Konstanta a = 10,729 , ini menunjukkan harga constant, dimana jika variabel Koefisien X Koefisien X Koefisien X Kesimpulan

74 Y = 10,729 + 0,774 X 1 - 0,086 X 2 - 0,005 X 3 Berdasarkan persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Konstanta a = 10,729 , ini menunjukkan harga constant, dimana jika variabel

stress kerja X 1 , motivasi kerja X 2 , dan iklim organisasiX 3 = 0, maka intention to leave = 10,729.

b. Koefisien X

1 b 1 = 0,774 , ini berarti bahwa variabel stress kerja X 1 berpengaruh positif terhadap intention to leave, atau dengan kata lain jika stress kerja X 1 ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka intention to leave akan bertambah sebesar 0,774. Koefesien bernilai positif artinya terjadi hubungan searah antara variabel stress kerja dengan intention to leave, semakin meningkat stress kerja seorang pegawai dalam bekerja maka akan semakin meningkat pula intention to leave tersebut pada PT. Infomedia Nusantara Medan.

c. Koefisien X

2 b 2 = -0,086 , ini berarti bahwa variabel motivasi kerja X 2 berpengaruh negatif terhadap intention to leave, atau dengan kata lain jika motivasi kerja X 2 ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka intention to leave akan mengalami penurunan sebesar 0,086. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi hubungan tidak searah antara variabel motivasi kerja dengan intention to leave, semakin meningkat motivasi kerja maka akan semakin menurun pula intention to leave pada PT. Infomedia Nusantara Medan.

d. Koefisien X

3 b 3 = -0,005 , ini berarti bahwa variabel iklim organiasi X 3 berpengaruh negatif terhadap intention to leave, atau dengan kata lain jika iklim organsisasi X 3 ditingkatkan sebesar satu-satuan, maka intention to leave akan mengalami penurunan sebesar 0,005. Koefesien bernilai negatif artinya terjadi Universitas Sumatera Utara 75 hubungan tidak searah antara variabel iklim organsasi dengan intention to leave, semakin meningkat iklim organisasi maka akan semakin menurun pula intention to leave pada PT. Infomedia Nusantara Medan.

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin menguji apakah dalam model regresi distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Analisis Grafik Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat grafik histogram, dan grafik normal p-p plot, yang membandingkan antara dua observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil output SPSS terlihat seperti Gambar 4.3, dan Gambar 4.4 Universitas Sumatera Utara 76 . Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Gambar 4.3 Pengujian Normalitas Histogram Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa distribusi data normal karena grafik histogram menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi data normal yang tidak melenceng kanan maupun melenceng kiri. Jadi, berarti data residual berdistibusi normal. Terbukti bahwa data maupun model yang digunakan memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara 77 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Gambar 4.4 Pengujian Normalitas P-P Plot Pada P-P plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan cenderung mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data yang dipergunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk diuji dengan model regresi. Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik bisa saja terlihat berdistribusi normal, padahal secara statistik tidak berdistribusi normal. Jika nilai sig probability lebih besar dari 0,05 maka Ho ditolak dengan pengertian bahwa data yang dianalisis berdistribusi normal. Demikian juga sebaliknya jika nilai sig probability lebih kecil dari 0,05 maka Ho diterima dengan pengertian bahwa data yang dianalisis Universitas Sumatera Utara 78 tidak berdistribusi normal. Berikut ini pengujian normalitas yang didasarkan dengan uji statistik nonparametik Kolmogorv-Smirnov K-S. Tabel 4.11 Uji Kolmogrov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 53 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .93238364 Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .063 Negative -.084 Kolmogorov-Smirnov Z .614 Asymp. Sig. 2-tailed .845 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Berdasarkan Tabel 4.11, terlihat bahwa nilai Asymp.Sig. 2-tailed adalah 0,845, ini berarti nilainya diatas nilai signifikan 5 0.05. dengan kata lain variabel tersebut berdistribusi normal.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF Variance Inflation Factor, kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya, Tolerance adalah mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak Universitas Sumatera Utara 79 dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai yang dipakai untuk Toleranc e 0,1, dan VIF 5, maka tidak terjadi multikolinieritas. Tabel 4.12 Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 10.729 4.680 2.293 .026 Stress_Kerja .774 .102 .711 7.584 .000 .955 1.047 Motivasi_Kerja -.086 .045 -.181 -1.938 .058 .956 1.046 Iklim_Organisasi -.005 .061 -.008 -.085 .932 .990 1.010 a. Dependent Variable: Intention_To_Leave Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Berdasarkan Tabel 4.12 dapat terlihat bahwa data variabel tidak terkena multikolinieritas karena nilai VIF 5 dan nilai Tolerance 0,1 sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi keinginan untuk keluar intention to leave berdasarkan masukan variabel stess kerja, variabel motivasi kerja, dan variabel iklim organisasi.

