BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Kesejahteraan Masyarakat
52
Sumber: Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010
Gambar 2.14 Prevalensi stunting TB U di Aceh Dibandingkan dengan angka Nasional
3. Prevalensi Balita Kurus
Angka balita kurus juga terjadi penurunan di Aceh, pada tahun 2007 prevalensinya 18,3 persen turun menjadi 14,2 persen pada tahun 2010
Gambar 2.15 . Namun prevalensi
anak kurus menurut Kabupaten di Aceh sangat bervariasi, ada 13 kabupaten yang memiliki prevalensi balita sangat kurus di bawah angka prevalensi provinsi, yaitu Aceh Singkil, Aceh
Selatan, Aceh Tengah, Aceh Barat, Pidie, Biureun, Aceh Barat daya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Bener Meriah, Kota Banda Aceh, Sabang, Langsa seperti terlihat pada
Gambar 2.16.
Sumber: Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010
Gambar 2.15 Prevalensi Kurus dan Sangat Kurus I ndeks BB TB Aceh dan Nasional
53
BAB II – RPJM ACEH 2012-2017 | Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Sumber: Riskesdas, 2007
Gambar 2.16 Prevalensi Kurus dan Sangat Kurus I ndeks BB TB Di Aceh menurut Kabupaten Kota
4. Masalah Gizi Lain
Permasalahan gizi lainnya adalah Kekurangan Energi Kronis KEK pada wanita. Berdasarkan data Riskesdas 2007, prevalensi KEK pada wanita usia 15-45 tahun di Aceh
adalah 12,3 persen sedikit lebih rendah dibandingkan dengan angka KEK rata-rata Nasional 13,6 . Tetapi terdapat sembilan kabupaten dengan prevalensi risiko KEK di atas angka
rata-rata Aceh, yaitu Simeulue, Aceh Selatan, Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya, Aceh Jaya, Kota Kota Langsa, untuk Kota Banda Aceh dan Aceh timur prevalensi KEK masih sangat
tinggi mencapai 23,0 persen dan 23,4 persen, seperti terlihat pada Gambar 2.17.
Sumber: Riskesdas, 2007
Gambar 2.17 Persentase Wanita usia 15- 45 Tahun yang KEK menurut Kabupaten Kota di Aceh
Selain itu, seperempat 25 wanita usia subur WUS di Aceh terlalu kurus atau dua kali lipat dari pada kondisi nasional 13.6 . Kondisi WUS yang kurus berdampak pada resiko
BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Kesejahteraan Masyarakat
54
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah BBLR. Diperkirakan prevalensi BBLR di Aceh sekitar 11,3 persen, hampir dua kali lipat lebh tinggi daripada prevelensi nasional
Riskesdas, 2007. Kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-15 tahun usia pra remaja di Aceh perlu mendapat perhatian. Rata-rata kecukupan konsumsi energi penduduk umur 13-
15 tahun usia pra remaja berkisar 67,9 persen- 84,7 persen. Kecukupan energi dan protein usia 13-15 tahun di Aceh adalah 22 persen. Angka ini adalah angka terendah di I ndonesia.
D. Angka Kesakitan
Angka keluhan kesehatan sakit , pernah mengeluh menderita salah satu penyakit
selama satu bulan yang lalu pada saat survey dilakukan, pada tahun 2011 sebesar 30.62 persen, terjadi penurunan sekitar 5 persen dibandingkan dengan periode 2008-2010 yang
mencapai 35 persen. Namun angka ini masih lebih tinggi dibandingkan angka kesakitan tahun 2007 yang hanya sekitar 25 persen. Angka kesakitan masyarakat Aceh hampir dua kali lipat
lebih tinggi dari rata-rata angka kesakitan nasional yang hanya sebesar 15 persen. Disamping itu, disparitas antar kabupaten kota juga relatif tinggi. Pada tahun 2011, angka kesakitan
tertinggi terdapat di kabupaten Bener Meriah dan Pidie Jaya, persentase melebihi 40 persen dari total jumlah masyarakat yang di survey di kabupaten tersebut; sedangkan di kabupaten
Simeulue kurang dari 15 persen 14,35, sebagaimana disajikan pada Tabel 2.29.
