– RPJM ACEH 2012-2017 | Aspek Geografi dan Demografi

BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Geografi dan Demografi 22 lingkungan. Demikian juga tanah longsor terjadi pada beberapa kabupaten seperti Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Nagan Raya. Bencana longsor ini pada umumnya terjadi pada wilayah perbukitan dan pegunungan. Berdasarkan RTRWA 2012-2032 Aceh dapat dibagi dalam beberapa kawasan rawan bencana yaitu : 1. kawasan gelombang pasang, tersebar pada kawasan pantai meliputi: Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Lhokseumawe, Langsa, Aceh Timur, Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Singkil, Simeulue, dan Sabang; 2. kawasan rawan banjir, ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang diidentifikasikan sering dan atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir, yang tersebar pada beberapa kawasan dalam kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Subulussalam, Singkil, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh Jaya, dan Nagan Raya; 3. kawasan rawan kekeringan, ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang diidentifikasikan sering dan atau berpotensi tinggi mengalami bencana kekeringan, meliputi sebagian wilayah kabupaten Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Selatan dan Nagan Raya; 4. kawasan rawan angin badai, ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang diidentifikasikan sering dan atau berpotensi tinggi mengalami bencana angin badai, meliputi Banda Aceh, wilayah pesisir Aceh Besar, pesisir Utara-Timur, pesisir Barat- Selatan, Pulau Simeulue dan Pulau Weh serta pulau-pulau kecil terluar lainnya; 5. kawasan rawan gempa bumi, ditetapkan dengan ketentuan kawasan yang memiliki resiko tinggi jika terjadi gempa bumi dengan skala VI I – XI I MMI Modified Mercally I ntensity meliputi seluruh wilayah Aceh; 6. kawasan yang terletak di zona patahan aktif, meliputi Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Barat, Nagan Raya; 7. kawasan rawan tsunami, ditetapkan dengan ketentuan kawasan pesisir yang memiliki resiko tinggi jika terjadi gempa bumi kuat yang disusul oleh tsunami meliputi kabupaten kota pesisir yang menghadap perairan Samudera Hindia di sebelah Barat, perairan laut Andaman di sebelah Utara, dan sebagian di Selat Malaka di sebelah Utara dan Timur; 8. kawasan rawan abrasi, yaitu kawasan di sepanjang pesisir wilayah Aceh meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya, Singkil dan pulau-pulau terluar lainnya; 23 BAB II – RPJM ACEH 2012-2017 | Aspek Geografi dan Demografi 9. kawasan rawan erosi mencakup seluruh wilayah di sepanjang aliran sungai besar dan atau sungai berarus deras; 10. kawasan rawan bahaya gas beracun kimia dan logam berat meliputi wilayah-wilayah gunung api seperti Bener Meriah, Aceh Tengah, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Besar, Aceh Jaya dan Sabang; 11. kawasan rawan polusi air, udara dan tanah yaitu kawasan sekitar industri, pelabuhan laut, pertambangan dan kawasan pusat kota. Permasalahan utama dalam penanggulangan bencana di Aceh antara lain: belum sistematis dalam penanganan penanggulangan bencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dalam penanganannya, masih lemahnya kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pengurangan resiko bencana, masih lemahnya koordinasi dalam penanggulangan bencana fase tanggap darurat, terbatasnya sarana dan prasarana penunjang kebencanaan serta masih lemahnya kemitraan dan keterpaduan dalam penggunaan dana rehabilitasi dan rekonstruksi. Guna menyelesaikan permasalahan penanggulangan bencana diperlukan beberapa penanganan prioritas yang dibagi berdasarkan 4 fase kejadian, kejadian pra bencana, bencana, pasca bencana tanggap darurat, dan pasca bencana rehabilitasi dan rekonstruksi. Di sisi lain, Aceh yang rawan terhadap bencana alam juga memiliki dinamika sosial dan budaya unik yang rawan terhadap bencana sosial. Kompleksitas dari potensi bencana tersebut memerlukan suatu penataan dan perencanaan yang matang dalam penanggulangannya.

2.1.4. Demografi

Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Aceh berjumlah 4.494.410 jiwa terdiri dari 2.248.952 jiwa laki-laki dan 2.245.458 jiwa perempuan. Dilihat dari distribusinya jumlah penduduk paling banyak di Kabupaten Aceh Utara, yaitu sebesar 529.751 jiwa atau sebesar 11.79 persen dari total penduduk di Aceh. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di Kota Sabang, yaitu sebesar 30.653 jiwa atau sebesar 0.68 dari total penduduk. Jika dilihat dari perkembangannya, jumlah penduduk di Aceh terus meningkat pasca tsunami dan konflik yang berkepanjangan. Pada tahun 2010 Aceh merupakan provinsi keempat terendah di Sumatera dengan kepadatan penduduk sebesar 78 orang km 2 . Angka ini masih di bawah angka rata-rata kepadatan penduduk di I ndonesia yaitu sebesar 124 orang km 2 . wilayah dengan kepadatan tertinggi adalah Kota Banda Aceh. Kepadatan penduduk Kota Banda Aceh mencapai 3.642 orang per km2. Kota Lhokseumawe 668 jiwa km2 dan Kota Langsa 568 jiwa km2 juga