BAB II - RPJM Aceh 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah
148
rasio kredit bermasalah NPL menunjukkan perkembangan yang cukup baik. NPL tetap terjaga dibawah 5 persen, sedangkan CAR masih berada pada level 17 persen jauh berada
dibawah level minimal yang ditetapkan BI 8 . Sejalan dengan perbankan nasional perbankan Aceh juga terus menunjukkan kinerja yang positif. Walaupun mencatat
pertumbuhan total aset yang negatif namun penyaluran kredit memperlihatkan pertumbuhan yang signifikan. Total aset tahun 2009 turun 2,85 persen Rp. 27.79 Trilyun dibanding
tahun 2008 Rp 28.55 Trilyun. Hal ini diperkirakan karena berakhirnya masa rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh. Dari sisi kredit perbankan Aceh mencatat pertumbuhan sebesar
31,56 persen, meningkat dari 9,38 Trilyun menjadi 12.34 Trilyun. Peningkatan terjadi pada semua jenis kredit dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja yang
tumbuh 37,16 persen. Disamping itu Kinerja Bank Syariah pun terus meningkat. Per November 2009 total
aset perbankan syariah menunjukkan peningkatan dari 1.74 Trilyun menjadi 1.78 Trilyun, atau tumbuh 2,15 persen, dari sisi pembiayaan juga mengalami peningkatan signifikan dari
0.54 Trilyun menjadi 0.81 Trilyun atau tumbuh 51,67 persen. Dalam mendukung pembiayaan UMKM di Aceh per November 2009 penyaluran kredit tumbuh 29,35 persen
dengan porsi 63,74 persen dari total kredit yang disalurkan.
A. I ndustri dan Perdagangan I ndustri
I ndustri Aceh sebagian besar mengandalkan pada industri pengolahan dari migas, namun terus mengalami penurunan seiring dengan menurunnya produksi migas Aceh. Sekor
industri masih belum memberikan kontribusi yang berarti terhadap PDRB, dimana kontribusi sektor industri migas terhadap PDRB pada tahun 2007 sebesar 8,53 persen, 2008 sebesar
7,83 persen, 2009 sebesar 7,00 persen, 2010 sebesar 5,59 persen dan tahun 2011 sebesar 5,24 persen. Sedangkan pada industri non migas distribusinya terhadap pembentukan PDRB
yaitu pada tahun 2007 sebesar 3,95 persen, 2008 sebesar 4,24 persen, 2009 sebesar 7,00 persen, 2010 sebesar 4,95 persen dan tahun 2011 sebesar 4,99 persen.
Berdasarkan kontribusi nilai tambah PDRB selama lima tahun terakhir di atas, harapan besar tertumpu pada pengembangan industri non migas sedangkan industri migas
dalam jangka panjang tidak dapat diandalkan karena cadangannya yang semakin menurun. I ndustri non migas yang akan dikembangkan tersebut pada umumnya terdiri dari industri
kecil dan menengah berbasis pertanian perkembangannya dari tahun 2007 sampai dengan 2011 seperti terlihat pada
Tabel 2.93. Terjadinya penurunan jumlah industri yang signifikan
pada tahun 2010 disebabkan karena terjadinya pergeseran lapangan usaha berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha I ndonesia KLBI 2009 sehingga beberapa industri yang
tergolong jasa dikeluarkan dari data industri pengolahan.
149
BAB II – RPJM ACEH 2012-2017 | Aspek Daya Saing Daerah
Tabel 2.93 Perkembangan I ndustri Tahun 2007 – 2011
No Satuan
2007 2008
2009 2010
2011
1. Unit Usaha
Unit 20.231
21.267 35.660
7.342 7.538
a. Industri Kecil Menengah
Unit 20.223
21.259 35.652
7.342 7.538
b. Industri Besar
Unit 8
8 8
- -
2. Tenaga Kerja
Orang 75.548
80.249 112.161
31.741 26.336
a. Industri Kecil Menengah
Orang 70.985
75.686 107.598
31.741 26.336
b. Industri Besar
Orang 4.563
4.563 4.563
- -
3. Investasi
Rp Juta 483.574
549.574 638.681
25.397 7.914
a. Industri Kecil Menengah
Rupiah Juta 337.000
403.000 492.107
25.397 7.914
b. Industri Besar
Rupiah Juta 146.574
146.574 146.574
- -
4. Produksi
Rp Juta -
- -
20.661 7.491
a. Industri Kecil Menengah
Rupiah Juta -
- -
20.661 7.491
b. Industri Besar
Rupiah Juta -
- -
- -
5. BB BP
Rp Juta -
- -
29.060 6.433
a. Industri Kecil Menengah
Rupiah Juta -
- -
29.060 6.433
b. Industri Besar
Rupiah Juta -
- -
- -
Uraian
Sumber: Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Aceh
Jika dilihat dari potensi daerah industri agro mempunyai prospek yang sangat baik untuk pengembangan pada masa mendatang, dimana potensi-potensi industri agro mencakup
industri pengolahan hasil pertanian I PHP, industri peralatan dan mesin pertanian I PMP dan industri jasa sektor pertanian I JSP. I ndustri agro di Aceh masih terkendala dengan
kemampuan pengolahan produk. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian Aceh yang diekspor merupakan bahan mentah. Upaya yang harus dilakukan untuk
pengembangan industri agro dengan strategi pengembangan produk unggulan daerah melalui program OVOP dan penerapan tehnologi tepat guna pasca panen serta membangun
kerjasama dan sinergisitas antara perguruan tinggi, lembaga penelitian, petani dan industri. Permasalahan yang dihadapi
I ndustri Kecil Menengah di Aceh adalah: 1 produk yang
dihasilkan belum memiliki daya saing yang disebabkan karena rendahnya kualitas SDM perajin, teknologi yang digunakan masih tradisional, dan
packaging masih sangat sederhana; 2 terbatasnya akses pasar, khusus industri kerajinan bahan baku masih belum
mengoptimalkan sumber daya lokal. Upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dengan
pembinaan melalui pelatihan teknis, magang, pameran dalam dan luar negeri, bantuan mesin peralatan dan sarana kerja. Namun demikian perlu pembinaan lebih lanjut dan
berkesinambungan. Seiiring dengan meningkatnya pertumbuhan wirausaha baru dibidang industri maka diperlukan peningkatan SDM aparatur Pembina, peralatan yang berteknologi
dan perluasan akses pasar melalui pameran-pameran. Pertumbuhan industri di Aceh untuk masa mendatang perlu lebih ditingkatkan dengan upaya menggali potensi-potensi yang ada
dan membangun kawasan-kawasan industri dimasing-masing wilayah. Untuk wilayah Banda