4.4.3 Uji Autokorelasi

Uji Durbin Watson adalah sebuah test yang digunakan untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi pada nilai residual prediction errors dari sebuah analisis regresi. Yang dimaksud dengan autokorelasi adalah hubungan antara nilai-nilai yang dipisahkan satu sama lain dengan jeda waktu tertentu. Universitas Sumatera Utara 80 Tabel 4.13 Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .768 a .589 .564 .96050 .589 23.438 3 49 .000 2.306 a. Predictors: Constant, Iklim_Organisasi, Motivasi_Kerja, Stress_Kerja b. Dependent Variable: Intention_To_Leave Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Berdasarkan hasil hitung, nilai Durbin-Watson DW-Test adalah sebesar 2,306 sedangkan dalam DW-Tabel untuk k=4 dan n=53, besarnya DW-Tabel dLbatas bawah Durbin Watson = 1,440 dUbatas atas Durbin Watson = 1,678 4-d = 1,694. Cara untuk menentukan atau kriteria pengujian autokorelasi adalah sebagai berikut : 1. Deteksi autokorelasi positif : Jika d dL maka terdapat autokorelasi positif Jika d dU maka tidak terdapat autokorelasi positif Jika dL d dU maka pengujian tidak meyakinkan atau hasil tidak dapat disimpulkan Berdasarkan kriteria diatas, maka di dapat nilai d dU 2,306 1,678. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif 2. Deteksi autokorelasi negatif : Jika 4-d dL maka terdapat autokorelasi negatif Jika 4-d dU maka tidak terdapat autokorelasi negatif Universitas Sumatera Utara 81 Jika dL 4-d dU maka pengujian tidak meyakinkan atau hasil tidak dapat disimpulkan Berdasarkan kriteria diatas, maka di dapat nilai 4-d dU 1,694 1,678. Hasil tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi negatif Pada hasil diatas dapat disimpulkan pada analisis regresi tidak terdapat autokorelasi positif dan tidak terdapat autokorelasi negatif sehingga bisa disimpulkan sama sekali tidak terdapat autokorelasi.

4.4.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu : Analisis Grafik Dasar analisis adalah tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 82 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Gambar 4.5 Pengujian Heteroskedastisitas Scatterplot Berdasarkan Gambar 4.5 dapat terlihat bahwa tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka berdasarkan metode grafik tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Analisis Statistik Dasar analisis metode statistik adalah jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Universitas Sumatera Utara 83 Tabel 4.14 Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.299 2.619 .496 .622 Stress_Kerja .022 .057 .055 .384 .703 Motivasi_Kerja -.037 .025 -.211 -1.484 .144 Iklim_Organisasi -.016 .034 -.066 -.473 .638 a. Dependent Variable: RES2 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa tidak satupun variabel bebas yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat RES2. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 jadi disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas.

