karena diperjanjikan menjadi hukum bagi franchisee dan franchisor dalam suatu sistem bisnis franchise yang dijalankan. Dengan kata lain
semua perjnjian termasuk perjanjian franchisefranchise agreement, demi tujuan kepastian hukum maka menjadi undang-undang bagi para
pihak.
86
Tentu saja ketentuan-ketentuan yang diperjanjikan di dalam franchise agreement
tersebut dapat dipaksakan bagi para pihak yang terikat di dalamnya, yaitu franchisor yang di satu sisi sebagai penggunapenyewa lisensi
milik franchisor. Oleh karenanya, dalam pembuatan perjanjian franchise franchise
agreement para pihak harus memahami materi dalam perjanjian
tersebut terutama berkaitan dengan kedudukan baik terhadap hak dan kewajiban yang ada padanya. Pentingnya memahami materi dalam
perjanjian ------------------------------------
86.. lihat dalam Buku Ketiga Bab Kedua Bagian Ketiga, Pasal 1340 KUHPerdata
yang menyangkut Asas Pacta Sunt Servanda.
- 198 -
franchise terlihat dalam kasus Hurley Carlock vs Pillsbury Company
.
87
di mana pihak franchisee dipandang melanggar perjanjian franchise yaitu menambah penjualan produk franchise di beberapa
negara bagian di luar wilayah yang diperjanjikan, sehingga adanya
tuntutan dari franchisee lainnya. Hal tersebut dikarenakan dalam perjanjian franchise, franchisor memberikan izinhak kepada franchisee
Pillsbury bahwa selain melalui Haagen daz Shoppes juga dapat
melalui metode distribusi lainnya through not only Haagen daz Shoppes but through any other distribution method, which way from time to time
be established .
88
Van Cise mensyaratkan adanya 3 tiga prinsip umum yang harus dipersiapkan dalam membuat perjanjian franchise, yaitu :
89
1. Kontrak seharusnya terbuka frankdisclosure; 2 Penetapan aturan-aturan di dalamnya harus seimbang fair
3. Isi dari perjanjiannya harus dapat dilaksanakan oleh masing-masing pihak enforceable
2.2. Pedoman untuk Mendirikan Franchise
Perjanjian franchise biasanya menyatakan bahwa kedudukan franchisee adalah pihak yang independent dalam kontrak tersebut dan
-----------------------------------
87. 719 F. Supp. 791 D. Minn, 1989.
88. Henry R. Cheesemen, Op. Cit, h. 722 – 723. 89. Charles L. Vaughn, Op. Cit, h. 55.
- 199 - bukan merupakan agen atau pekerja bagi franchisor.
90
Meskipun demikian, dalam rangka mempertahankan kualitas produk dan pelayanan
service yang diberikan pada franchisee, demikian halnya juga dengan nilai suatu merek dagang, franchiosr seringkali berusaha melakukan
pengawasan secara luas dari beberapa aspek pelaksanaan bisnis yang dijalankan oleh franchisee.
91
Dengan demikian pengawasan yang dilakukan oleh franchisor tersebut dalam beberapa kasus yang terjadi
selama ini menimbulkan anggapan bagi pengadilan bahwa franchisee bukanlah yang bebas dalam kontrak tersebut.
92
Hal tersebut tidak terlepas dari materi yang terdapat dalam franchise agreement di mana memberikan prioritas lebih kepada
franchisor baik dalam manajemen, penentuan royalti bahkan pada persoalan penyelesaian sengketa c.q. pilihan hukumgoverning law.
Umumnya franchisee Hal tersebut tidak terlepas dari materi yang terdapat dalam
franchise agreement di mana memberikan prioritas lebih kepada franchisor
------------------------------------- 90. Sebagaimana ditegaskan pula oleh Ronald A. Anderson dkk, bahwa
secara teoristis, hubungan antara franchisor dan franchisee merupakan hubungan antara dua pihak P.Twomey, Business Law, South Western publishing Co,
USA. 1984, h. 596. Pemahaman tersebut beranjak pula dari arti franchise sendiri yang dalam bahasa Perancis berarti bebas dari perhambaan free from
servitude lihat pula Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, Cetakan Pertama, 1996, h. 72
91. Lihat john D. Donnel, A. James barnes, dan Michael B. Metzger, Law for Business, Richard D. Irwin, Inc. USA, 1983, h. 366.
92. Ibid.