Pokok Permasalahan Lokasi Penelitian

dahulu dan telah dibuat ke dalam bentuk skripsi oleh mahasiswa Departemen Etnomusikologi. Sehingga penulis merasa penting untuk melihat satu bagian lagi dari tiga bagian besar ibadah Sikh yaitu Asa Di Waar tersebut. Karena Asa Di Waar ini merupakan bagian dari ibadah keagaaman, maka penelitian dilakukan di Gurdwara Perbandak Committee, yang terletak di Jalan Teuku Umar, Medan. Lebih lanjut, karya tulis ilmiah ini akan diberi judul, “Analisis Tekstual dan Musikal Asa Di Waar dalam Ibadah Agama Sikh di Gurdwara Perbandak Committee , Tengku Umar, Medan.”

1.2 Pokok Permasalahan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana tekstual dan musikal Asa Di Waar yang disajikan pada Ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee, Tengku Umar, Medan. 2. Bagaimana makna yang terkandung dalam pembacaan Asa Di Waar dan apa dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee , Tengku Umar, Medan. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Mengetahui tekstual dan musikal Asa Di Waar pada Ibadah masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee, Tengku Umar, Medan. 2. Mengetahui makna yang terdapat pada Asa Di Waar yang ditimbulkan kepada masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee, Tengku Umar, Medan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang analisis tekstual dan musikal Asa Di Waar pada Ibadah Masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee , Tengku Umar, Medan. 2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian musikologis suatu ibadah religi yang mengandung unsur-unsur musikal kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya. 3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini. 4. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan Etnomusikologi. Universitas Sumatera Utara

