M. Mendelsohn, Op. Cit, h. 107 Charles L. Vaughn, Op. Cit, h. 73.

yang harus diberikan franchisor kepada franchiseenya yang meliputi kemampuan pembukuan, seleksi stafrekrutmen staf, manajemen staf, sistem dokumentasi dan prosedur bisnis untuk tujuan pengawasan operasionalisasi bisnis serta pelatihan bisnis dasar. 104 Kesemuanya dimaksudkan agar franchisee terhindar dari kesalahan mendasar dalam mengelola bisnisnya. Bantuan teknik technical Assistance, pelatihan training, perdagangan dan ---------------------------------

104. M. Mendelsohn, Op. Cit, h. 107

- 210 - manajemen merchandising and management yang mencirikan khusus pada bisnis franchise sebagai perjanjian lisensi licensee agreement secara tegas tidak termuat dalam perjanjian franchise Oxford Course Indonesia. Hal tersebut terlihat pada penggunaan karyawan dan staf pengajar dari pihak franchisor semata-mata bukan dalam kerangka bantuan teknik, tapi sebagai peminjaman tenaga saja dengan penggantian biaya training training fee. Sebagaimana diketahui bahwa pelatihan terhadap franchise meliputi 2 dua hal pokok, yaitu pelatihan terhadap franchisee dan para pekerjanya. Pelatihan sendiri pada dasarnya berkaitan dengan proses rekrutmen dan seleksi. 105

2.6. Perjanjian Franchise

Jika kita perhatikan rumusan yang diberikan dalam pasal 1313 KUHPerdata menyiratkan bahwa sesungguhnya dari suatu perjanjian lahirlah kewajiban atau prestasi dari satu atau lebih orang pihak kepada satu atau lebih orang pihak lainnya, yang berhak atas prestasi tersebut. Rumusan tersebut memberikan konsekwensi hukum bahwa dalam suatu perjanjian akan selalu ada dua pihak, dimana satu pihak adalah pihak yang wajib berprestasi debitur dan pihak lainnya adalah pihak yang berhak atas prestasi terebut kreditur. Masing-masing pihak tersebut dapat terdiri dari dari satu atau lebih orang, bahkan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan ---------------------------------

105. Charles L. Vaughn, Op. Cit, h. 73.

- 211 - ilmu hukum, pihak terebut dapat juga terdiri dari satu atau lebih badan hukum. Selanjutnya jika kita baca dan simak dengan baik rumusan yang diberikan dalam pasal 1314 KUHPerdata tampak bahwa rumusan yang diberikan dalam pasal 1314 KUHPerdata mengembangkan lebih jauh pengertian yang diberikan dalam rumusan pasal 1313 KUHPerdata. Pasal 1314 KUHPerdata lebih jauh menyatakan bahwa atas prestasi yang wajib dilakukan oleh debitur dalam perjanjian tersebut, debitur yang berkewajiban tersebut dapat meminta dilakukannya kontra prestasi dari lawan pihaknya tersebut, ini berarti pada dasarnya perjanjian dapat melahirkan perikatan yang bersifat sepihak dimana hanya satu pihak yang wajib berprestasi dan perikatan yang bertimbal balik dengan kedua belah pihak saling berprestasi Waralaba merupakan suatu perjanjian yang bertimbal balik karena, baik pemberi waralaba maupun penerima waralaba keduanya berkewajiban untuk memenuhi prestasi tertentu. Badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki disebut dengan Pemberi waralaba sedangkan badan usaha atau perorangan yang diberikan hakuntuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki Pemberi waralaba - 212 - disebut dengan Penerima waralaba. Dari rumusan yang diberikan tersebut dapat kita uraikan hal-hal sebagai berikut : 1. Waralaba merupakan sutau Perikatan Rumusan tersebut menyatakan bahwa sebagai suatu perikatan, waralaba tunduk pada ketentuan umum mengenai perikatan yang diatur dalam Kitab Undang –Undang Hukum Perdata, buku Ke III. 2. Waralaba melibatkan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha. Yang dimaksud dengan hak atas kekayaan intelektual meliputi antara lain merek, nama dagang, logo, desain, hak cipta, rahasia dagang dan paten. Dan yang dimaksud dengan penemuan atau ciri khas usaha misalnya sistem manejamen, cara penjualan atau penataan atau cara distribusi yang merupakan karakteristik khsus dari pemiliknya. Ketentuan ini membawa akibat bahwa sampai pada derajat tertentu, waralaba tidak berbeda dengan lisensi Hak atas Kekayaan Intelektual, khususnya yang berhubungan dengan waralaba nama dagangatau merek dagang baik untuk produk beruapa barang dan atau jasa tertentu. Ini berarti secara tidak langsung Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1997 juga mengakui adanya dua bentuk waralaba, yaitu : waralaba dalam bentuk lisensi merek dagang atau produk dan waralaba sebagai suatu format bisnis. - 213 - 3. Cara-cara yang dapat digunakan oleh Franchisee didalam memberikan perlindungan hukum 3.1. Menilai kecocokan untuk menjadi Franchise Dengan semakin meningkatnya persaingan dalam bisnis franchise dan hampir sebagian besar dari para pengusaha nasional franchise local belum siap dalam menghadapi persaingan dalam era perdagangan bebas maka harus diambil beberapa kebijakan atau upaya-upaya untuk melindungi dan memajukan para franchisor local agar dapat bersaing dengan para franchisor asing sehingga keberadaan dari usaha franchisee lokal tidak tertinggal sangat jauh baik dari perkembangan maupun pertumbuhannya. 106. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk melindungi dan memajukan franchise terutama dari peran serta pemerintah diantaranya, yaitu : 107 a. Mendorong Perusahaan Nasional BUMN,BUMD, swasta dan Koperasi yang memenuhi syarat indeks franchisebilty sebagai franchisor local dan bonafit. Menyediakan fasilitas kredit murah seperti FRANDAS Franchise Development Assistance Scheme yang dilakukan oleh pemerintah singapura dalam membangun industri franchisenya atau dengan system yang dipakai di Amerika Serikat ---------------------------------

106. Bisnis Indonesia “AFI : Waralaba Lokal Perlu Proteksi” tanggal 30