Nilai Pendidikan Sosial Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel

commit to user 67 pulau Lombok yang diangkat kisahnya dalam novel Tuan Guru adalah etnis Cina. Mereka melakukan perdagangan dan menerapakan sistem perdagangan yang maju tetapi karena campur tangan tuan guru mereka harus rela diintimidasi oleh penduduk setempat. …. Kaum muslim di pulauku, misalnya. Tidak sedikit di antara mereka yang menjadikan etnis Cina sebagai donator utama dalam pembangunan masjid dan madrsah. Tuan Guru: 639 Sisa-sisa keturunan masyarakat Bali yang dulu pernah menjajah Lombok juga masih mendiami Pulau Lombok. Mereka melangsungkan kehidupan dengan berdagang. Tetapi setelah sistem kerajaan berangsur-angsur pudar, penduduk Bali dan Lombok hidup rukun menjalin kerja sama meski ada beberapa yang masih menganggap orang luar sebagai musuh yang harus ditaklukkan. Itulah kenapa mereka tidak heran ketika keluarga Bali itu mebeli sawah hampir semua penduduk kampung. Tidak lama, keluarga Bali itu menjadi tuan tanah. Sedangkan orang-orang kampung tempat Papuk Odah dan suaminya merantau hanya bisa menjual tanah untuk ongkos naik haji. Tuan Guru: 404

3. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel

Tuan Guru

a. Nilai Pendidikan Sosial

Kehidupan sosial yang digambarkan dalam novel Tuan Guru lebih banyak mengulas tentang bagaimana hidup bermasyarakat di lingkungan pondok pesantren, tetapi unsur-unsur kehidupan bermasyarakat di pedesaan juga tidak lepas dari sorotan penulis. Nilai pendidikan sosial dalam novel Tuan Guru tercermin pada masyarakat yang memiliki antusiasme yang tinggi dalam hal menyumbang demi kepentingan madrasah dan pengajian yang dilakukan oleh Tuan Guru. Sebagaimana yang terdapat dalam kutipan berikut. commit to user 68 Jamaah akan berlomba-lomba memberikan sumbangan, apabila di masjid diumumkan, bahwa bagi jamaah yang menyumbang, akan dibacakan doa pada hari Jumat. Dan yang sumbangannya lebih, akan ditulis namanya di amplop. Kemudian diserahkan kepada tuan guru untuk dibacakan doa. Tuan Guru: 56 Selain itu, masyarakat juga sangat menghormati tokoh agama seperti Tuan guru dan memiliki rasa saling berbagi yang tinggi. Masyarakat rela melakukan apapun untuk tuan guru, sosok yang sudah dianggapnya ‘keramat’. “Bukan itu yang aku persoalkan. Seperti yang kamu tahu, memang betul kita tidak perlu repot-repot terhadap ribuan jamaah itu. mereka selalu senang jika aku mintai tolong” Tuan Guru: 142. Semua jamaah berlarian untuk menyalami tuan guru. Tuan Guru: 103 Dalam tradisi di masyarakatku, jam bertamu itu biasanya pagi, sebelum berangkat kerja, baik ke kantor maupun ke sawah, lading, kebun, atau ke laut. Sehingga mereka yang bertamu mendapat jamuan sarapan pagi bersama dengan tuan rumah. Tuan Guru: 603. Tokoh aku mengajarkan tentang bagaimana menunjukkan kebaktian dan kepatuhan terhadap orang tua serta rasa solidaritas yang tinggi terhadap teman atau orang lain. Selain itu, tokoh aku meruapakan sosok yang ingin bermanfaat bagi masyarakatnya meskipun tanggapan yang diterima dari masyarakat yang dibantunya tidak setimpal. Tanpa ia menjadi Tuan guru pun, aku patut menghormatinya, karena usianya itu. tentu bila layak untuk dihormati. Kalau tidak, nanti dulu. Boleh kita menimbang sebab. Tuan Guru: 276 Mukhtar sering datang ke tempatku setelah itu. Mengadu. Mengeluh. Tuan Guru: 302. commit to user 69 Aku memijit kaki Papuk Odah yang barusan diselonjorkan ke hadapanku. Belum empat pijatan, ia menariknya kembali. Benar-benar tak tahu, aku hendak berbuat apa? Tuan Guru: 362 Aku menunduk. Hampir menetes air mataku. Membayangkan keramahan ibunya Kabir. Seorang ibu yang selain sangat taat, juga memegang teguh peninggalan leluhur itu, kini sudah tidak ada. Tuan Guru: 599 Kepatuhan dan kehormatan seorang istri kepada suami dilukiskan pada sikap dan watak tokoh ibu si aku. Ia menanamkan cinta kasih yang dalam kepada suami. Berikut kutipannya. Ibu masih sempat membela ayah. Ibu menarik tubuhku sehingga terjerembab persis di wajahnya. “Jangan melawannya, jangan pernah.” Tuan Guru: 75 Tokoh ibu si aku juga memiliki rasa solidaritas, kepedualian terhadap sesama, menolong orang lain tanpa pamrih. Seperti yang tercermin pada kutipan berikut. “Ibu selalu menyambut mereka dengan riang, jika pinjaman mereka tidak perlu dikembalikan karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Ibu selalu mengatakan, bahwa pinjaman itu tidak usah dikembalikan. ‘Jangan lupa dan malu-malu dating lagi. Toh juga anakku sering bermain ke rumahmu. Ibu menyambut dan melepas mereka yang dating meminta bantuan selalu dengan senyuman.” Tuan Guru: 78. Tetapi tidak pernah ketemu. Telapak kaki ibu, tetap berupa telapak kaki. Tidak ada surga di situ. Bahkan ketika ibu menginjak wajahku, karena marahnya tidak ketulungan, hanya karena aku memakan jatah makan ayah. Tuan Guru: 311 Namun ada sisi negatif yang ditampilkan oleh tokoh ibu si aku dalam pola pikirnya dan tingkah lakunya dalam memperlakukan anak. Ibu si aku memegang commit to user 70 teguh bahwa suami harus diberikan pelayanan ekstra sementara anak lebih dipinggirkan bahkan jauh dari perlakuan yang semestinya diberikan seorang ibu kepada anak. …. Begitu terhormatnya nasi itu, sehingga telunjuk ibu begitu lembut kepadanya. Sedangkan suara yang diberikan kepadaku, layaknya suara tuan kepada anjing buruan yang tidak mendapatkan buruannya. Tuan Guru: 52 Di lain hari, telur ayam kampong yang dimasak setengah matang empat sampai lima butir di piring ayahku, sedangkan di piringku hanya kepala ikan asin yang disimpan ibu lima hari yang lalu. Tuan Guru: 53 Kalian tidak boleh menyentuh apa pun yang di depan kalian sebelum ayahmu datang. Tuan Guru: 54. Pendidikan sosial khususnya sebagai kepala rumah tangga, dapat berkaca pada tingkah laku ayah tokoh si aku yang tidak boleh ditiru oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang suami maupun ayah. Ayah tokoh si aku tidak menunjukkan tugas seorang kepala rumah tangga yang melindungi, mengayomi seluruh anggota keluarganya. