Gambar 2.25 Guru Har Rai
2.4.8 Guru Har Krishan
Har Krishan masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru. Kakaknya yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan membentuk sekte yang terpisah.
Hari Krishen meninggal disaat dia berumur baru sembilan tahun. Di saat kematian Guru Hari Krishan, maka beberapa orang menyatakan bahwa mereka berhak
menjadi gadi dari Guru.
Gambar 2.26 Guru Har Krishan
Universitas Sumatera Utara
2.4.9 Guru Tegh Bahadur
Orang yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur 1664–1675. Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh bebuyutannya.
Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan agama dari maharaja Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di antara lawan maharaja yang melakukan
diskriminasi agama dan kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh Bahadur telah mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta
memaksa penduduk pedesaan.13 Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran maharaja di
Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada Guru dengan alasan memberontak Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru berikutnya.
Gambar 2.27 Guru Tegh Bahadur
2.4.10 Guru Gobind Singh
Guru Gobind Singh merupakan guru kesepuluh dan sebagai guru terakhir
dari umat Sikh. Dia tidak mewariskan ajaran-ajarannya kepada keturunannya
Universitas Sumatera Utara
tetapi dia mewariskan semua ajaran termasuk ajaran kesembilan guru sebelumnya kedalam sebuah kitab suci. Sehingga kitab suci tersebut dianggap sebagai guru
kesebelas yang dimana semua ajaran tentang agama Sikh tinggal di dalamnya. Dalam otobiografinya, Bichitra Natak, dia menulis: “Tuhan
memerintahkan saya untuk pergi ke dunia. Pikiranku pada saat itu terpusat pada bunga anggrek di kaki Tuhan. Saya tidak ingin pergi, tetapi Tuhan mengirimku ke
dunia dengan suatu mandat, firman Nya: ‘Aku pelihara engkau sebagai Putera Ku, dan mengirimkan engkau untuk menegakkan kemuliaan dan menyelamatkan
rakyat.” Guru Gobind Singh melakukan suatu upacara yang disebut Khanda di- Pahul
Baptis Pedang, di mana dia memandikan lima murid yang terpilih disebut Piyaras
. Dia mengirimkan satu cawan besi dan menaruhkan beberapa gula dan air di dalamnya. Kemudian dia mengaduknya dengan belati bersisi dua, dan
menyebut adukannya sebagai Amrita, dan kelima Piyara meminumnya kemudian memakan sejenis bubur yang disebut Karah Parshad. Mereka diminta untuk
memakai nama ‘Singh’singa dan memakai senjata pribadi serta memakai baju perang.
Gambar 2.28 Guru Gobindh Singh
Universitas Sumatera Utara
BAB III DESKRIPSI ASA DI WAAR PADA IBADAH RUTIN SIKH
3.1 Pengertian Asa Di Waar