HASIL PENELITIAN 1. Bentuk perjanjian Franchise yang dapat memberikan perlindungan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian peneliti mendapatkan hasil yang dapat disampaikan sebagai berikut :

A. HASIL PENELITIAN 1. Bentuk perjanjian Franchise yang dapat memberikan perlindungan

hukum bagi Franchisee Perjanjian Franchise meskipun sebagai perjanjian lisensi yang seharusnya didaftarkan registration, namun sebelum dikeluarkannya PP No. 16 tahun 1997 dalam praktek seringkali dilakukan secara di bawah tangan. Kontrol terhadap perjanjian franchise sebagai bentuk penanaman modal asing menjadi terlewatkan, bahkan akan memunculkan peluang sengketa didalamnya , namun dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut sebagaimana ditegaskan dalam pasal 7 ayat 1 telah mewajibkan Franchisee penerima waralaba untuk mendaftarkan perjanjian franchise beserta keterangan tertulis paling lambat 30 tiga puluh hari sejak berlakunya perjanjian franchise. Meskipun demikian praktek semacam itu tetap dipandang sah sepanjang ketentuan yang diatur dalam perjanjian franchise melindungi kepentingan para pihak, serta adanya kebebasan berkontrak di dalamnya. Mengingat pula bahwa ketentuan yang mengatur secara khusus tentang bisnis franchise belum ada terutama menyangkut praktek bisnis yang sehat. Namun demikian bukan berarti tidak adanya pembatasan dalam - 105 - - 106 - bisnis tersebut kaitannya dengan materi kontrak yang terikat oleh prinsip- prinsip kontrak yang fair. Pembatasan atas asas kebebasan berkontrak lebih dikarenakan oleh sering terjadinya ketidak seimbangan atau ketidak sederajatan kekuatan tawar menawar bargaining power yang dimiliki salah satu pihak. Di Amerika Serikat sendiri dalam prakteknya perjanjian Franchise merupakan suatu perjanjian standar yang materi materinya ditentukan langsung oleh franchisor. 66 Penentuan materi tersebut tidak jarang menekan pihak franchisee terutama pengenaan atas franchisee fee maupun royaltinya yang pada akhirnya akan memunculkan sengketa ketika pihak franchisee dalam bisnisnya sudah mengalami kemajuan namun di sisi lain tertekan oleh fee-fee yang memberatkan. 67 ------------------------------------- 66. Robert W Emerson, Op. Cit, h, 1509. 67. Terlihat dalam kasus Seegmiler v Western Men Inc, 20 utah 2d, 352, 353-54, 437 P.2d 892, 894 1968 yang menunjukkan dominasi franchisor dalam menentukan materi kontrak franchise , Ibid. Demikian pula dengan kasus Mc-Alpine v AAMCO Automatic Transmission, Inc , 461 F. Supp 1232 E.D. Mich. 1978 di mana Mc-Alpine yang merupakan gabungan dari beberapa franchisee di Detroit menggugat AAMCO yang merupakan franchisor usaha perbaikan tranmisi terbesar di Amerika dengan alasan pelanggaran praktek pemasaran dan peraturan antitrust. Sengketa ini muncul karena adanya Hak Amandemen untuk berkumpul dari Kongres amandement right to assemble yang pada akhirnya mengingat kemajuan dari bisnis franchise yang dijalankan dan ingin melepaskan dari keterikatan dengan franchisor. Namun demikian Mahkamah Agung Amerika Serikat tidak terikat dan tidak mempertimbangkan amandemen tersebutpada pengadilan tingkat pertamapun tidak menerima klaim dari para franchisee. Oleh karenanya franchisee bertanggung jawab atas wrongful termination dalam perjanjian franchise tersebut. Paling tidak kasaus ini mengilustrasikan bahwa dimungkinkannya tindakan franchisee untuk menentang atas dominasi franchisor dalam franchising. Ibid, h. 1516-1520. - 107 - Jelasnya bahwa sebuah perjanjian semestinya harus menjelaskan secara detail dan komprehensif terhadap keinginan para pihak, dan menghindari suatu pengertian atau perumusan yang ambivalen mengandung interprestasi ganda atau keraguan . 68 Kedetailan dalam kontrak didukung dengan itikad baik good faith, maka pembatasan kebebasan berkontrak untuk menciptakan keadilan dalam hubungan kontrak atau perjanjian para pihak. Pada prinsipnya batas-batas yang menjadi toleransi dari suatu kontrak atau perjanjian yang dilakukan oleh para pihak yaitu tidak bertentangan dengan : 1. Ketertiban umum Public policy, 2. Kepatutan serta kesusilaan, dan 3. Asas itikad baik dan Undang-undang. Oleh karena keterbatasan dari asas kebebasan berkontrak tersebut dimungkinkan adanya campur tangan negara melalui pengaturan perundang-undangan ataupun keputusan pengadilan yang berkaitan dengan hukum kontrak. Kebebasan berkontrak baik di Amerika Serikat maupun di Inggris dipergunakan, terlihat dari kasus Godcharles v Wigemann di mana pengadilan berpendapat bahwa sesuai dengan undang- undang pembayaran gaji buruh harus berbentuk uang bukan barang karena buruh mempunyai kapasitas hukum terhadap pembuatan perjanjian yang berkaitan dengan -------------------------------------------

68. Richard Burton Simatupang, Op. Cit, h. 41.