15
2.1.1.3 Dampak Stress Kerja
Pada umumnya, stress kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunya
gairah kerja, kecemasan yang tinggi, frustasi dan sebagainya. Konsekuensi pada karyawan ini tidak hanya berhubungan dengan aktivitas kerja, tapi dapat meluas
pada aktivitas lain diluar pekerjaan. Misalnya, tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi dan sebagainya.
Bagi perusahaan, konsekuensi yang timbul dan bersifat tidak langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunya tingkat produktivitas dan secara
psikologis, dapat menurunkan komitmen organisasi, memicu perasaan teraliansi, hingga turnover.
Menurut Cox Manurung, 2011:20 terdapat empat konsekuensi yang dapat ditimbulkan stress terhadap karyawan, yaitu:
1. Pengaruh psikologi, dimana individu menjadi gelisah, agresif, lesu,
depresi, bosan, mudah kehilangan kesabaran, kecewa, dan memiliki harga diri yang rendah.
2. Pengaruh perilaku, dimana individu mengonsumsi alkohol secara
berlebihan, berkurangnya nafsu makan atau bertambahnya nafsu makan, menyalahgunakan obat-obatan, serta menurunnya semangat untuk
berolahraga yang dapat mengakibatkan timbulnya penyakit. 3.
Pengaruh kognitif, dimana individu tidak mampu mengambil keputusan, berkurangnya konsentrasi dan cenderung peka terhadap ancaman.
Universitas Sumatera Utara
16 4.
Pengaruh fisiologis, dimana individu mengalami gangguan kesehatan fisik, baik dari penyakit yang telah diderita sebelumnya, atau timbulnya penyakit
tertentu. Menurut Sunyoto 2013:44 dampak stress dapat dikategorikan menjadi tiga,
yaitu: 1.
Gejala fisiologis. Pengaruh awal dari stress umumnya berupa gejala-gejala fisiologis. Hal ini disebabkan masalah stress pertama kali diteliti oleh ahli
di bidang ilmu kesehatan dan medis. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stress dapat menciptakan perubahan dalam
metabolism, meningkatkan detak jantung dan tarikan napas, meningkatkan tekanan darah, skait kepala, dan memicu serangan jantung. Hubungan
antara stress dengan gejala-gejala fisiologis masih kurang begitu jelas, tetapi beberapa bukti yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa stress
memiliki efek fisiologis yang membahayakan. 2.
Gejala psikologis. Salah satu gejala psikologis akibat stress adlah adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan. Gejala psikologis lain akibat stress
dapat berupa kecemasan, kejenuhan, keteganga, kesal, dan sikap yang suka menunda-nunda pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
tuntutan berlebihan dan saling bertentangan, tugas yang tidak jelas, serta wewenang dan tanggung jawab juga tidak jelas, dapat menimbulkan stress
atau ketidakpuasan. 3.
Gejala perilaku. Individu yang mengalami stress cenderung akan mengalami perubahan aktivitas, kemangkiran, perputaran karyawan,
Universitas Sumatera Utara
17 disamping perubahan dalam kebiasaan makan, merokok, konsumsi
alcohol, bicara gagap, kegelisahananxiety, dan tidur tidak teratur. Stress yang dialami karyawan dapat menimbulkan berbagai perilaku negatif
terhadap organisasi,
seperti menurunnya
kinerja atau
meningkatnya ketidakhadiran kerja. Schuller dalam Manurung, 2011:19 mengidentifikasi
beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja karyawan terhadap organisasi:
1. Mengganggu kenormalan aktivitas bekerja
2. Menurunnya produktivitas kerja
3. Terjadinya kekacauan berupa hambatan, baik di dalam manajemen
maupun operasional 4.
Menurunnya keuntungan perusahaan akibat ketidakseimbangan produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk kesejahteraan
karyawan.
2.1.1.4 Kegiatan-kegiatan Personalia untuk Mengurangi Stress