4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Uji Signifikan Simultan Uji-F

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah : Ho : b1 = 0, artinya secara serentak tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho : b1 ≠ 0, artinya secara serentak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Universitas Sumatera Utara 84 Kriteria pengambilan keputusan adalah: Ho diterima jika F hitung F tabel pada α= 5 Ho ditolak jika F hitung F tabel pada α= 5 Untuk menentukan nilai F, maka diperlukan adanya derajat bebas pembilang dan derajat bebas penyebut, dengan rumus sebagai berikut: df Pembilang = k – 1 df Penyebut = n – k Keterangan : n = jumlah sampel penelitian k = jumlah variabel bebas dan terikat Pada penelitian ini diketahui jumlah sampel n 53 dan jumlah keseluruhan variabel k adalah 4, sehingga diperoleh : 1. df pembilang = 4 – 1 = 3 2. df penyebut = 53 – 4 = 49 Nilai F hitung akan diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS, kemudian akan dibandingkan dengan F tabel pada tingkat α = 5. Tabel 4.15 Hasil Uji Signifikan Simultan Uji-F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 64.870 3 21.623 23.438 .000 a Residual 45.206 49 .923 Total 110.075 52 a. Predictors: Constant, Iklim_Organisasi, Motivasi_Kerja, Stress_Kerja b. Dependent Variable: Intention_To_Leave Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Universitas Sumatera Utara 85 Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa hasil perolehan F hitung pada kolom F yakni sebesar 23,438 dengan tingkat signifikansi = 0.000, lebih besar dari nilai F tabel yakni 2,794, dengan tingkat kesalahan α = 5, atau dengan kata lain F hitung F tabel 23,438 2,794. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis jika F hitung F tabel dan tingkat signifikansinya 0.000 0.05, menunjukkan bahwa pengaruh variabel bebas stess kerja, motivasi kerja, dan iklim organisasi secara serempak adalah signifikan terhadap variabel terikat keinginan untuk keluarintention to leave.

4.5.2 Uji Signifikan Parsial Uji-t

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara parsial individual terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah : Ho : b1 = 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang positif dansignifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Ho : b1 ≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang positif dan signifikandari variabel bebas terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan keputusan adalah: Ho diterima jika t hitung t tabel pada α= 5 Ho ditolak jika t hitung t tabel pada α= 5 Hasil pengujian adalah : Tingkat kesalahan α = 5 dan derajat kebebasan df = n-k n = jumlah sampel, n = 53 Universitas Sumatera Utara 86 k = jumlah variabel yang digunakan, k = 4 Derajat kebebasan degree of freedomdf =n-k = 53-4 = 49 Uji-t yang dilakukan adalah uji satu arah, maka t tabel yang digunakan adalah t 0,05 49 = 1,677 Tabel 4.16 Hasil Uji Signifikan Parsial Uji-t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 10.729 4.680 2.293 .026 Stress_Kerja .774 .102 .711 7.584 .000 Motivasi_Kerja -.086 .045 -.181 -1.938 .058 Iklim_Organisasi -.005 .061 -.008 -.085 .932 a. Dependent Variable: Intention_To_Leave Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Berdasarkan Tabel 4.16 dapat dilihat bahwa: 1. Variabel Stress Kerja X 1 Nilai t hitung variabel stress kerja adalah 7,584 dan nilai t tabel 1,677 maka t hitung t tabel 7,584 1,677 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel stress kerja berkontribusi terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel stress kerja mempunyai hubungan yang searah dengan keinginan untuk keluar intention to leave dan signifikan 0,000 0,05 secara parsial terhadap intention to leave. 2. Variabel Motivasi Kerja X 2 Nilai t hitung variabel motivasi kerja adalah -1,938 dan nilai t tabel 1,677 maka t hitung t tabel 1,938 1,677 bahwa variabel motivasi kerja berkontribusi Universitas Sumatera Utara 87 terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. Nilai t negatif menunjukkan bahwa variabel motivasi kerja mempunyai hubungan yang tidak searah dengan keinginan untuk keluar intention to leave dan tidak signifikan 0,58 0,05 secara parsial terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. 3. Variabel Iklim Organisasi X 3 Nilai t hitung variabel iklim organisasi adalah -0,085 dan nilai t tabel 1,677 maka t hitung t tabel 0,085 1,677 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel iklim organisasi tidak berkontribusi terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. Nilai t negatif menunjukkan bahwa iklim organisasi mempunyai hubungan tidak searah dengan keinginan untuk keluar intention to leave dan tidak signifikan 0,932 0,05 secara parsial terhadap intention to leave.

