M. Mendelsohn, The Guide to Franchising, Op, Cit, h, 167.

Dengan demikian memberikan gambaran bahwa bisnis franchise adalah bisnis besar yang hanya dapat dijalankan oleh pengusaha menengah keatas, juga tidak ada kontribusi yang fair, terlihat besarnya royalti dan biaya- biaya lainnya other fee yang tidak diimbangi olehtechnical assintence atau pelatihan yang memadai. Persoalan kemudian akan muncul ketika di satu sisi franchisor memperoleh royalti yang rlatif besar dengan kurang memperhatikan pelatihan sebagai kontribusi yang strategik sebagai upaya pengefisienan bisnis franchise, disisi lain ketika omzet franchise mengalami penurunan maka hal ini akan menjadi pertimbangan franchisor untuk meninjau hubungan franchisenya bahkan memutuskan, sebagaimana halnya dalam kasus Seven Up Bottling Company Bangkok Ltd,. V.Pepsico, Inc,. Sebagaimana tersebut sebelumnya. Franchising sebagai suatu perjanjian perdata yang mengandung aspek perniagaan maka akan terkait oleh fiskalpajak. 60 . Jika dikaitkan dengan pengenaan pajak penghasilan bahwa berdasrkan Undang-Undang -------------------------------

59. M. Mendelsohn, The Guide to Franchising, Op, Cit, h, 167.

60.Pajak atas royalti sendiri perhitungannya secara per tahun atas dasar omzet atau laba yang diperoleh dalam tiap tahunnya, dan dapat diperhitungkan secara lump sum, lihat Juajir Sumardi , Op, Cit , h. 74. - 79 - Pajak Penghasilan UU PPh Nomor 10 tahun 1994 dalam pasal 23 yang pada intinya menyebutkan bahwa pengahasilan wajib pajak dalam negeri seperti royalti dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan, hal ini mengandung pengertian bahwa royalti dari penjualan bruto gross sales yang dibyarkan dipotong langsung oleh franchisee sebagai pengusaha kena pajak sebesar 15 dari prosentase royalti atau franchisee sebagai wajib pajak dalam negeri wajib memotong PPh sebesar 15 dari jumlah bruto atas pembayaran royalti kepada franchisor yang merupakan wajib pajak dalam negeri. Adapun dalam pasal 26 nya, terhadap wajib pajak luar negeri dipotong pajak sebesar 20 dari jumlah bruto pihak yang wajib membayarkannya royalti atau franchisee sebagai wajib pajak dalam negeri wajib memotong PPh sebesar 20 dari pembayaran bruto royalti dalam hal franchisornya dari luar negeri. Namun demikian mengacu dari isi perjanjian franchise yang ada menunjukkan bahwa pengenaan atas pajak dalam franchisor sebagai penerima royalti tersebut. Sebagaimana terlihat dalam perjanjian franchise Chicken Delight, Inc ditegaskan bahwa franchisee setuju untuk membayar seluruh jenis pajak. Demikian pula halnya dengan Operating License Agreement Mac. Donald’s dijelaskan bahwa gross sales yang dimaksudkan adalah belum termasuk pajak penjualan apapun termasuk pajak pertambahan nilai ataupun jenis pajak lainnya yang ditetapkan oleh pemerintah setempat - 80 - dimana bisnis franchise berada. Demikian juga halnya dengan perjanjian franchise Pancake Syrup Company, Inc, berkaitan dengan pembayaran royalty yang didasarkan pada prosentase gross sales, dimana gross sales tersebut tidak termasuk pajak penjualan sales taxes. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa royalty yang diberikan kepada franchisor belum terkena pajak. Dengan kata lain terhadap franchise asing, royalty yang merupakan hak franchisor di identikkan sebagai capital flight karena tanpa pengenaan pajak yang ditanggung olehnya, meskipun di Negara asalnya dikenakan pajak. Franchise fee yang disetorkan franchisee terutama kepada franchisor asing lolos dari kewajiban pajak karena perusahaan penerima berada di luar negeri. 61 Kondisi semacam ini tidak terlepas dari keberadaan franchisee yang kurang mempunyai bargaining position dalam penentuan materi perjanjian franchise yang dibuat oleh franchisor C.q. teknik pembayaran royalty. Hal tersebut yang selama ini menjadi persoalan makro terhadap perkembangan bisnis franchise di Indonesia sehingga memunculkan pemikiran terhadap pembatasan bisnis tersebut pada daerah tingkat II. Namun demikian, yang jelas royalti yang terdapat dalam suatu bisnis franchise terkena pajak, baik pajak pertambahan nilai PPn maupun pajak penghasilan PPh. Namun sebagaimana umumnya, dalam hal hubungan franchise dengan pihak asing terdapat suatu ----------------------------------------

61. Witingsih Y, Bisnis Waralaba dan Permasalahannya, Usahawan, No. II Th.