yang berkaitan dengan -------------------------------------------
68. Richard Burton Simatupang, Op. Cit, h. 41.
- 108 - pembayaran upah mereka.
69
Asas Itikad baik merupakan asas yang valid dan harus dipertahankan di dalam hukum perjanjian termasuk dalam perjanjian franchise, meskipun
itikad baik saja tidak cukup dalam suatu perjanjian. Itikad baik dalam suatu perjanjian paling tidak meliputi 2 dua aspek, yaitu periode pra kontrak
negosiasibargaining dan pada pelaksanaan perjanjian. Jelaslah bahwa ada
tidaknya itikad baik tidak terlepas dari persoalan apakah pihak yang satu
telah melakukan “the obligation to excert due diligence” dan pihak yang lain telah melakukan “the obligation to provede adequate information”.
70
Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa itikad baik seseorang sewaktu-waktu bisa berubah dari waktu ke waktu dengan berbagai keadaan
dan kondisi serta hal lain yang mempengaruhi pikirannya.
71
Dalam konteks bisnis keadaan yang sangat mempengaruhi terutama pada aspek ekonomis, yaitu menyangkut pengembangan perusahaan atau
perluasan usaha. Beberapa contoh kasus yang dapat dijadikan ilustrasi dalam hal ini
-----------------------------------------
69. John D Calamari dan Joseph M Perillo, The Law of Contract, Hombook Series, St. Paul, Minnesota
: West Publishing Co, 1987, h. 7, sebagaimana dikutip oleh Ronny Sautma Hotma bako, Hubungan Bank dan Nasabah terhadap Produk
Tabungan dan Deposito, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan Pertama, 1995,
h. 23 – 24. Nomor perkara tidak tercantum. Lihat pula Konstitusi Negara FederalAmerika Serikat pada Article I Section 10 yang menjamin kebebasan
berkontrak dan melindungi hak milik pribadi private property.
70. Kartini Muljadi, Op. Cit, h. 22 71. Felix O. Soebagjo, Perkembangan Asasa – Asas Hukum Kontrak Dalam
Praktek Bisnis 25 tahun Terakhir , Makalah dalam penataran Hukum Perdata yang
diselenggarakan Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 25 – 31 oktober 1995, h. 12.
- 109 - antara lain adalah kasus Mac Donald’s Inc, kasus Pizza Hut PT.Sarimelati
kencana Vs PT.Habaputra Primanusa, carlock Vs Pillsbury Company 719 F. Supp. 791 [D.Minn, 1989] .
Penilain terhadap adanya itikad baik diri sendiri berkaitan dengan perjanjian yang dibuat oleh para pihak, pada saat membuat perjanjian berarti adanya
kejujuran dan keterbukaan disclosure dalam memberikan informasi serta
kepentingannya. Pada tahap pelaksanaan perjanjian maka penilaian itikad baik tersebut terhadap kepatutan, yaitu suatu penilaian baik terhadap tindak
tandukperilaku dari masing-masing pihak dalam mentaati materi perjanjian yang dibuat oleh mereka sebagai suatu kesepakatan bersama.
72
. Jelas bahwa pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata dengan mengaharuskannya
asas itikad baik dalam suatu perjanjian mempunyai tujuan agar terciptanya keseimbangan hak dan kewajiban serta kesepakatan oleh salah satu pihak
dalam pelaksanaan perjanjian yang disepakati tersebut, serta menghindari
praktek bisnis yang curang unfair business practises .
Implementasi lebih lanjut dari asas itikat baik sendiri pada essensinya harus
diikuti oleh asas-asas hukum kontrak lainnya, terutama asas fairness
kewajaran, asas kesamarataan dalam hukum, asas informatieplicht serta asas confidential. Dalam hal fairness, maka adanya keseimbangan
kepentingan ----------------------------
72. R. Subekti. Op. Cit. h. 18.
- 110 - masing-masing pihak yang tercakup dalam perjanjian tersebut. Meskipun
sangat relatif ukuran kewajaran keseimbangan kepentingan umum namun berdasarkan kepatutanlah dapat dinilai keseimbangan hak dan kewajiban
para pihak dalam suatu perjanjian perjanjian franchise serta tidak merusak perekonomian masyarakat kecil menengah ke bawah serta tidak jauh
berbeda dengan asas fairness, maka asas kesamarataan dalam hukum memberikan hak dan kewajiban yang serupa, misalkan hak pemutusan
perjanjian termination. Hal ini jika diterapkan akan menjadi kekuatan
bargaining bagi pihak franchisee yang selama ini dipandang dalam posisi yang lemah. Pada intinya harus adanya kesamaan peranan dari masing-
masing pihak dalam penentuan materi kontrak, sebagaimana pada teori
tawar menawar theory of bergaining, keseimbangan tawar menawar yang
ada akan mengarah pada bentuk aliansi yang strategik karena masing – masing pihak merupakan mitra yang independent.
Dalam konteks asas kebebasan berkontrak yang juga menghendaki adanya kepatutan dalam suatu kontrakperjanjian tentunya harus tercipta
keterbukaan dari masing-masing pihak sebagai pertimbangan bagi perjanjian yang akan dilangsungkan, sehingga menghindari adanya
sengketa akibat hal-hal yang seharusnya telah dikemukakan sebelumnya. Keharusan untuk keterbukaan disclose terutama bagi franchisor, di
Amerika Serikat menurut State legislation dan Federal Trade commisions Rule
untuk kepentingan prospek dan kelangsungan bisnis franchisee. Keterbukaan oleh franchisor
- 111 - menjadi penilaian bagi franchisee untuk memutuskan apakah akan
mengikatkan diri dalam perjanjian franchise atau tidak. Oleh karenanya meskipun pada akhirnya akan muncul sengketa,
aspek perjanjiankontrak yang dibuat atas dasar kebebasan berkontrak tersebut secara objektif menjadi suatu bentuk aliansi bisnis yang kontributif
strategik dengan memperhatikan hak dan kewajiban para pihak.
1.1. Franchise Format Bisnis
Dalam bentuk ini seorang pemegang franchise Franchisee memperoleh hak untuk memasarkan dan menjual produk atau
pelayanan dalam suatu wilayah atau lokasi yang spesifik dengan menggunakan standar operasional dan pemasaran.
73
1.1.1. Franchise Pekerjaan
Dalam bentuk ini franchisee pemegang franchise yang menjalankan usaha franchise pekerjaan sebenarnya membeli
dukungan untuk usahanya sendiri. Misalnya, ia mungkin menjual
jasa penyetelan mesin mobil dengan merk franchise tertentu. Bentuk franchise seperti ini cenderung paling murah, umumnya
membutuhkan modal yang kecil karena tidak menggunakan tempat dan perlengkapan yang berlebihan
-----------------------------
73. Wawancara dengan pihak terkait di Departemen Perdagangan