4.5.3 Pengujian Koefisien Determinasi R

2 Pengujian koefisien determinasi R² digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai satu 0 ≤ R² ≥ 1. Jika R² semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 88 Pengaruh tinggi rendahnya koefisien determinasi tersebut digunakan pedoman yang dikemukakan oleh Guilford yang dikutip oleh Supranto 2001:227 adalah sebagai berikut : Tabel 3.7 Pedoman Interpretasi Koefisien Determinasi Pernyataan Keterangan 4 Pengaruh Rendah Sekali 5 - 16 Pengaruh Rendah Tapi Pasti 17 - 49 Pengaruh Cukup Berarti 50 - 81 Pengaruh Tinggi atau Kuat 80 Pangaruh Tinggi Sekali Sumber : Supranto 2001:227 Tabel 4.17 Hasil Uji Koefesien Determinasi R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .768 a .589 .564 .96050 a. Predictors: Constant, Iklim_Organisasi, Motivasi_Kerja, Stress_Kerja b. Dependent Variable: Intention_To_Leave Sumber: Hasil Penelitian, 2015 data diolah Universitas Sumatera Utara 89 Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa : 5. R = 0,768 berarti hubungan antara variabel stress kerja X 1 , motivasi kerja X 2 , dan iklim organisasi X 3 terhadap keinginan untuk keluar intention to leave Y sebesar 76,8. Artinya hubungannya kuat. 6. Nilai R Square sebesar 0,589 berarti 58,9 variabel keinginan untuk keluar intention to leave Y dapat dijelaskan oleh variabel stress kerja X 1 , motivasi kerja X 2 , dan iklim organisasi X 3 . Sedangkan sisanya 41,1 dapat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti kepuasan kerja, kompensasi, pengembangan karir, kepercayaan diri, dukungan kelompok, budaya perusahaan, dan lain-lain. 7. Standard Error of Estimated Standar Deviasi artinya mengukur variasi dari nilai yang diprediksi. Dalam penelitian ini standar deviasinya sebesar 0,960. Semakin kecil standar deviasi berarti model semakin baik.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Stress Kerja Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention

to Leave Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa stress kerja yang dirasakan agent sangat tinggi. Hal tersebut terlihat dari besarnya pengaruh beban kerja pada agent cenderung mengarah pada stress kerja ketika kemampuan yang dimiliki tidak sesuai dengan pekerjaan dan tuntutan pekerjaan yang berat. Hal yang mendasari adalah banyaknya dan sulitnya beban kerja pekerjaan yang dihadapi karyawan membuat perasaannya menjadi tertekan Mangkunegara, 2000. Setiap Universitas Sumatera Utara 90 pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Dari segi ergonomi setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia menerima beban tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik berupa beratnya pekerjaan, seperti mengangkat, merawat, mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu yang lainnya Manuaba, 2000. Beban kerja yang diterima oleh agent berupa beban kerja mental. Pada saat melayani pelanggan, mereka diharuskan memahami serta mengingat seluruh produk dan mampu mengontrol emosi saat pelanggan marah-marah. Stress kerja yang dirasakan agent memicu mereka memiliki keinginan untuk keluar dari perusahaan karena tidak nyaman serta rasa tertekan yang cukup tinggi.

