EKUI TAS DANA I NVESTASI

186 BAB IV - RPJM Aceh 2012-2017 | Permasalahan dan Tantangan Aceh 4.1.3. Masih Lemahnya Organisasi, Tata Laksana, dan SDM Aparatur Efektivitas, efisiensi, dan profesionalisme pelaksanaan roda pemerintahan sangat tergantung dari struktur organisasi, tatalaksana, dan juga dukungan sumber daya manusia. Oleh karena itu perlu dilakukannya kajian yang mendalam mengenai kebutuhan struktur organisasi pemerintahan yang akan dituangkan dalam ukuran yang tepat right sizing. Struktur organisasi yang ideal juga perlu didukung oleh penempatan sumber daya aparatur yang tepat, memiliki kompetensi dan profesionalisme yang tinggi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hal ini perlu dijaga mulai dari perekrutan, penempatan, sampai dengan pengaturan reward dan punishment. Dalam rangka mendorong terwujudnya reformasi birokrasi maka diperlukan pengembangan dan penyempurnaan fungsi perencanaan dan penganggaran pembangunan yang terintegrasi dengan sistem pengawasan dan evaluasi pengeluaran anggaran secara berkala. Oleh karena itu maka diperlukan mekanisme pemantauan kinerja setiap lembaga pemerintahan daerah. 4.1.4. Pelaksanaan nilai- nilai Dinul I slam di Aceh yang belum maksimal Pelaksanaan nilai-nilai Dinul I slam di Aceh belum maksimal, terutama disebabkan oleh masih kurangnya pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai dinul I slam di kalangan masyarakat Aceh. Berbagai perilaku masyarakat masih banyak yang bertentangan dengan moralitas dan etika agama. Pemahaman dan pengamalan agama di kalangan peserta didik sekolah umum dan agama juga belum memuaskan disebabkan antara lain: masih kurangnya materi dan jam pelajaran agama dibandingkan dengan pelajaran umum, kuatnya pengaruh negatif globalisasi yang umumnya tidak sejalan dan bertentangan dengan tuntunan Dinul I slam. Hal tersebut telah mempengaruhi dan mendorong perilaku masyarakat ke arah yang negatif. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai dinul I slam perlu dilaksanakan sejak usia dini baik di lingkungan formal dan informal. Disamping itu, perbaikan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidik perlu ditingkatkan. 4.1.5. Masih tingginya tingkat kemiskinan di Aceh Penduduk miskin di Aceh pada tahun 2011 tercatat sebesar 19,38 persen, masih lebih besar dari penduduk miskin tingkat nasional yang hanya sebesar 12,49 persen. Disamping itu, I ndeks Kedalaman Kemiskinan sebesar 3,48 dan I ndeks Keparahan Kemiskinan sebesar 0,94 BPS, 2011. Di sisi lain, sebaran penduduk miskin Aceh lebih dominan berada di pedesaan 80,14 , sedangkan diperkotaan hanya 19,86 persen. Hal ini mencerminkan bahwa dampak dari pembangunan belum memberikan pengaruh signifikan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum, terutama masyarakat yang tinggal di pedesaan. Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan kerja, BAB IV - RPJM Aceh 2012-2017 | Permasalahan dan Tantangan Aceh 187 peningkatan keterampilan masyarakat yang didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi menjadi prioritas di masa yang akan datang. Demikian juga dengan dukungan terhadap akses modal, pemasaran produk unggulan masyarakat dan penguatan kelembagaannya perlu ditingkatkan. 4.1.6. Masih tingginya tingkat pengangguran terbuka TPT Tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2011 mengalami penurunan, namun kondisi tersebut tergolong masih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional. Tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2011 tercatat sebesar 7,43 persen, sementara angka pengangguran terbuka nasional hanya sebesar 6,80 persen. Jika dilihat dari sisi gender, keberadaan pengangguran terbuka perempuan tahun 2011 mencapai 8,50 persen lebih tinggi 1,70 persen dibandingkan pengangguran terbuka laki-laki sebesar 6,80 persen. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan masyarakat sesuai dengan minat dan kebutuhan pasar ketenagakerjaan dan penciptaan lapangan kerja perlu mendapat perhatian secara serius. Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, peningkatan kapasitas dan manajemen BLK sangat diperlukan. Demikian juga dengan lulusan sekolah menengah kejuruan perlu difasilitasi untuk menciptakan lapangan kerja baru. 4.1.7. Keterlibatan peran sw asta dalam pembangunan Aceh masih rendah Struktur perekonomian Aceh masih didominasi oleh belanja pemerintah. Partisipasi pihak swasta belum menunjukkan pengaruh yang besar terhadap pembangunan Aceh. Pihak swasta masih sangat tergantung pada anggaran belanja pemerintah APBN, APBA dan APBK. Dalam hal ini, pemerintah daerah sangat mengharapkan investasi swasta, baik yang bersumber dari pengusaha lokal, nasional maupun asing untuk berinvestasi di Aceh. Oleh karena itu, sinkronisasi investasi pembangunan menjadi penting untuk tercapainya sinergi yang optimal antara berbagai pelaku ekonomi melalui pembentukan kemitraan pemerintah- swasta-masyarakat. Kemitraan tersebut ditujukan untuk mensinergikan aktivitas yang dilakukan oleh dunia usaha dengan program pembangunan daerah. I mplementasi dari hubungan kemitraan dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai dengan sifat, kondisi budaya dan keunikan lokal. 4.1.8. Sektor Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM belum berkembang dengan baik Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam menunjang perekonomian daerah sekaligus mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Namun demikian, sektor ini belum berkembang secara optimal. Misalnya pada tahun 2010, data Kementerian Koordinator Perekonomian