2.3.3 Sistem Bahasa
Bahasa merupakan suatu bentuk perantara dalam melakukan komunikasi, baik itu secara lisan maupun tulisan. Seperti yang telah penulis kemukakan pada
bab pertama, bahwa penganut agama Sikh pada umunya ialah bangsa India dengan suku Punjabi, maka bahasa yang mereka gunakan ialah bahasa Punjabi.
Walaupun mereka juga tetap menggunakan bahasa Indonesia untuk berinteraksi dengan suku lain. Tetapi pada saaat di dalam tempat ibadah, sesama mereka
umumnya mereka menggunakan bahasa Punjabi. Penggunaan, pengucapan, penulisan bahasa Punjabi sangatlah rumit dan
karena itu terkadang dari suku bangsa Punjabi itu sendiri ada yang tidak mengerti bahasa Punjabi dan juga ada yang mengeri namun sulit mengucapkannya. Dalam
bahasa Punjabi terdapat dua jenis bahasa yang digunakan yaitu bahasa yang digunakan pada kitab suci atau bahasa Punjabi halus yang dari Negara India asli
dan bahasa yang sudah tercampur dengan bahasa inggris atau bahasa Punjabi kampung Phende whali Punjab. Misalnya penyebutan kata besok, dalam bahasa
Punjabi halus disebut dengan khal sedangkan dalam bahasa Punjabi kampong disebut phalke. Dengan demikian terkadang bahasa yang terdapat pada kitab suci
sangat sulit dimengerti jadi orang-orang yang menggunakannya adalah orang- orang tertentu seperti para pendeta serta orang yang telah belajar bahasa yang ada
dalam kitab suci tersebut sedangkan bahasa Punjabi kampung masih bisa dimengerti karena jenis bahasa tersebut dicampur dengan bahasa inggris. Pada
suku bangsa Punjabi terdapat 35 tiga puluh lima vokal yang masing-masing
Universitas Sumatera Utara
huruf mengandung arti yang berbeda. Dan dalam suku bangsa Punjabi tidak ada kata tunggal dan kata jamak.
2.3.4 Aspek Pendukung Lain
Beberapa aspek pendukung lain dari keberadaan agama Sikh di Medan dapat dilihat dari sistem mata pencaharian dan sistem kekerabatan mereka.
2.3.4.1 Sistem Mata Pencaharian
Pada masa saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Sikh di berbagai tempat secara umum memiliki mata pencaharian
yang hampir sama. Sistem mata pencaharian masyarakat Sikh dikenal dengan sebutan ‘S4’, yaitu: sekolah, susu, sport, dan supir. Sekolah artinya menjadi
seorang guru dengan menempuh pendidikan yang tinggi, kebanyakan dari mereka menjadi guru Bahasa Inggris. Susu artinya menjadi seorang peternak sapi atau
lembu yang sejak dulu susu perahannya sudah dikenal banyak orang. Sport artinya membuka toko sport yang menjual semua peralatan olahraga. Supir artinya
menjadi seorang supir Wawancara dengan Bapak Dalip Singh, 19 April 2012. Dan pekerjaan lainnya sebagaimana yang dikatakan Lubis,2005 : 146
bahwa terdapat masyarakat Sikh yang berprofesi sebagai dokter, pengusaha, dosen, akuntan dan lain sebagainya. Namun diantara semua pekerjaan diatas,
terdapat satu pekerjaan yang dilakukan dari turun-temurun yaitu beternak sapi. Dan ini terlihat di Teuku Umar, meskipun mereka mempunyai pekerjaan yang
lebih bagus tetapi tetap saja mereka menjadi peternak sapi guna mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
susu dan minyak sapi. Susu hasil perahan ini dikonsumsi sendiri, dijual sedangkan minyak sapinya digunakan untuk campuran makanan seperti makanan yang
terdapat di Gurdwara. Veneta 1998:26 menjelaskan bahwa dalam beternak sapi, umat Sikh mendapatkan kesulitan memperoleh surat izin usaha dari Pemerintah
agar ternak yang diperbolehkan keluar dari tanah peternak untu merumput di hutan, resiko ternak mati, dicuri, sakit dan biaya pengobatan, jumlah susu
berkurang karena kurangnya rumput. Dan karena itu, tidak banyak lagi masyarakat Sikh bekerja sebagai peternak sapi dan jika yang masih menekuninya
itu karena, ia memiliki lahan yang luas sehingga di bagian belakang rumahnya dapat memelihara sapi. Dan karena beberapa faktor itulah yang menyebabkan
kurangnya suku bangsa Punjabi yang memelihara sapi. Namun dalam hal ini mata pencaharian suku bangsa ini menyatakan bahwa pada prinsipnya, jika mereka
memiliki kemampuan dalam hal ekonomi lebih baik membuka usaha sendiri dari pada harus bekerja dengan orang lain Nababan, Surya Christina, 2011.
2.3.4.2 Sistem Kekerabatan
Masyarakat Sikh menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang artinya garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau seorang ayah. Misalnya
seorang laki-laki bermarga Sandhu menikah seorang perempuan bermarga Maan, maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki marga ayahnya yaitu
Sekhon. Untuk lebih jelasnya kita dapat melihat skema berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
♂ ♀
A. Sekhon B. Maan
♂ ♀
♂
C. Sekhon D. Sekhon E. Sekhon
Bagan 2.1 Sistem Kekerabatan Patrilineal Sikh
Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki, diberi gelar ‘Singh’ di belakang namanya, contoh: Y Singh Sekhon. Dan untuk
perempuan diberi gelar ‘Kaur’ di belakang namanya, contoh: X. Kaur Maan. Berikut merupakan beberapa contoh marga yang ada pada masyarakat Sikh:
Sekhon, Maan, Dieol, Sran, Sandhu, Gill, Dhillon, Siwia, Senggah, Sidhu, dan lain sebagainya.
2.4 Kesepuluh Guru
Ada sepuluh guru yang sampai saat ini menjadi guru yang memberikan pengajaran tentang Sikh. Mereka juga merupakan orang-orang yang menulis
tentang ajaran-ajaran baik dalam agama ini yang dibuat kedalam Sri Guru Granth Sahib.
2.4.1 Guru Nanak Dev
Guru Nanak sebagai guru pertama dari umat Sikh, seperti yang telah kita saksikan, mengajarkan agama yang berbeda dengan agama Hindu. Ide
keagamaannya hampir-hampir sama dengan ajaran Islam. Namun sebagai ironi
Universitas Sumatera Utara
sejarah, dengan berlalunya waktu, maka kaum Sikh yang menyatakan diri sebagai pengikut Guru Nanak.
8
Gambar 2.19 Guru Nanak Dev Guru Nanak merupakan salah wsatu guru yang banyak memberi ajaran
yang di masukkan ke dalam kitab suci agama Sikh, yang dimana dalam kesehariannya mereka sering membaca dan meneladani ajaran baik dari guru ini.
2.4.2 Guru Angad Dev