Perspektif Sosiologi Sastra Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra

commit to user 11

b. Perspektif Sosiologi Sastra

Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi. Dari pendapat ini, tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Goldmann dalam Endraswara, 2008: 79 mengemukakan tiga ciri dasar, yaitu: 1 kecenderungan manusia untuk mengadaptasikan dirinya terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan signifikan di dalam korelasinya dengan lingkungan, 2 kecenderungan pada koherensi dalam proses penstrukturan yang global, dan 3 dengan sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecenderungan untuk merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur tersebut. Menurut Laurenson dan Swingewood dalam Endraswara, 2008: 79, terdapat tiga perspektif berkaitan dengan sosiologi sastra, yaitu: 1 penelitian yang memandang karya sastra sebagai dokumen sosial yang di dalamnya merupakan refleksi situasi pada masa sastra tersebut diciptakan, 2 penelitian yang mengungkap sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan 3 penelitian yang menangkap sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkam bahwa ada tiga perspektif sosiologi sastra, yakni penelitian yang memandang karya sastra sebagai cermin suatu masa tertentu, cermin kehidupan situasi sosial pengarang, dan sastra mengandung peristiwa sejarah dan sosial budaya suatu masyarakat. commit to user 12

c. Sasaran Penelitian Sosiologi Sastra

Untuk sasarannya sendiri, sosiologi sastra dapat diperinci ke dalam beberapa bidang pokok, antara lain sebagai berikut. 1 Konteks Sosial Sastrawan Konteks sosial sastrawan ada hubungannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat dan kaitannya dengan masyarakat pembaca. Dalam bidang ini termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi sastrawan sebagai individu di samping dapat mempengaruhi karya sastranya. Dalam hal ini kaitan antara sastrawan dan masyarakat sangat penting, sebab seringkali didapati bahwa macam masyarakat yang dituju itu menentukan bentuk dan isi karya sastra mereka. Abrams 1971: 198 mengatakan bahwa sastrawan sebagai anggota masyarakat tidak lepas dari tata masyarakat dan kebudayaannya. Semuanya itu sangat berpengaruh dalam karya sastranya ataupun tercermin dalam karya sastranya. Karya sastra itu mencerminkan masyarakatnya dan secara tidak terhindarkan dipersiapkan oleh keadaan-keadaan masyarakat dan kekuatan- kekuatan pada zamannya. 2 Sastra sebagai cermin Masyarakat Sastra mencerminkn keadaan masyarakatnya. Kata “cermin” dalam hal ini menimbulkan gambaran yang kabur, dan oleh karenanya sering disalahtafsirkan dan disalahgunakan. Dalam hubungan ini terutama harus mendapat perhatian adalah: 1 sastra mungkin tidak dapat dikatakan commit to user 13 mencerminkan masyarakat pada waktu ia ditulis, 2 sifat “lain dari yang lain” seorang pengarang atau sastrawan sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya, 3 genre sastra sering merupakan sikap sosial seluruh kelompok tertentu, dan bukan sikap sosial seluruh masyarakat, 4 sastra yang berusaha menampilkan keadaan masyarakat yang secermat-cermatnya mungkin saja tidak bisa dipercaya atau diterima sebagai cermin masyarakat. Demikian juga sebaliknya, karya sastra yang sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggambarkan masyarakat secara teliti barangkali masih dapat dipercaya sebagai bahan untuk mengetahui keadaan masyarakat. Pandangan sosial sastrawan harus dipertimbangkan apabila sastra akan dinilai sebagai cermin masyarakat Jabrohim, 2003: 159-160. Hubungan sastra dengan masyrakat juga disampaikan oleh Wellek dan Warren 1956: 94: Literature is a social institution, using as its medium language, a social creation. They are conventions and norm which could have arisen only in society. But, furthermore, literature ‘represent’ ‘life’; and ‘life’ is, in large measure, a social reality, eventhough the natural world and the inner or subjective world of individual have also been objects of literary ‘imitation’. The poet himself is a member of society, possessed of a specific social status; he receives some degree of social recognition and reward; he addresses an audience, however hypothetical Sastra adalah lembaga sosial, menggunakan sebagai bahasa pengantar nya, ciptaan sosial. Mereka adalah konvensi dan norma yang bisa muncul hanya dalam masyarakat. Tetapi, sastra representasi kehidupan; dan commit to user 14 kehidupan dalam cakupan yang besar, sebuah realitas sosial, walaupun dunia alam dan dunia batin atau subjektif individu juga telah benda sastra imitasi. Penyair sendiri adalah anggota masyarakat, memiliki suatu status sosial tertentu, ia menerima beberapa derajat pengakuan sosial dan penghargaan, ia membahas penonton, namun hipotetis. Menurut Edraswara 2008: 87-88, sosiologi sastra adalah penelitian tentang: a studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif, b studi lembaga-lembaga sosial lewat sastra dan sebaliknya, c studi proses sosial, yaitu bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana masyarakat mungkin, dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya. Sosiologi sastra juga berhubungan dengan dunia sosial manusia, adaptasi dengan lingkungan, dan keinginan manusia untuk mengubahnya. Dalam novel sebagai genre utama dalam masyarakat industrial, dapat dilihat sebagai usaha untuk menciptakan kembali kehidupan sosial manusia dalam hubungannya dengan keluarga, politik, dan negara Swingewood, 1071: 11. Sasaran kajian sosiologi sastra juga dikemukakan oleh Leenhardt 1967: 517: “ The expression sociology of literature covers two very different types of research, bearing respectively on literature as a consumer product and literature as an integral part of karya social reality, or, considered from another angle, bearing on society as the place of literary consumption and society as the subject of literary creation.” Jadi, sosiologi sastra menelaah kapasitas masyarakat sebagai pencipta karya sastra dan karya sastra sebagai konsumsi masyarakat. commit to user 15 Aspek-aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra tersebut, selanjutnya dihubungkan dengan beberapa hal, yakni: a konsep stabilitas sosial, b konsep kesinambungan masyarakat yang berbeda, c bagaimana seorang individu menerima individu lain dalam kolektifnya, d bagaimana proses masyarakat dapat berubah secara bertingkat, e bagaimana perubahan besar masyarakat. Berbagai aspek tersebut, sesungguhnya masih dapat diperluas lagi menjadi berbagai refleksi sosial sastra, antara lain: a dunia sosial manusia dan seluk beluknya, b penyesuaian diri individu pada dunia lain, c bagaimana cita-cita untuk mengubah dunia sosialnya, d hubungan sastra dan politik, e konflik- konflik dan ketegangan dalam masyarakat. Dalam telaah sosiologi sastra, Goldman 1977: 99 percaya bahwa pudarnya homologi antara struktur masyarakat dengan struktur karya sastra sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama. Akan tetapi, hubungan antara struktur masyarakat dengan struktur karya sastra tidak dipahami sebagai hubungan determinasi yang langsung melainkan dimediasi oleh apa yang disebutnya sebagai pandangan dunia atau ideologi. Menurut Endraswara 2008: 93, sebuah penelitian sosiologi sastra yang lengkap seharusnya terkait dengan latar belakang sosiokultural masyarakat. Seyogyanya, penelitian kritis sosiologi sastra mampu menggali masa lalu yang masih relevan dengan masa kini dan mendatang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sasaran penelitian sosiologi sastra adalah aspek sosiologis yang terpantul dalam sastra dan proses sosial yang terjadi dalam masyarakat yang tergambar dalam karya sastra. commit to user 16

2. Hakikat Novel