Pendidikan Latar Belakang Sosial Budaya dalam Novel

commit to user 58 Merasa dirugikan, tukang jahit, yang orang Jawa itu. ia menghadap tuan guru, dan menjelaskan bahwa tuan guru benar- benar menyuruh memperbaiki jahitan pada lengan jubah. Tukang jahit itu menunjukkan bukti gambar dengan ukuran yang dibuat tuan guru sendiri. Tuan guru terdiam. Tuan Guru: 124 Jenis pekerjaan lain yang digambarkan dalam novel Tuan Guru adalah dukun beranak yang direfleksikan melalui tokoh Papuk Odah. Papuk Odah merupakan dukun beranak kepercayaan keluarga tokoh aku sejak kelahiran ibu hingga kelahirannya. Tetapi tidak jarang tenaga Papuk Odah juga dibutuhkan oleh orang lain. Selain sebagai dukun beranak, di masa tuanya Papuk Odah memperdalam kelihaian dalam meracik bahan-bahan tradisional menjadi obat. Sebagaimana yang tercermin dalam kutipan berikut. Papuk Odah membantu kelahiran ibumu. Tetangga sempat memanggil Papuk Odah yang kebetulan baru selesai mengobati orang sakit di kampung itu. masih muda, Papuk Odah sudah bekerja sebagai dukun beranak. Setelah tua, ia baru menekuni pengobatan tradisional yang lain dengan lebih serius. Tuan Guru: 479

c. Pendidikan

Latar belakang pendidikan yang disuratkan oleh Salman Faris dalam novel Tuan Guru memang didominasi oleh pendidikan agama karena memang menjadi sorotan dalam hal ini adalah kisah di balik tuan guru dan yang melingkupinya. Tokoh aku yang orang tuanya merupakan pengikut tuan guru yang taat sejak kecil telah dipersiapkan untuk memperdalam ilmu agama. ia pun disekolahkan pada sekolah yang memiliki fokus utama dalam bidang agama, misalnya pada saat teman-teman seusianya memasuki sekolah menengah pertama, ia dimasukkan commit to user 59 oleh orang tuanya ke Madrasah Tsanawiyyah setingkat SMP. Berikut kutipannya: Aku ingat betul, guru Sejarah Kebudayaan Islam mengucapkannya saat masih duduk di kelas tiga Madrasah Tsanawiyyah. Aku sempat bertanya saat itu sebab aku selalu tertarik dengan sejarah, namun sayang sekali, sebelum guru itu memberikan jawaban, bel tanda pulang berbunyi. Tuan Guru: 177 Dunia pendidikan di Lombok telah terpengaruh oleh kelas sosial orang tua siswa. Anak-anak tuan guru selalu menjadi terdepan walaupun ada anak masyarakat dari kalangan biasa yang mampu lebih baik dalam hal prestasi. Guru dan para siswa mengetahui hal tersebut, tetapi semua orang seolah menutup mata dengan peristiwa tersebut. Ihsan, salah seorang anak tuan guru yang kebetulan sekelas dengan tokoh aku di Madrasah Tsanawiyyah selalu menjadi ranngking pertama di kelas. Padahal guru dan teman kelas lainnya mengetahui kalau dari segi akademik dan keseharian, tokoh aku jauh mengungguli Ihsan. Banyak orang tidak percaya, ketika di kelas satu sekolah menengah pertama: Madrasah Tsanawiyaah. Ihsan menempati rangking pertama, karena kenyataan menunjukkan lain. akulah yang selalu terdepan. Mengerjakan pekerjaan di depan kelas. Menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang tidak bisa dijawab oleh Ihsan, ludes dalam jawabanku. Terjawab semuanya dengan lancar. Setiap ada ulangan, Ihsan tidak pernah lepas dari buku, sedangkan aku, tangan kososng memasuki arena pertempuran. Tuan Guru: 119 Dalam novel Tuan Guru, pendidikan yang dilukiskan dalam masyarakat Lombok memang lebih fokus pada pendidikan yang terfokus pada agama. Namun, Salman Faris tidak serta merta mengenyampingkan jenjang pendidikan yang tinggi yang memang ditempuh oleh beberapa masyarakat Lombok dan dalam hal commit to user 60 ini dilukiskan dalam kehidupan anak-anak tuan guru. Ihsan yang tidak lain adalah saingan tokoh aku selama di Madrasah Tsanawiyyah melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi negeri di kota dan masuk jurusan Ilmu Sosial dan Politik. Tidak hanya kota di Pulau Lombok, anak-anak tuan guru melanjutkan pendidikan ke tanah Jawa hingga ke luar negeri. Berikut kutipannya: Sudah lami tidak berbicara berdua. Semenjak kami merampungkan Madrasah Aliyyah. Kami jarang bertemu. Ihsan memilih kuliah di kota. Jurusan ilmu sosial dan politik. Hal ini membuat aku tidak ingin bertemu dengannya. Tuan Guru: 439 Banyak sekali, anak tuan guru yang disekolahkan di Jawa. Di perguruan tinggi negeri ternama. Bahkan di luar negeri. Memiliki kuliah yang memiliki masa depan. Tuan Guru: 439 Pendidikan tinggi terbaik di beberapa perguruan tinggi ternama yang dirasakan oleh anak-anak tuan guru tidak dirasakan secara merata oleh masyarakat Lombok. Meskipun sebenarnya warga masyarakat yang lain mampun menyekolahkan anaknya layaknya anak-anak tuan guru. Tetapi pradigma warga yang telah tercekoki oleh ucapan tuan guru yang langsung dianggap sebagai sebuah fatwa membuat masyarakat mempercayakan anaknya pada pondok pesantren yang minim informasi umum. Berikut kutipannya: Sedangkan anak-anak jamaahnya dibiarkan. Dipaksakan terkatung-katung pada garis nasibnya, di pondok pesantren. Di sekolah-sekolah yang terletak di pelosok desa. Sekolah tanpa informasi. Tuan Guru: 439

d. Agama