Visi - RPJM Aceh 2012-2017 | Visi

211 BAB VI – RPJM Aceh 2012-2017 | Analisis SWOT

6.1.3. Peluang

Opportunity 1. Masih tingginya dukungan lembaga di luar pemerintah untuk mendukung reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan; 2. Perdagangan dan investasi langsung dengan pihak luar negeri; 3. Pintu gerbang ekspor I ndonesia ke pasar Timur Tengah dengan memanfaatkan branding Aceh sebagai wilayah Syariah antara lain pengakuan Sertifikasi Halal; 4. Tingginya permintaan terhadap komoditas unggulan; 5. Tingginya distribusi barang dan jasa strategis; 6. Kerjasama regional strategis I MT-GT; 7. Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI ; 8. Adanya dukungan pemerintah dan luar negeri untuk mengantisipasi bencana dan melestarikan lingkungan; 9. Adanya komitmen kuat dari pemerintah terhadap pencapaian target MDGs 2015 dan keberlanjutan kerjasama dengan masyarakat internasional; 10. Adanya sumber-sumber pembiayaan dan bantuan teknis pendidikan dari Hibah I nternasiaonal, Nasional dan dana bersumber dari APBA mencapai 20 persen; 11. Adanya jaminan kesehatan yang menjamin seluruh masyarakat Aceh universal coverage; 12. Adanya komitmen pemerintah untuk menerapkan jaminan kesehatan secara nasional yang bersifat universal coverage mulai tahun 2014; 13. Masih tingginya minat investor untuk berinvestasi di bidang agroindustri dan pariwisata; 14. Pengembangan ekonomi berbasis syariah; 15. Adanya dukungan pemerintah dalam meningkatkan profesionalisme Badan Usaha Milik Pemerintah BUMA; 16. Adanya dukungan pemerintah dalam penyediaan modal untuk usaha mikro dan menengah serta akses pasar; 17. Adanya komitmen pemerintah untuk membangun daerah tertingal secara terintegrasi.

6.1.4. Ancaman

Treat 1. Rendahnya Pemahaman Aparatur Pemerintah terhadap Lex Specialis Aceh yaitu MoU Helsinki Tahun 2005 dan Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Acehserta Peraturan Pelaksanaannya; 2. Lahirnya Produk Hukum Pemerintah yang tidak sesuai dengan Jiwa dan Semangat MoU Helsinki dan Undang-Undang Pemerintahan Aceh BAB VI – RPJM Aceh 2012-2017 | Strategi Pembangunan 212 3. Belum Terakomodirnya secara keseluruhan poin-poin pada MoU Helsinki ke dalam Undang-Undang Republik I ndonesia Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh; 4. I ntervensi atau pengaruh kampanye hitam pada isu lingkungan sumber daya alam Aceh terhadap pembangunan Aceh; 5. Belum transparan dan akuntabelnya pelaksanaan peraturan dan Undang- undang; 6. Rendahnya kepercayaan berbagai stakeholder terhadap keberlanjutan perdamaian dan penyelesaian proses reintegrasi; 7. Meningkatnya degradasi sosial dan budaya dalam tatanan kehidupan; 8. Meningkatnya degradasi moral yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dinul islam; 9. I nfiltrasi budaya asing yang negatif; 10. I nstabilitas perekonomian global; 11. Pelanggaran batas territorial; 12. Masih adanya Wilayah rawan bencana; 13. Sumber daya alam yang semakin terdegradasi; 14. Perubahan iklim global climate change; 15. Beredarnya produk luar impor dan persaingan sumber daya manusia global; 16. Belum optimalnya penguatan keberlangsungan perdamaian; 17. Adanya persepsi masyarakat terhadap kinerja pemerintah yang rendah; 18. Meningkatnya kasus penyakit menular dan tidak menular yang menyebabkan kematian.

6.2. Strategi Pembangunan Aceh

Strategi pembangunan Aceh untuk periode lima tahun mendatang ditetapkan dengan memadukan antara kekuatan dan peluang S-O, kekuatan dan ancaman S-T, kelemahan dan peluang W-O dan kelemahan dan ancaman W-T diuraikan sebagai berikut. 6.2.1. Kekuatan-Peluang S-O 1. Pelaksanaan tatakelola birokrasi yang optimal dalam pelayanan publik melalui pelayanan terpadu yang didukung teknologi; 2. Peningkatan pertumbuhan investasi asing dan dalam negeri serta peran lembaga otoritas investasi; 3. Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap bencana dan kelestarian lingkungan; 4. Pencapaian tujuan pembangunan milenium MDGs bidang pendidikan pada tahun 2015; 5. Pencapaian tujuan pembangunan milenium MDGs bidang Kesehatan pada tahun 2015; 6. Peningkatan kualitas pendidikan berbasis keahlian dan kebutuhan pasar tenaga kerja;