Tabel 2.29 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan
Menurut Kabupaten Kota di Aceh Tahun 2007- 2011
No Kabupaten Kota
2007 2008
2009 2010
2011
1 Simeulue 29,07
23,51 22,40
17,60 14,35
2 Aceh Singkil
27,14 31,86 35,52 34,07 26,78 3 Aceh
Selatan 25,69 37,16 34,73 39,04 21,28
4 Aceh Tenggara
18,39 25,74 18,76 26,90 29,24 5 Aceh
Timur 33,26
36,60 47,34 40,84 39,45 6 Aceh
Tengah 28,73 36,42 39,44 34,22 35,60
7 Aceh Barat
33,52 31,97
26,96 29,99
35,01 8 Aceh
Besar 13,68
37,99 39,70
33,50 32,88
9 Pidie 18,02
43,16 34,83
30,32 17,67
10 Bireuen 31,47
43,22 34,01
24,07 25,14
11 Aceh Utara
33,21 40,70 39,24 42,50 36,20
12 Aceh Barat Daya
22,27 31,81
29,00 30,03
33,93 13 Gayo
Lues 23,24
37,94 32,11 42,48 29,31 14 Aceh
Tamiang 19,57 34,53 35,02 37,06 26,79
15 Nagan Raya
21,23 31,79
34,60 32,96
30,65 16 Aceh
Jaya 40,42
41,44 42,02
43,26 33,13
17 Bener Meriah
33,23 44,56
42,36 52,33
40,66 18 Pidie
Jaya 24,42
42,26 39,39
53,61 47,55
19 Banda Aceh
15,08 24,60
20,34 27,34
29,38 20 Sabang
9,89 18,98
20,57 23,05
17,63 21 Langsa
22,80 31,40
36,19 41,88
30,25 22 Lhokseumawe
24,66 43,99
38,15 31,05
34,31 23 Subulussalam
16,74 33,08 33,68 39,69 21,27
ACEH 25,14
36,80 35,28
35,09 30,62
Sumber: Badan Pusat Statistik, AcehI nfo 2012
55
BAB II – RPJM ACEH 2012-2017 | Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Pola Penyakit; sepuluh jenis penyakit terbanyak yang tercatat di Puskesmas dan
Rumah Sakit Sentinel terlihat pada Table 2.30. Saat ini penyakit yang diderita oleh
masyarakat Aceh tidak hanya didominasi oleh penyakit infeksi menular, tetapi penyakit kronik tidak menular juga sudah menjadi ancaman baru kesehatan penduduk Aceh yang
sebahagian besarnya juga dipengaruhi oleh pola perilaku masyarakat.
Tabel 2.30 Sepuluh Jenis Penyakit Terbanyak Berdasarkan Pencatatan dan
Pelaporan Puskesmas dan Rumah Sakit
No Jenis Penyakit
Berbasis Puskesmas Jumlah
kasus No
Jenis Penyakit Berbasis Rumah Sakit
Jumlah kasus
1 I SPA
241.753 1
Hypertensi 17.383
2 Diare
67.441 2
Penyakit gigi dan mulut 10,059
3 Tersangka TB Paru
7.464 3
Diabetes Mellitus 8.712
4 Malaria Klinis
7.183 4
Gangguan mata 5.477
5 Diare berdarah
3.847 5
Gangguan pencernaan 5.455
6 TBC Paru BTA+
2.071 6
Nyeri pinggang 4.464
7 Tifus perut klinis
1.708 7
Stroke 3.478
8 Pneumonia
1.673 8
Anemia 802
9 Filariasis
1.147 9
Cedera intrakranial 692
10 DBD
1.086 10
Gagal Ginjal Kronik 492
Sumber: Dinas Kesehatan Aceh RSUDZA, 2012
Penyakit infeksi masih didominasi oleh penyakit I SPA dan Diare. Penyakit ini
umumnya menyerang anak balita. Penyakit infeksi saluran pernapasan akut I SPA masih merupakan penyebab kesakitan tertinggi anak balita di Aceh. Hasil survey SDKI tahun
2007, rata-rata prevalensi I SPA di Aceh sekitar 16 persen, namun disparitas antar kabupaten cukup tinggi. Prevelensi I SPA di Kabupaten Aceh Barat Daya, Gayo Lues dan
Aceh Barat Daya masing-masing mencapai 32,4 persen, 30,2 persen dan 28,6 persen. Namun kasus I SPA yang dilaporkan Puskesmas cenderung menurun. Misalnya, total kasus
I SPA tahun 2005 sebanyak 183.459 dan tahun 2009 penyakit I SPA menurun menjadi 168.630 kasus. Pneumonia sering menyertai I SPA. Sekitar 40-43 persen anak menderita
I SPA berlanjut ke Pneumonia, terutama bila pengobatan I SPA tidak dilakukan secara adekuat. Prevalensi Pneumonia di Aceh sekitar 3,97 persen, lebih tinggi dari rata-rata
nasional yang hanya sekitar 2.85 persen.
Prevalensi Diare di Aceh sekitar 17,3 persen. Angka ini dua kali lebih tinggi dari angka
nasional 9 . Beberapa kabupaten kota seperti Gayo Lues, Aceh Barat Daya dan Aceh Singkil mempunyai prevalensi diare tertinggi, masing-masing 39,1 persen, 31,7 persen dan 26.8 persen.
Tingginya kasus ISPA dan Diare pada anak balita dibeberapa kabupaten kota sering dijadikan indikator proxy disparitas angka kematian anak antar kabupaten
Gambar 2.18 .