Sahib , di mana dia memasukkan karangannya sendiri bersama-sama keempat
pendahulunya. Ketiga, dia mengorganisir kaum Sikh dalam suatu masyarakat terpisah dengan kitab suci tersendiri, dan menjadikan danau suci beserta kuil suci
mereka. Ini permulaan dari Negeri Sikh, dan Guru Arjun disebut oleh para pengikutnya Sanchcha Padshah Maharaja Sejati.
Gambar 2.23 Guru Arjan Dev
2.4.6 Guru Har Gobind
Guru yang keenam, Har Gobind 1606 – 1645, dikelilingi tukang pukul dan memerintahkan para pengikutnya untuk mempersenjatai diri. Dalam kuil-kuil
Sikh, mengutip Kushwant Sing, “sebagai ganti menyanyikan puji-pujian perdamaian, maka para jamaah memperdengarkan balada untuk menggugah
semangat kepahlawanan, sebagai ganti ceramah-ceramah agama, mereka mendiskusikan rencana-rencana penaklukkan militer.” Mereka menjadi besar,
mempunyai angkatan bersenjata yang terlatih baik, terdiri dari infantri, kaveleri,
Universitas Sumatera Utara
dan unit-unit arteleri. Di bawah kepemimpinan Har Gobind, mereka terlibat konflik bersenjata dengan pasukan-pasukan kerajaan kaisar Shah Jehan dalam
beberapa kali pertempuran.
Gambar 2.24 Guru Har Gobind
2.4.7 Guru Har Rai
Guru ketujuh, Har Rai 1645 – 1661 adalah cucu Har Gobind. Dia tetap menjaga semangat militer kaum Sikh. Dia bersahabat dengan putera Maharaja
Shah Jehan yang bersikap liberal, Dara Shikoh, dan membantunya dalam perang perebutan tahta melawan Aurangzeb. Har Rai mengabaikan putera sulungnya
Ram Rai, karena yang belakangan ini mempunyai hubungan persahabatan dengan Maharaja Moghul Aurangzeb, dan kemudian menunjuk putera keduanya, yakni
Har Krishan 1661–1664 sebagai penggantinya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.25 Guru Har Rai
2.4.8 Guru Har Krishan
Har Krishan masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru. Kakaknya yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan membentuk sekte yang terpisah.
Hari Krishen meninggal disaat dia berumur baru sembilan tahun. Di saat kematian Guru Hari Krishan, maka beberapa orang menyatakan bahwa mereka berhak
menjadi gadi dari Guru.
Gambar 2.26 Guru Har Krishan
Universitas Sumatera Utara
2.4.9 Guru Tegh Bahadur
Orang yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur 1664–1675. Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh bebuyutannya.
Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan agama dari maharaja Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di antara lawan maharaja yang melakukan
diskriminasi agama dan kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh Bahadur telah mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta
memaksa penduduk pedesaan.13 Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran maharaja di
Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada Guru dengan alasan memberontak Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru berikutnya.
Gambar 2.27 Guru Tegh Bahadur
2.4.10 Guru Gobind Singh