Antony W Dnes, A Case, study Analysis of Franchise Contracts, Journal of

contoh 70 dari initial investment dikembalikan jika pemutusan dalam jangka waktu permulaan. Setidak-tidaknya hal tersebut merupakan perlindungan terhadap keberadaan franchisee akibat kesalahan yang dilakukan oleh franchisor. 38 Berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan, maka implementasinya hanya dilakukan sebatas ketentuan yang termuat dalam perjanjian sebagaimana telah direncanakan sebelumnya serta mengacu pada sistem yang ditentukan oleh franchisor. Hal tersebut memberikan pengertian bahwa franchisee dalam melakukan kegiatan work system yang berkaitan dengan sistem bisnis franchise tersebut harus memenuhi standarisasi franchisor. Pengembangan dalam artian bahwa perencanaan hingga pengambilan kebijaksanaan policy making yang menyangkut bisnis selalu dalam kontrol dan seizing dari franchisor. 39 Keadaan yang semacam ini menunjukan bahwa kewenangan untuk mengambil kebijaksanaan baik pengembanganperluasan usaha maupun penentuan strategi bisnis ada pada kekuasaan atau kewenangan franchisor, setidak-tidaknya dalam hal penentuan kebijaksanaan mikro kebijaksanaan ------------------------------

38. Antony W Dnes, A Case, study Analysis of Franchise Contracts, Journal of

Legal Studies, vol. XXII, june 1993, University of Chicago, h. 372. 39. Ketentuan yang mengharuskan franchisee melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang digariskan oleh franchisor sering dikenal sebagai tien clauses. Berkaitan kewenangan untuk memutuskan kebijaksanaan bisnis franchise yang ada tersebut dengan pengelolaan manajemen maka dalam pengelolaan bisnis franchise pizza hut antara PT.Habaputra Primanusa dengan PT.Sarimelati Kencana manajemennya dikelola oleh PT.Sarimelati kencana sebagai pemegang franchise Pizza Hut untuk Indonesia dengan sistem bagi hasil. - 59 - selain ditetapkan oleh franchisor antara lain untuk perjanjian franchise Oxford Course Indonesia seperti kewenangan untuk menentukan toleransi jam pengajaran, jadwal pengajar dan penggunaan sarana pendukung harus sepengatahuan franchisor. Pada salah satu materi perjanjian franchise yang termuat dalam perjanjian franchise chicken Delight,Inc, juga menegaskan bahwa pertimbangan atas segala pelaksanaan yang berkaitan dengan bisnis franchisee dimintakan kepada franchisor. Sebagaimana R.J.Campbell, meskipun pengambilan kebijaksanaan harian daily decision diserahkan kepada franchisee, namun pertimbangan yang dilakukan oleh franchisee, namun pertimbangan yang dilakukan oleh franchisee relatif rendah, karena semuanya akan dikembalikan pada franchisor dalam hal pertimbangannya terutama untuk mengatasi perluasan bisnis. 40 Umumnya franchisee ingin melakukan perluasan bisnis franchise dengan mensub franchise kan akan tetapi dalam perjanjian franchise yang ada selama ini tidak mengatur hak bagi franchise yang ada selama ini tidak mengatur hak bagi franchisee mengelola manajemennya dalam hal mensub franchise kan. Dengan kata lain tidak diberikannya hak untuk mensub franchise kan kembali bisnis tersebut sebagai alat bagi franchisor ---------------------------------- 40.Lihat artikel R.J.Campbell, Exploition of Market and Evaluating and Fiscal Aspect, dalam Yanos Gramatidis and Denis Campbell eds, Op Cit. h. 60. - 60 - untuk mengatur hubungan bisnis antar franchisee satu dengan yang lainnya dalam kendali tangannya. Kasus menarik yang muncul berkaitan dengan hal tersebut adalah PT.Sarimelati Kencana selaku master franchise Pizza Hut di Indonesia melawan PT.Habaputra Primanusa, yang mana PT.Sarimelati Kencana melakukan perjanjian franchise secara di bawah tangan dengan PT.Habaputra Primanusa yang sebenarnya master franchise tersebut tidak diberikan hak untuk mensub franchise kan yang dimilikinya kepada pihak lain. Berkaitan dengan penyediaan peralatan terhadap kegiatan bisnis sesuai standar setujui franchisor maka semuanya dibebankan pada franchisee, baik sarana maupun prasarananya. Penyediaan sarana dan prasarana yang standar tersebut harus dilaporkan pada franchisor dan tidak boleh mengandung cacat hukum. Kegiatan sebagaimana tersebut diatas merupakan bagian dari mamajemen franchise secara keseluruhan dimana pada dasarnya memberikan kewajiban bagi franchisee untuk mengikuti standar yang telah dilakukan oleh franchisor. Hal terpenting dari penggunaan standar tersebut dalam rangka menjaga kualitas produk barang dan jasa. Hanya saja penentuan standar tersebut seharusnya diikuti dengan program pendukung yaitu pelatihan training secara kontinu oleh franchisor sehingga penetapan standar tersebut memberikan kontribusi - 61 - terhadap peningkatan kualitas maupun etos kerja franchisee dalam menjalankan bisnisnya tersebut. Selanjutnya dalam pelaksanaan kerjasama atau pengelolaan usaha yang dijalankan franchisee senantiasa mendapatkan persetujuan dari pihak franchisor. Terbukti dalam perjanjian franchise oxford course Indonesia tersebut terhadap peraturan penentuan biaya, gaji, ujian pelatihantraining, pengadaanpengesahanpenyerahan sertifikat harus selalu mendapat persetujuan franchisor. Ketentuan semacam ini ditetapkan tidak terlepas dari sistem bisnis franchise dalam oxford course Indonesia mempunyai spesifikasi standar sebagaimana tersebut diatas. Disamping itu pula standarisasi tersebut terkait pula dengan persoalan royalty yang harus dibyarkan franchisee kepada franchisor yaitu dasar penghitungan untuk pendapatan bruto gross incomegross profit ataupun penjualan bruto gross sale yang akan diterima franchisee dari bisnisnya tersebut. Selanjutnya sebagaimana diketahui bahwa adanya pelayanan dasar yang harus diberikan franchisor kepada franchisenya yang meliputi kemampuan pembukuan, seleksi stafrekrutmen staf, manajemen staf, sistem dokumentasi dan prosedur bisnis untuk tujuan pengawasan operasionalisasi bisnis, serta palatihan bisnis dasar. 41 ----------------------------------------------

41. M. Mendelsohn, Op, Cit, h. 107.