4.6.2 Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention to Leave

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya motivasi kerja yang diberikan perusahaan kepada agent. Dalam penelitian ini bisa dilihat tanggapan responden mengenai gaji, 47,2 agent menyatakan tidak setuju bahwa gaji yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Bisa dilihat bahwa agent tidak termotivasi dengan gaji yang diberikan, karena kebutuhan dan produktivitas kerja yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan gaji yang mereka harapkan. Di sisi lain kehidupan sosial agent yang kurang harmonis antara rekan kerja maupun dengan atasan. Bahkan untuk jaminan kesehatan yang diberikan Universitas Sumatera Utara 91 perusahaan belum mampu memenuhi kebutuhan kesehatan agent. Motivasi yang rendah dapat berakibat pada hasil akhir kinerja karyawan yang tidak maksimal serta menurunkan produktifitas perusahaan.

4.6.3 Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar Intention to Leave

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim organisasi yang tercipta di perusahaan kurang kondusif. Ini ditunjukkan dengan besarnya presentase bahwa agent merasa tidak bebas untuk berkreatifitas dalam bekerja serta kurangnya wewenang atas pekerjaannya. Kompensasi atau gaji yang diberikan perusahaan belum sesuai dengan besarnya beban pekerjaan serta belum sesuai dengan yang diharapkan agent. Reward atau penghargaan saat agent berprestasi juga sangat jarang diberikan oleh perusahaan. Bahkan suasana kerja dan semangat tim yang tercipta di perusahaan kurang bersahabat, agent tidak saling membantu dalam bekerja dan tidak terlalu bangga menjadi bagian dari perusahaan. Iklim organisasi yang tidak kondusif menyebabkan agent merasa tidak senang dan nyaman bekerja di perusahaan. Universitas Sumatera Utara 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan Uji-t variabel stress kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap keinginan untuk keluar intention to leave karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan. Artinya bahwa stress kerja memiliki hubungan yang searah yaitu jika stress kerja yang dirasakan agent meningkat maka keingian untuk keluar intention to leave juga akan meningkat dan berpengaruh signifikan terhadap keinginan untuk keluar intention to leave. 2. Berdasarkan Uji-t variabel motivasi kerja berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keinginan untuk keluar intention to leave karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan. Artinya bahwa motivasi kerja memiliki hubungan yang tidak searah yaitu jika motivasi kerja yang diberikan perusahaan mampu memotivasi agent untuk bekerja maksimal maka keingian untuk keluar intention to leave akan menurun dan tidak berpengaruh signifikan terhadap keingian untuk keluar intention to leave. 3. Berdasarkan Uji-t variabel iklim organisasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap keinginan untuk keluar intention to leave karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan. Artinya bahwa iklim organisasi memiliki hubungan yang tidak searah yaitu jika iklim organisasi yang tercipta di dalam perusahaan kondusif dan menyenangkan maka keingian untuk keluar intention to leave akan menurun dan tidak berpengaruh signifikan terhadap keingian untuk keluar intention to leave. Universitas Sumatera Utara 93 4. Berdasarkan Uji-F stress kerja, motivasi kerja, dan iklim organisasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara serempak terhadap keinginan untuk keluar intention to leave.

5.2 Saran 1.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Infomedia Nusantara Contact Center Telkom Medan

21 120 142

Pengaruh Etos Kerja Islam Terhadap Implementasi Keadilan Organisasi Dan Dampaknya Terhadap Keinginan Pindah Kerja

0 8 179

Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Keinginan Keluar (Turnover Intention) Karyawan.

0 4 18

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Intention To Leave Pada PT. Rajawali Nusindo Medan

0 0 13

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Intention To Leave Pada PT. Rajawali Nusindo Medan

1 0 2

Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Stres Kerja Terhadap Intention To Leave Pada PT. Rajawali Nusindo Medan

0 0 12

I. Identitas Responden - Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar (Intention to Leave) Karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Stress Kerja 2.1.1.1 Pengertian Stress Kerja - Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar (Intention to Leave) Karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan

0 2 32

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar (Intention to Leave) Karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan

0 0 9

Pengaruh Stress Kerja, Motivasi Kerja dan Iklim Organisasi Terhadap Keinginan untuk Keluar (Intention to Leave) Karyawan pada PT. Infomedia Nusantara Medan

0 0 15