1.4 Konsep dan Kerangka Teori

1.4.1 Konsep

Menurut R. Merton dalam Koentjaraningrat 1994: 21, konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari itu, penulis akan memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1995: 37, analisis adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam penulisan ini berarti hasil analisa objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah ibadah rutin masyarakat Sikh dan pokok pembahasan difokuskan pada Asa Di Waar yang disajikan secara musikal serta makna teks yang terdapat di dalamnya. Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa Malm dalam terjemahan Takari 1993: 8 4 . Dari pengertian musik tersebut, dapat dipahami bahwa musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung unsur musik. 4 Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun 1977 yang dialihbahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada tahun 1993. Universitas Sumatera Utara Pembacaan Kitab yang dilantunkan secara musikal dalam istilah Etnomusikologi adalah chanting. Asa Di Waar yang merupakan pembacaan ayat dari isi kitab yang dilakukan pada ibadah masyarakat Sikh dapat penulis nyatakan sebagai bahan kajian etnomusikologi karena mengandung unsur musikal atau dapat dikategorikan sebagai nyanyian yang di dalamnya terdapat kombinasi yang mengandung unsur nada, ritem dan dinamika. Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1995: 1024. Dari pengertian teks tersebut, maka tekstual merupakan hal yang berhubungan atau berkaitan dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka pengertian teks yang dipakai adalah kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan yang kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks tersebut. Pengertian masyarakat society dalam Bahasa Inggris dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary sixth edition 2000: 1226 adalah: 1 people in general, living together in communities; 2 a particular community of people who share the same customs, laws, etc; 3 a group of people who join together for a particular purpose; 4 the group of people in a country who are fashionable, rich and powerful; 5 the state of being with other people orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam komunitas; sebuah komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama dan sebagainya; sekelompok orang-orang yang saling Universitas Sumatera Utara terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam satu negara yang modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal dengan orang lain. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu komunitas yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama, kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak persamaan lain yang saling terikat satu dengan yang lain. Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ฀฀฀฀ , berasal dari bahasa Sansekerta yaitu śisya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śiksa yang berarti “pelajaran”. Menurut pasal I dari “Rehat Maryada“ norma dan ketentuan tingkah laku dalam Sikh, seorang Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal; Kesepuluh Guru 5 , dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh ; Sri Guru Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia kepada agama lain” id.wikipedia.org.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, teori diartikan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa kejadian dan asas-asas, hukum-hukum yang dijadikan dasar sesuatu serta pendapat cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu. 5 Ada sepuluh guru dalam ajaran Sikh, yaitu: 1 Sri Guru Nanak Dev Ji, 2 Sri Guru Anggad Dev Ji, 3 Sri Guru Amardas Ji, 4 Sri Guru Raamdas Ji, 5 Sri Guru Arjan Dev Ji, 6 Sri Guru Hargobind Sahib Ji, 7 Sri Guru Har Rai Ji, 8 Sri Guru Har Krishan Sahib Ji, 9 Sri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji, 10 Sri Guru Gobind Singh Ji. Universitas Sumatera Utara Dalam bahasan yang lebih dalam, untuk menganalisis struktur musik dalam Asa Di Waar, penulis menggunakan teori weighted scale bobot tangga nada yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu 1 tangga nada scale, 2 nada dasar pitch centre , 3 wilayah nada range, 4 jumlah pemakaian nada frequency of not, 5 jumlah interval, 6 pola-pola kadensa, 7 formula melodi, dan 8 kontur. Kedelapan point ini akan dipakai dalam penganalisaan stuktur musik. Dalam menganalisa teks-teks yang terdapat dalam Asa Di Waar, penulis memperhatikan beberapa teori. Seperti teori yang dikemukakan oleh William P. Malm 1977:17-18 yang diterjemahkan oleh Rizaldi Siagian, yaitu bahwa dalam musik vokal, hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya apabila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hubungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi. Tentang teks, dimana penulis ingin melihat makna dari Asa Di Waar itu sendiri, maka penulis juga memperhatikan pandangan yang dikemukakan oleh Alan P. Merriam 1964 : 46 yang menyebutkan bahwa teks lagu mengungkapkan perilaku sastra yang dapat dianalisa melalui struktur dan konten atau isi. Berikutnya masih tentang makna, penulis juga memperhatikan pandangan Groce Kraft 1991 : 25 yang menyebutkan bahwa makna ialah sesuatu yang tersirat Universitas Sumatera Utara dibalik bentuk dan aspek isi dari suatu kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif ialah makna kata yang terkandung arti tambahan, sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna yang sebenarnya. Untuk mentranskripsikan melodi yang terdapat dalam Asa Di Waar, penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Nettl yang menyatakan, ada 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan musik, yaitu : 1 Menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, 2 Mendeskripsikan dan menulis apa yang dilihat. Dalam mentranskripsi Asa Di Waar, penulis akan menggunakan kedua pendapat tersebut, karena dalam melakukan analisis nantinya penulis akan menganalisa musik dari apa yang dilihat dan data yang didapat di lapangan, dan juga dari apa yang didengar pada saat penelitian di lapangan. Menurut Nettl 1964:99, bahwa transkripsi adalah suatu proses menotasikan bunyi atau membuat menjadi sumber visual. Dan pengertian tersebut merupakan hal yang mendukung dari pembahasan skripsi ini. Untuk menotasikan Asa Di Waar , penulis juga menyatakan bahwa ada dua jenis notasi musik, yaitu : 1 Notasi Preskriptif, notasi yang bertujuan menyajikan sebuah komposisi dari musik yang di dengar, 2 Notasi Deskriptif, notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri atau detail-detail dari komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Dalam pembahasan ini lebih lanjut, penulis akan menggunakan notasi Deskriptif karena dalam penulisan ini akan Universitas Sumatera Utara memberikan informasi-informasi dan kajian detail yang terdapat dalam komposisi musik Asa Di Waar. Selaras dengan pengertian upacara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait pada aturan tertentu menurut adat atau agama, penulis mengkategorikan ibadah Sikh ke dalam bagian dari upacara. Asa Di Waar yang merupakan bagian dari ibadah Sikh memiliki komponen-komponen pada pelaksanaannya. Untuk menjelaskan tentang komponen-komponen tersebut, penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1990 : 377 bahwa ada 4 komponen penting dalam upacara, yaitu 1 tempat upacara, 2 waktu upacara, 3 benda- benda dan alat-alat upacara, 4 pendukung dan pemimpin upacara.