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut. Hasilnya sama saja. Malah aku melihat ayah mengangkat tangannya yang hitam lebam dan besar berotot. Plak Buk Wajah ibu kembali tertimpa. Sontak darah mengalir dari lubang hidungnya. Bibirnya gemetar, seperti mau mengucapkan sesuatu. Alhamdulillah. Tuan Guru: 73 Nilai sosial dalam berumah tangga dan sebagai tokoh agama ditunjukkan oleh Tuan guru baik melalui sisi positif yang ia miliki maupun sisi lain yang kurang baik. Sebagai seorang pendidik, tuan guru memberikan nasihat-nasihat yang baik dengan penyampaian yang bisa diterima dengan baik oleh santri commit to user 71 Dalam soal keluarga, sering sekali. Sangat sering. Tuan guru mengambil contoh dari bagaimana cara para nabi memperlakukan dan memberikan tanggung jawabnya kepada keluarga. Kemudian disampaikan kepada kami dengan cara yang sangat lugas dan gambling. Agar kami mengerti dan menjadikannya perhatian utama, tentu saja. Tuan Guru: 151. Dalam membantu santri-santrinya yang kurang mampu, Tuan guru memiliki cara tersendiri dalam membantunya, yakni dengan mempekerjakan mereka di rumahnya. Sekali lagi. Mereka tidak akan pernah bertanya. Biasanya, pembantu yang dipekerjakan di situ ialah, para santri yang orang tuanya sudah meninggal, atau santri yang dianggap kurang mampu, tetapi cukup berbakat. Semacam beasiswa religi. Tuan Guru: 151. Tuan guru merupakan ayah yang lembut bagi anak-anaknya. Hal tersebut tampak pada saat ia melerai perkelahian antaranaknya. Meskipun pilihan kata-kata yang disampaikan oleh tuan guru cukup untuk menyimpulkan bahwa ia sangat marah. Namun cara ia menyampaikannya. Aku bangga. Objektif. Tuan Guru: 160. Setelah sampai di depan kedua anaknya, tuan guru sempat memandang mereka dengan penuh kasih. Tuan guru tersenyum. Tuan Guru: 165. Setelah itu tuan guru mengusap kepala anaknya lembut. Berulang kali. Tuan guru mendekatkan mulutnya ke telinga anaknya. Sesaat saja. Entah apa yang dibisikkan tuan guru. Lalu menyuruhnya pergi dengan lebih lembut dari usapan kepala tadi. Tuan Guru: 166. Namun ada sisi negative tuan guru yang bisa dijadikan sebagai cerminan sosial yang kurang baik untuk diikuti. Sebagai seorang suami, Tuan guru memiliki tinggat egoisme yang tinggi. Ia jarang mendengarkan pendapat dari istrinya. commit to user 72 “Ummi diam atau tidak. Setuju atau menolak. Abah akan tetap menikah lagi.” Tuan Guru: 200. Kesetiakawanan ditunjukkan oleh Jalal ketika membela tokoh aku saat ia dianggap membangkang oleh tuan guru. Jalal berusaha melindungi tokoh aku dari kekerasan fisik yang apabila dilakukan secara tiba-tiba oleh santri lain. Meskipun Jalal merupakan sanstri yang taat juga kepada tuan guru, tetapi ketika sahabatnya yakni tokoh aku mendapat ancaman karena sesuatu yang bukan merupakan keslahan, ia rela melawan di hadapan gurunya sendiri. Jalal mendekati. Persisnya, Ia ingin menjaga. Siapa tau seorang santri tiba-tiba menerkamku. Meskipun aku yakin, tidak akan ada seorang pun yang berani seperti itu. karena sejelek- jeleknya santri di asramaku. Mereka tidak akan pernah melakukan cara-cara anarki dalam menyelesaikan persoalan. Kecuali memang lidah mereka yang tajam kalau sedang membuat banyolan. Tuan Guru: 285 Selain Jalal, Kabir yang merupakan sahabat tokoh aku selama di asrama juga rela melakukan apapun demi sahabatnya. Kabir yang selama di pesantren banyak diberikan bantuan moral oleh tokoh aku telah menganggap aku sebagai saudara. Kabir selalu berusaha memberikan bantuan terbaik untuk membalas budi yang tidak diminta tetapi ia memberikan sendiri atas dasar rasa persaudaraan yang tinggi. Sebagaimana yang tercermin dalam kutipan berikut. …. Pada dirikulah, aku semestinya memohon ma’af, karena telah luput dari persaudaraan yang diberikan Kabir penuh keikhlasan, yang untuk itu ia akan melakukan apapun, jika aku minta, sepanjang ia mampu melakukannya. Tuan Guru: 598.

b. Nilai Pendidikan Moral