89 Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa :
5. R = 0,768 berarti hubungan antara variabel stress kerja X
1
, motivasi kerja X
2
, dan iklim organisasi X
3
terhadap keinginan untuk keluar intention to leave Y sebesar 76,8. Artinya hubungannya kuat.
6. Nilai R Square sebesar 0,589 berarti 58,9 variabel keinginan untuk
keluar intention to leave Y dapat dijelaskan oleh variabel stress kerja X
1
, motivasi kerja X
2
, dan iklim organisasi X
3
. Sedangkan sisanya 41,1 dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini seperti kepuasan kerja, kompensasi, pengembangan karir, kepercayaan diri, dukungan kelompok, budaya perusahaan, dan lain-lain.
7. Standard Error of Estimated Standar Deviasi artinya mengukur variasi
dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 0,960. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.
4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Stress Kerja Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention
to Leave
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa stress kerja yang dirasakan agent sangat tinggi. Hal tersebut terlihat dari besarnya pengaruh beban kerja pada
agent cenderung mengarah pada stress kerja ketika kemampuan yang dimiliki tidak sesuai dengan pekerjaan dan tuntutan pekerjaan yang berat. Hal yang
mendasari adalah banyaknya dan sulitnya beban kerja pekerjaan yang dihadapi karyawan membuat perasaannya menjadi tertekan Mangkunegara, 2000. Setiap
Universitas Sumatera Utara
90 pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Dari segi ergonomi setiap beban
kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia menerima
beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik berupa beratnya pekerjaan, seperti mengangkat, merawat, mendorong.
Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu yang lainnya Manuaba,
2000. Beban kerja yang diterima oleh agent berupa beban kerja mental. Pada saat melayani pelanggan, mereka diharuskan memahami serta mengingat seluruh
produk dan mampu mengontrol emosi saat pelanggan marah-marah. Stress kerja yang dirasakan agent memicu mereka memiliki keinginan untuk keluar dari
perusahaan karena tidak nyaman serta rasa tertekan yang cukup tinggi.
4.6.2 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention to Leave
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya motivasi kerja yang diberikan perusahaan kepada agent. Dalam penelitian ini bisa dilihat
tanggapan responden mengenai gaji, 47,2 agent menyatakan tidak setuju bahwa gaji yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Bisa dilihat
bahwa agent tidak termotivasi dengan gaji yang diberikan, karena kebutuhan dan produktivitas kerja yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan gaji yang mereka
harapkan. Di sisi lain kehidupan sosial agent yang kurang harmonis antara rekan kerja maupun dengan atasan. Bahkan untuk jaminan kesehatan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
91 perusahaan belum mampu memenuhi kebutuhan kesehatan agent. Motivasi yang
rendah dapat berakibat pada hasil akhir kinerja karyawan yang tidak maksimal serta menurunkan produktifitas perusahaan.
4.6.3 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention to Leave