Sastra dalam Konteks Sosiobudaya

commit to user 29 kehidupan bermasyarakat. Nilai politik dalam kehidupan bermasyarakat tidak hanya berlaku dalam “panggung politik” secara langsung, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari nilai politik tertanam dan tumbuh secara alami dan dilakukan oleh masyarakat. 7 Nilai Pendidikan Historis Menurut “Bapak Sejarah” Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban dalam LPSA, 2007. Sesuatu yang telah terjadi pada waktu lampau dalam kehidupan umat manusia. Sejarah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan bahkan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia dari tingkat yang sederhana ke tingkat yang lebih maju atau modern. Sejarah dalam artian lain digunakan untuk mengetahui masa lampau berdasarkan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sahih yang berguna bagi manusia dalam memperkaya pengetahuan agar kehidupan sekarang dan yang akan datang menjadi lebih cerah. Nilai sejarah dapat membentuk sikap terhadap permasalahan yang dihadapi agar peristiwa-peristiwa yang berlaku pada masa lampau dapat dijadikan pengajaran yang berguna.

4. Sastra dalam Konteks Sosiobudaya

Dari enam asumsi dasar kajian konteks sosiobudaya berasal dari Grebstein Sapardi Djoko Damono dalam Endraswara 2008: 92, terdapat empat kajian konteks sosiobudaya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, yaitu: a Karya sastra tidak dapat dipahami selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya commit to user 30 karena setiap karya sastra pada dasarnya adalah hasil pengaruh timbal balik yang rumit antara faktor-faktor sosial dan kultural. b Gagasan yang ada dalam karya sastra sama pentingnya dengan bentuk dan teknik penulisannya, tak ada karya besar yang diciptakan berdasarkan gagasan sepele dan dangkal. c Setiap karya sastra yang bisa bertahan lama, pada hakikatnya suatu moral, baik dalam hubungannya dengan kebudayaan sumbernya maupun dalam hubungannya dengan orang-seorang. d Masyarakat dapat mendekati karya sastra dari dua arah: pertama , sebagai suatu kekuatan atau faktor material istimewa, dan kedua , sebagai tradisi – yakni kecenderungan-kecenderungan spiritual maupun kultural yang bersifat kolektif. Bentuk dan isi dengan sendirinya dapat mencerminkan perkembangan sosiologis, atau menunjukkan perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural. Pendekatan sosiobudaya tersebut, dapat digunakan dalam penelitian ke dalam dua segi. Pertama , berhubungan dengan aspek sastra sebagai refleksi sosiobudaya. Kedua , mempelajari pengaruh sosiobudaya terhadap karya sastra Endraswara, 2008: 93. Endraswara 2008: 93 juga menyatakan sebagai berikut. Pendekatan yang mengungkap aspek sastra dengan refleksi dokumen sosiobudaya, mengimplikasikan bahwa karya sastra menyimpan hal-hal penting bagi kehidupan sosiobudaya. Memang, pendekatan ini hanya parsial, artinya sekadar mengungkap persoalan kemampuan karya sastra mencatat keadaan sosiobudaya masyarakat tertentu. Jadi, pendekatan ini tidak commit to user 31 memperhatikan struktur teks, melainkan hanya penggalan-penggalan cerita yang terkait dengan sosiobudaya. Sebagai disiplin ilmu yang berbeda, sastra dan kebudayaan memiliki objek yang sama, yaitu manusia dalam masyarakat, manusia sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural Ratna, 2007: 13. Kaitan antara karya sastra dan konteks sosial budaya disampaikan oleh Rushing dalam artikelnya. “ Sociology of literature, a branch of literary study that examines the relationship between literary work and their social context, including pattern of literacy, kinds of audience, modes of pub lication and dramatic presentation, and the social class position of authors and readers Rushing, 2004.” Rushing mengemukakan kaitan antara sebuah karya sastra dengan konteks sosial budaya yang bisa dijadikan teladan bagi pembaca atau penikmat sebuah karya sastra. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra dalam konteks sosial budaya berarti sastra terlahir dari keadaan sosial budaya sebuah masyarakat sehingga dalam memahami sebuah karya sastra tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat yang menjadi sumber lahirnya karya tersebut.

5. Pandangan Masyarakat Lombok terhadap Eksistensi Tuan Guru