Status Bekerja Karakteristik Individu

sebagai petani pemilik dan penggarap masih dianggap sebagai pekerjaan sampingan selain pekerjaan rumahtanggadomestik. Dianalisis dengan tingkat stratifikasinya, maka pada. Tabel 12 telah diperoleh hasil bahwa pada Kampung Sukagalih dan Cisalimar persentase jumlah anggota rumahtangga yang tertinggi yang mempunyai pekerjaan sampingan berada pada stratum bawah dimana pada Kampung Cisalimar sebanyak 9,09 persen diikuti stratum atas 5,84 persen kemudian pada Kampung Sukagalih sebanyak 13,27 persen diikuti dengan stratum menegah, atas dan tunakisma masing-masing berturut-turut sebanyak 7,96 persen 5,31 persen dan 0,88 persen dari total anggota rumahtangga kampung. Pada Kampung Pasir Masigit persentase jumlah anggota rumahtangga yang mempunyai pekerjaan sampingan sebanyak 4,72 persen pada stratum menengah 3,94 persen pada stratum bawah 0,79 persen pada stratum tunakisma.

5.1.5. Status Bekerja

Status pekerjaan berkenaan dengan bagaimana seseorang melakukan pekerjaannya. Sebagai petani, ada yang mengolah sawahladangnya sendiri, ada yang menggunakan tenaga kerja keluarga, ada yang mengupah buruh dan ada juga yang menggunakan dua cara sekaligus. Dengan status pekerjaannya dapat diketahui apakah status pekerja tersebut sebagai pekerja keluarga yang tidak memperoleh upahsebagai karyawan yang memperoleh upah. Pada Tabel 13 diketahui bahwa mayoritas penduduk Desa Cipeuteuy lebih memilih berusaha menggunakan pekerja keluarga dengan persentase 14.21 persen, selanjutnya disusul oleh penduduk yang berstatus pekerja keluarga dan karyawanburuh dengan persentase secara berturut-turut sebesar 10,15 persen dan 9,90 persen. Selanjutnya jika dilihat dari jenis kelamin dan tingkat stratifikasinya, pada stratum atas, menegah dan bawah persentase status pekerjaan tertinggi masih pada kategori berusaha dengan tenaga kerja keluarga dimana pada ketiga stratum tersebut, jumlah laki-laki memiliki persentase yang lebih tinggi daripada ART perempuan. Selanjutnya pada tiga tingkatan stratum tersebut, persentase jumlah karyawanburuh lebih kecil dibandingkan jumlah pekerja keluarga dengan jumlah perempuan yang lebih tinggi pada kategori status pekerjaan sebagai pekerja keluarga dibandingkan dengan laki-laki. Dengan demikian perempuan yang bekerja sebagai pekerja keluarga lebih banyak, asumsinya adalah bahwa lebih banyak perempuan yang bekerja tanpa upahan menjadi pekerja keluarga daripada perempuan yang bekerja sebagai karyawanburuh dan diupah baik dengan uang maupun bentuk natura. Tabel 13. Jumlah ART Laki-laki dan Perempuan pada Tiga Kampung Kasus Menurut Tingkat Stratifikasi dan Status Pekerjaan Tahun 2007 dalam persen Status Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total Stratum Atas Tidak Bekerja 22,78 27,85 50,63 Berusaha Sendiri 1,27 3,80 5,06 Berusaha+TK Keluarga 10,13 2,53 12,66 Berusaha+TK Upahan 6,33 2,53 8,86 KartawanBuruh 1,27 3,80 5,06 Pekerja Keluarga 1,27 8,86 10,13 Berusaha Sendiri+TK Keluarga+TK Upahan 6,33 1,27 7,59 Total Persen 49,37 50,63 100,00 Total Jumlah 39 40 79 Stratum Menengah Tidak Bekerja 25,45 27,27 52,73 Berusaha Sendiri 0,91 1,82 2,73 Berusaha+TK Keluarga 10,91 3,64 14,55 Berusaha+TK Upahan 1,82 2,73 4,55 KartawanBuruh 5,45 2,73 8,18 Pekerja Keluarga 4,55 9,09 13,64 Berusaha Sendiri+TK Keluarga+TK Upahan 1,82 0,91 2,73 Kombinasi 0 0,91 0,91 Total Persen 50,91 49,09 100,00 Total Jumlah 56 54 110 Stratum Bawah Tidak Bekerja 23,31 34,36 57,67 Berusaha Sendiri 2,45 1,84 4,29 Berusaha+TK Keluarga 12,27 4,91 17,18 Berusaha+TK Upahan 0,61 1,23 1,84 KartawanBuruh 2,45 4,29 6,75 Pekerja Keluarga 4,91 5,52 10,43 Berusaha Sendiri+TK Keluarga+TK Upahan 1,23 0 1,23 Lainnya 0 0,61 0,61 Total Persen 47,24 52,76 100,00 Total Jumlah 77 86 163 Tunakisma Tidak Bekerja 26,19 28,57 54,76 Berusaha Sendiri 2,38 2,38 4,76 Berusaha+TK Keluarga 2,38 2,38 4,76 KartawanBuruh 19,05 16,67 35,71 Total Persen 50,00 50,00 100,00 Total Jumlah 21 21 42 Total Tidak Bekerja 24,11 30,46 54,57 Berusaha Sendiri 1,78 2,28 4,06 Berusaha+TK Keluarga 10,41 3,81 14,21 Berusaha+TK Upahan 2,03 1,78 3,81 KartawanBuruh 4,82 5,08 9,90 Pekerja Keluarga 3,55 6,60 10,15 Berusaha Sendiri+TK Keluarga+TK Upahan 2,28 0,51 2,79 Kombinasi 0 0,25 0,25 Lainnya 0 0,25 0,25 Total Persen 48,98 51,02 100,00 Total Jumlah 193 102 394 Sumber: Dikumpulkan oleh Penulis dari Survei Tahun 2007 Selanjutnya pada Kampung Sukagalih diketahui hanya sebanyak dua orang yang berusaha sendiri dalam mengelola warung, demikian halnya yang terjadi pada Kampung Cisalimar dan Pasir Masigit Pada Kampung Cisalimar dan Pasir Masigit dimana pedagang dan pemilik warung yang berusaha dan mengelola warung dagangannya sendiri. Pada Pasir Masigit ditemukan sejumlah enam orang petani pemilik yang mengelola lahannya sendiri. Pada tiga kampung kasus anggota rumahtangga yang mempunyai pekerjaan utama sebagai petani pemilik, penggarap dan petani pemilik-penggarap yakni berturut-turut sejumlah empat ART, sembilan ART dan lima ART pada Kampung Sukagalih, tujuh ART, 13 ART dan sembilan ART pada Cisalimar dan empat ART, lima ART, satu ART pada kampung Pasir Masigit. Demikian halnya dengan status berusaha sendiri + upahan yang juga disandang petani pemilik, petani penggarap, petani pemilik penggarap yakni masing-masing satu orang pada pasir masigit, masing masing dua orang pada Cisalimar dan empat orang petani pemilik serta dua orang petani penggarap pada Sukagalih. Ditemukan sejumlah 16 orang pada Kampung Sukagalih dan 15 orang Kampung Pasir Masigit yang bekerja sebagai buruh tani dan bersatatus sebagai karyawanburuh dari petani lain. Disamping itu, ternyata sebanyak dua orang dari Cisalimar dan satu orang dari pasir masigit merupakan petani pemilik yang menjadi buruh. Selanjutanya juga ditemukan bahwa sebanyak delapan orang petani penggarap pada kampung Sukagalih dan dua orang buruh tani merupakan pekerja keluarga, satu orang petani pemilik dan 12 orang petani penggarap pada Kampung Cisalimar merupakan pekerja keluarga sedangkan status pekerja keluarga di Kampung Pasir Masigit dimiliki oleh tujuh orang petani penggarap, satu orang buruh tani, satu orang petani pemilik penggarap, satu orang yang bekerja kombinasi. Dari uraian tersebu diduga petani pemilik, petani penggarap dan petani pemilik penggarap yang berstatus sebagai pekerja keluarga membantu anggota keluarga lain yang memiliki dan mempunyai tanah untuk mengolah lahannya atau jika dikaitkan dengan jenis kelamin diduga petani pemilik dan penggarap tersebut memiliki dan menguasai lahan secara gono-gini sehingga individu satu dapat menjadi tenaga kerja keluarga individu lainnya. Selanjutnya hanya sejumlah satu petani penggarap dan satu petani pemilik penggarap pada Kampung Sukagalih masing-masing satu orang petani pemilik, petani penggarap dan petani pemilik penggarap serta satu orang petani penggarap dua orang petani pemilik penggarap dan satu orang yang bekerja yang mempunyai status berusaha sendiri+tenaga kerja keluarga+tenaga kerja upahan BS+TKK+TU. Dengan demikian dapat dilihat bahwa petani pemilik, petani penggarap serta petani pemilik penggarap membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk melakukan pekerjaanya dibandingkan jenis pekerjaan utama lainnya. Jika dianalisis melalui jenis kelaminnya jumlah perempuan yang berstatus sebagai pekerja keluarga lebih banyak dari jumlah anggota rumahtangga laki-laki yakni sebesar 26 orang dari 82 orang anggota rumahtangga perempuan yang mempunyai pekerjaan utama, dengan demikian sebanyak 26 orang perempuan yang mengaku mempunyai pekerjaan utama tidak memperoleh penghasilan dari apa yang mereka kerjakan, namun tetap berkontribusi dalam penghasilan keluarga dengan tenaganya yang menghemat tenaga upahan.

