Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
BAB IV - RPJM Aceh 2012-2017 | Permasalahan dan Tantangan Aceh
187
peningkatan keterampilan masyarakat yang didukung oleh pembangunan infrastruktur dasar yang terintegrasi menjadi prioritas di masa yang akan datang. Demikian juga dengan
dukungan terhadap akses modal, pemasaran produk unggulan masyarakat dan penguatan kelembagaannya perlu ditingkatkan.
4.1.6.
Masih tingginya tingkat pengangguran terbuka TPT
Tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2011 mengalami penurunan, namun kondisi tersebut tergolong masih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata nasional.
Tingkat pengangguran terbuka di Aceh pada tahun 2011 tercatat sebesar 7,43 persen, sementara angka pengangguran terbuka nasional hanya sebesar 6,80 persen. Jika dilihat
dari sisi gender, keberadaan pengangguran terbuka perempuan tahun 2011 mencapai 8,50 persen lebih tinggi 1,70 persen dibandingkan pengangguran terbuka laki-laki sebesar 6,80
persen. Oleh karena itu, peningkatan keterampilan masyarakat sesuai dengan minat dan kebutuhan pasar ketenagakerjaan dan penciptaan lapangan kerja perlu mendapat perhatian
secara serius. Untuk meningkatkan keterampilan masyarakat, peningkatan kapasitas dan manajemen BLK sangat diperlukan. Demikian juga dengan lulusan sekolah menengah
kejuruan perlu difasilitasi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
4.1.7.
Keterlibatan peran sw asta dalam pembangunan Aceh masih rendah
Struktur perekonomian Aceh masih didominasi oleh belanja pemerintah. Partisipasi pihak swasta belum menunjukkan pengaruh yang besar terhadap pembangunan Aceh. Pihak
swasta masih sangat tergantung pada anggaran belanja pemerintah APBN, APBA dan APBK. Dalam hal ini, pemerintah daerah sangat mengharapkan investasi swasta, baik yang
bersumber dari pengusaha lokal, nasional maupun asing untuk berinvestasi di Aceh. Oleh karena itu, sinkronisasi investasi pembangunan menjadi penting untuk tercapainya sinergi
yang optimal antara berbagai pelaku ekonomi melalui pembentukan kemitraan pemerintah- swasta-masyarakat. Kemitraan tersebut ditujukan untuk mensinergikan aktivitas yang
dilakukan oleh dunia usaha dengan program pembangunan daerah. I mplementasi dari hubungan kemitraan dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai dengan sifat,
kondisi budaya dan keunikan lokal.
4.1.8.
Sektor Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM belum berkembang dengan baik
Sektor Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM merupakan salah satu sektor yang sangat strategis dalam menunjang perekonomian daerah sekaligus mampu
menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Namun demikian, sektor ini belum berkembang secara optimal. Misalnya pada tahun 2010, data Kementerian Koordinator Perekonomian
188
BAB IV - RPJM Aceh 2012-2017 | Permasalahan dan Tantangan Aceh
menunjukkan bahwa daya serap Kredit Usaha Rakyat KUR di Propinsi Aceh hanya sebesar 0,8 dari total plafon nasional sebesar Rp 24 trilliun
. Permasalahan lainnya yang masih dihadapi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM di Aceh adalah terkait dengan iklim
usaha yang kurang kondusif, seperti besarnya biaya transaksi akibat masih adanya ketidakpastian berusaha, persaingan pasar yang kurang sehat, terbatasnya akses kepada
sumber daya produktif terutama terhadap bahan baku, permodalan, sarana dan prasarana serta informasi pasar. Di sisi lain, tantangan utama yang dihadapi Usaha Mikro Kecil
Menengah UMKM di Aceh adalah masih rendahnya kinerja dan produktivitas usaha dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing untuk memenuhi permintaan pasar
domestik, regional dan bahkan pasar internasional. Dengan demikian, tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan produktifitas dan daya saing usaha mikro kecil menengah
yang berbasis agro industry, industri kreatif, dan inovatif yang didukung oleh peningkatan kapasitas kelembagaan UMKM.
4.1.9.
Rendahnya pemanfaatan potensi sumberdaya alam yang berdaya guna, berhasil guna dan berkelanjutan
Pemanfaatan sumber daya alam masih belum optimal dalam rangka membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pemanfaatan
sumber daya alam di sektor pertanian masih sangat rendah jika dilihat dari produksi dan produktivitas. Hal ini disebabkan antara lain karena rendahnya kepemilikan lahan per kepala
keluarga. Rata-rata kepemilikan lahan perkepala keluarga hanya sekitar 0,25 – 0,6 ha kk dengan I ndeks Penanaman I P sekitar 1,28 pertahun, sedangkan rata-rata produktivitas padi
baru mencapai 4,6 ton ha. Disamping sektor pertanian, sektor-sektor lain yang bergerak dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam juga mengalami persoalan yang sama, seperti:
pemanfaatan energi baru terbarukan, sumber daya kelautan dan kehutanan sehingga belum mampu memperkuat nilai tambah masyarakat terhadap produk yang dihasilkannya.
Di sisi lain, pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali dan penggunaan teknologi yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan yang berdampak
terhadap keberlanjutan sumber daya alam. Hal ini dapat dilihat dari sistem pengelolaan hutan, pemanfaatan sumber daya air, usaha pertambangan, usaha perkebunan, dan
kelautan serta pengelolaan kawasan pesisir yang belum tepat sehingga berdampak pada kerusakan ekosistem, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya bencana alam.
4.1.10.
Pertumbuhan ekonomi Aceh masih rendah
Pertumbuhan ekonomi Aceh masih rendah hanya sebesar 5,02 persen pada tahun 2011, lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 6,5 persen
Bank I ndonesia, 2011. Disamping itu, perkembangan pertumbuhan ekonomi Aceh pada