kontrol anggota rumahtangga atas kepemilikan sumberdaya agraria, penguasaan sumberdaya agraria dan manfaat dari pengelolaan sumberdaya
agraria. Adapun kuesioner profil rumahtangga, usahatani dan pendapatan rumahtangga diadopsi dari penelitian Riset Unggulan Terpadu RUT,
Mugniesyah dkk 2001-2003.