5.2. Karakteristik Rumahtangga

Dokumen yang terkait

Konflik Agraria (Studi Etnografi Di Desa Aek Buaton, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara)

1 109 111

Analisis Produksi dan Efisiensi Ekonomi Relatif Usahatani Jagung Manis (Kasus di Desa Titisan, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat).

1 9 147

Dimensi Gender dalam Agroforestry Kajian pada Komunitas Petani di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

0 18 7

Peranan Pariwisata dalam Perekonomian Daerah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat

1 17 86

Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan Pengembangan Wilayah Perdesaan. (Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

0 48 410

Struktur Penguasaan Tanah Masyarakat dan Upaya Membangun Kedaulatan Pangan (Kasus Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

1 13 176

Pengetahuan masyarakat tentang konservasi sumberdaya hutan: studi kasus pada masyarakat Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Sukabumi Jawa Barat

0 8 50

Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat

1 11 167

Struktur Agraria Masyarakat Desa Hutan Dan Implikasinya Terhadap Pola Pemanfaatan Sumberdaya Agraria (Studi Kasus: Masyarakat Kampung Pel Cianten, Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 108

Pengembangan Masyarakat Sebagai Pendekatan Pengembangan Wilayah Perdesaan. (Studi Kasus pada Industri Geothermal di Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat)

2 29 200