Mengingat sistem pewarisan yang berlaku dan pengakuan kepemilikan laki-laki dan perempuan atas sumberdaya agraria, maka tingkat akses dapat
dikatakan tinggi karena keduanya memiliki akses yang sama terhadap lahan orang tua melalui hibah dan pewarisan. Serta keduanya mempunyai hak yang sama
untuk membeli secara individu. Namun jika dilihat dari distribusi lahannya, tingkat akses anggota rumahtangga petani perempuan lebih rendah dibandingkan
tingkat akses anggota rumahtangga petani laki-laki. Hal ini diduga masih kuatnya anggapan bahwa laki-laki lah yang menjadi tumpuan hidup keluarganya
sedangkan perempuan hanya ikut suami saja, sehingga perempuan yang masih memiliki lahan, memutuskan untuk menjualnya sedangkan perempuan yang
awalnya tidak mempunyai lahan, mengalami kesulitan untuk memutuskan membeli lahan karena beberapa pertimbangan sehubungan dengan pengelolaan
lahan.
8.2.2. Tingkat Kontrol Anggota Rumahtangga Petani Laki-laki dan
Perempuan terhadap Kepemilikan Sumberdaya Agraria
Pada Tabel 22 telah diketahui tingkat akses anggota rumahtangga petani atas sumberdaya agraria, tingkat akses tersebut belum dapat menggambarkan
tingkat partisipasi anggota rumahtangga lakiālaki dan perempuan atas kepemilikan sumberdaya agraria mereka,dengan demikian perlu diketahui tingkat
kontrol anggota rumahtangga petani laki-laki dan perempuan atas kepemilikan sumberdaya agraria, tingkat kontrol ini berkenaan dengan partisasi ART laki-laki
dan perempuan dalam mempertahanakan sumberdaya agraria yang dimilikinya melalui pewarisan, hibah dan membeli sendiri untuk membeli dan menjual
sumberdaya agrariannya.
Tingkat kontrol ART laki-laki dan perempuan atas kepemilikan sumberdaya agraria ditentukan dari pola pengambilan keputusan atas kepemilikan
sumberdayanya. Pola pengambilan keputusan untuk mempertahankan sumberdaya agraria yang dimiliki ART laki-laki dan perempuan terdiri dari 3 pola, yakni:
pengambilan keputusan oleh suami sendiri, pengambilan keputusan oleh suami dan istri secara setara, dan pengambilan keputusan oleh istri saja.
Secara keseluruhan pengambilan keputusan oleh suami sendiri dilakukan sebanyak 41,4 persen dari jumlah rumahtangga yang disurvei. Suami memiliki
tingkat kontrol yang tinggi dengan persentase sebesar 41,4 persen untuk suami sendiri dan 37,1 persen untuk kombinasi suami dan istri setara.
Tabel 22. Tingkat Kontrol ART Terhadap Kepemilikan Sumberdaya Agraria Tahun 2007 dalam persen
Pola Pengambilan Keputusan ART Laki-laki dan Perempuan atas Kepemilikan Sumberdaya Agraria
Tingkat Stratifikasi Suami
Suami dan Istri Istri
Total Stratum Atas
10,0 11,4
4,3 25,7
Stratum Menengah 14,3
8,6 5,7
28,6 Stratum Bawah
17,1 17,1
11,4 45,7
Total Persen 41,4
37,1 21,4
100,0 Total Jumlah
29 26
15 70
Sumber: Hasil Penelitian Peneliti Tahun 2007 Keterangan: n= 70 Stratum A=18, Stratum B=20, Stratum C=32
Dari pola pengambilan keputusan tersebut diketahui bahwa meskipun persentasenya lebih rendah dari laki-laki, namun perempuan memiliki partisipasi
dalam pengambilan keputusan yang cukup tinggi karena selain sebesar 21,4 persen pengambilan keputusan dilakukan oleh perempuan sendiri, masih terjadi
pengambilan keputusan yang melibatkan perempuan sebanyak 37,1 persen. Menurut pemaparan responden dalam FGD dan wawancara mendalam yang
dilakukan di kampung Cisalimar diungkapkan bahwa perempuan dan laki-laki tetap menjadi pelaku utama dan penentu utama atas masing-masing sumberdaya
agraria yang dimilikinya namun keduanya tetap saling membantu dalam pengelolaanya.
8.3. Penguasaan Sumberdaya Agraria