tipe-tipe penerima waralaba tertentu.
83
1.5. Franchise Jenis Produk Franchise
Penggunaan barang atau bahan hasil produksi dalam negeri yang dihasilkan dan dipasok oleh pengusaha kecil, ketentuan ini
merupakan pelaksanaan dari ketentuan pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1997, yang diulang kembali dalam rumusan
pasal 17 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan ini, yang menyatakan bahwa :
1. Pemberi waralaba mengutamakan pengusaha kecil dan menengah sebagai penerima waralabaPenerima waralaba lanjutan dan atau
pemasok dalam rangka penyediaan dan atau pengadaan barang dan atau jasa.
--------------------------------
83. Ibid, h. 140
- 196 - 2.
Dalam hal penerima waralabaPenerima warlaba lanjutan bukan merupakan pengusaha kecil dan menengah, Pemberi waralaba
dan penerima waralabaPenerima waralaba lanjutan wajib
mengutamakan kerjasama dan atau pasokan barang dan atau jasa dari pengusaha kecil dan menengah.
84
2. Pelaksanaan Perjanjian Franchise agar memberikan perlindungan hukum bagi Franchisee
2.1. Memulai Bisnis Franchise
Perjanjian atau sering disebut juga dengan kontrak pada prinsipnya merupakan hubungan hukum antara beberapa pihak yang sepakat untuk
melakukan perbuatan hukum tertentu. Disamping itu pula kontrak sebagai suatu perjanjian akan mengikat para pihak dan dapat dipaksakan
secara hukum.
85
Ketentuan yang menjadi landasan hukum dalam hukum positif di Indonesia adalah mengacu pada pasal 1320 KUHPerdata. Namun
demikian terhadap pelaksanaan franchise sendiri berpijak dari pasal 1338 KUHPerdata berkenaan dengan kebebasan berkontrak dan sejak
tanggal 18 juni 1997 diberlakukan PP No.16 tahun 1997 sebagai landasan franchising di Indonesia. Apalagi hukum kontrak di Indonesia
menganut --------------------------------
84
. Ibid.
85. Catherine Tay Swee Kian dan Tang See Chim, Contract Law : A
Layman’s Guide, Times Books International, Singapore 1987, h. 19 – 20
- 197 - suatu “Sistem terbuka” open system yang memberikan kebebasan bagi
setiap orang membuat kontrak terutama menyangkut materinya. Sebagaimana dalam pasal 1233 KUHPerdata, yang menyatakan
bahwa setiap perikatan dilahirkan dari : 1. Perjanjian; 2.Undang-undang.
Maka demikian pula halnya dengan perjanjian franchise yang lahir
karena diperjanjikan menjadi hukum bagi franchisee dan franchisor dalam suatu sistem bisnis franchise yang dijalankan. Dengan kata lain
semua perjnjian termasuk perjanjian franchisefranchise agreement, demi tujuan kepastian hukum maka menjadi undang-undang bagi para
pihak.
86
Tentu saja ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan di dalam franchise agreement
tersebut dapat dipaksakan bagi para pihak yang terikat di dalamnya, yaitu franchisor yang di satu sisi sebagai penggunapenyewa lisensi
milik franchisor. Oleh karenanya, dalam pembuatan perjanjian franchise franchise
agreement para pihak harus memahami materi dalam perjanjian
tersebut terutama berkaitan dengan kedudukan baik terhadap hak dan kewajiban yang ada padanya. Pentingnya memahami materi dalam
perjanjian ------------------------------------
86.. lihat dalam Buku Ketiga Bab Kedua Bagian Ketiga, Pasal 1340 KUHPerdata