1.5 Metode Penelitian

Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan Koentjaraningrat 1990:41. Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13. Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Data yang disajikan dalam bentuk Universitas Sumatera Utara kata-kata atau kalimat dan datanya adalah data sekunder seperti dokumen dan dalam penelitian-penelitian yang menggunakan metode pengamatan terlibat atau participant observation M. Sitorus 2003: 25. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1.5.1 Studi Kepustakaan

Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang ada di Departemen Etnomusikologi. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel. Penulis juga mengambil bahan referensi dari skripsi yang juga telah membahas tentang masyarakat Sikh seperti skripsi oleh Rina Simanjuntak, S.Sn dengan judul “Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing Tinggi.” dan skripsi oleh Andro Mahardika, S.Sn dengan judul “Analisis Melodis Harmonium dan Pola Ritem Tabla dalam Mengiring Ibadah Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan.” Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet saat ini, yang menyediakan banyak informasi yang kita butuhkan. Dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com , penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti id.wikipedia.org, repository USU, blog-blog, Universitas Sumatera Utara dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

1.5.2 Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan adalah semua kegiatan yang dilakukan penulis berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara dan perekaman. 1. Observasi Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit Burhan Bungin 2007: 115. Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung detail Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee. Selain melakukan pengamatan langsung dalam ibadah masyarakat Sikh, penulis juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Sikh itu sendiri. 2. Wawancara Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui observasi. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara Universitas Sumatera Utara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara Moh. Nazir 1988: 234. Lebih lanjut M. Sitorus 2003:32-33 menjelaskan tentang bentuk-bentuk wawancara. Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Bapak Dalip Singh sebagai informan kunci karena beliau adalah salah satu pendeta Sikh di kota Medan yang mengerti banyak tentang agama ini dan mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. dan sebagai informan pangkal penulis menentukan Ibu Rajbir sebagai Universitas Sumatera Utara pemusik ibadah yang sering mengiringi Asa Di Waar dalam ibadah di Gurdwara. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa jemaat yang hadir. 3. Perekaman atau dokumentasi Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan Asa Di Waar di Gurdwara Perbandak Committee, penulis menggunakan kamera digital dan handycam sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera digital yang digunakan adalah merk Canon IXUS 80 IS, sedangkan spesifikasi handycam yang digunakan adalah merk Sony Handycam DCR-SR65.

1.5.3 Kerja Laboratorium

Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan skripsi ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi. Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data. Menurut Burhan Bungin 2007:153, ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu: 1 menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan 2 menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil Universitas Sumatera Utara penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk membahas komponen pendukung Asa Di Waar pada masyarakat Sikh di Gurdwara Perbandak Committee , Teuku Umar, Medan. Komponen pendukung tersebut adalah pemimpin ibadah, teks nyanyian, alat musik, dan masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara Perbandak Committee, Tengku Umar, Medan.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Perbandak Committee jalan Tengku Umar, Medan. Alasan memilih lokasi tersebut karena merupakan satu dari empat Gurdwara yang terdapat di Sumatera Utara dan selalu mengadakan ibadah rutin bagi masyarakat Sikh di tempat tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB II IDENTIFIKASI MASYARAKAT SIKH DI KOTA MEDAN

2.1 Gambaran Umum Kota Medan

Medan merupakan ibukota dari provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kotakabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30 – 3° 43 Lintang Utara dan 98° 35 - 98° 44 Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Dimana di sebelah utara kota Medan berbatasan dengan selat Malaka. Di sebelah timur kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Di sebelah selatan kota Medan berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang, dan di sebelah barat kota Medan juga berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Iklim Kota Medan, dipengaruhi oleh letaknya yang berada di Pesisir Timur Pulau Sumatera yang berarti dekat dengan Selat Malaka. Keadaan ini menyebabkan iklim Kota Medan cenderung panas ataupun tropis dengan suhu berkisar antara 24’-36’. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 M di bagian Utara-Belawan sampai 37,5 m di bagian Selatan di atas permukaan laut. Daerah Utara sampai 3 Universitas Sumatera Utara