Ibid. BAMBANG TJATUR ISWANTO

pengawasan secara luas dari beberapa aspek pelaksanaan bisnis yang dijalankan oleh franchisee. 91 Dengan demikian pengawasan yang dilakukan oleh franchisor tersebut dalam beberapa kasus yang terjadi selama ini menimbulkan anggapan bagi pengadilan bahwa franchisee bukanlah yang bebas dalam kontrak tersebut. 92 Hal tersebut tidak terlepas dari materi yang terdapat dalam franchise agreement di mana memberikan prioritas lebih kepada franchisor baik dalam manajemen, penentuan royalti bahkan pada persoalan penyelesaian sengketa c.q. pilihan hukumgoverning law. Umumnya franchisee Hal tersebut tidak terlepas dari materi yang terdapat dalam franchise agreement di mana memberikan prioritas lebih kepada franchisor ------------------------------------- 90. Sebagaimana ditegaskan pula oleh Ronald A. Anderson dkk, bahwa secara teoristis, hubungan antara franchisor dan franchisee merupakan hubungan antara dua pihak P.Twomey, Business Law, South Western publishing Co, USA. 1984, h. 596. Pemahaman tersebut beranjak pula dari arti franchise sendiri yang dalam bahasa Perancis berarti bebas dari perhambaan free from servitude lihat pula Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta, Cetakan Pertama, 1996, h. 72 91. Lihat john D. Donnel, A. James barnes, dan Michael B. Metzger, Law for Business, Richard D. Irwin, Inc. USA, 1983, h. 366.

92. Ibid.

- 200 - baik dalam manajemen, penentuan royalti bahkan pada persoalan penyelesaian sengketa c.q. pilihan hukumgoverning law. Umumnya franchisee agreement memberikan hak bagi franchiosr untuk “memutuskan hubungan franchise” oleh suatu sebab, antara lain seperti meninggalnya franchisee, bangkrut atau pailit, gagal dalam memenuhi pembayaran atau tidak memenuhi target penjualan sales target. 93 Sebagaimana pada kasus Dunkin’ Donuts of America, Inc. Vs Middletown Donut Corp . 94 . di mana Gerald Smothergill sebagai franchisee c.q. Middletown donut Corp mengadakan perjanjian penyewaan dan franchise dengan Dunkin’ Donuts. Pada perkembangannya dengan alasan secara sengaja tidak melaporkan penjualan bruto gross sales secara tertulis, serta tidak segera berusaha membayar kewajiban franchise fee dan advertising fee ditambah lagi menolak menyerahkan Dunkin Donuts Stores, maka Dunkin Donuts memutuskan perjanjian franchise. Bahkan pemutusan tersebut dapat saja merupakan wrongful termination, seperti pada kasus yang muncul di Pengadilan Chicago tahun 1982, ketika Mac Donald’s Corporation menggugat pengusaha 14 restoran mac Donald’s di Paris yang menerima franchisenya, dengan alasan burger ------------------------------------ 93. Ronald A. Anderson, Ian Fox dan David P. Twomey, Op Cit, h. 596. Lihat pula dalam Henry R. Cheesemen, Op. Cit, h. 730. Meskipun demikian franchisee dapat pula menuntut franchisor atas pemutusan perjanjian tanpa dasar wrongful termination, Ibid, h. 733. 94. 495 A. 2d 66 1985- Supremme Court of New Jersey. - 201 - yang disajikan terlalu panas dan pelayanan sevice nya lambat. Hakim yang menangani ternyata memerintahkan pengusaha paris itu menyerahkan kembali franchisenya. Padahal pengusaha tersebut mengklaim bahwa bisnisnya berjalan sukses dan balik menuding Mac Donald’s Corporation hanya ingin mengambil kembali franchisenya untuk diserahkan pada pengusaha lain dengan syarat-syarat yang lebih menguntungkan. 95 Oleh karenanya Dov Izraeli selanjutnya mensyaratkan adanya 6 enam hal pokok yang harus tertuang dalam perjanjian franchise, meliputi yaitu : 96 hak-hak yang dimiliki oleh franchisee antara lain seperti menggunakan merek dagang, logo dan reputasi franchisor, menggunakan layout, desain, paten, metode kerja, peralatan, pengembangan produk oleh franchisor kewajiban franchisee, kewajiban franchisor, pembagian keuntungan serta sumber-sumber pemasukan franchisor, pengawasan terhadap bisnis dapat berjalan dengan baik. Sebagaimana di kemukakan oleh Cheeseman bahwa dalam franchise agreement biasanya memuat antara lain, standar pengawasan kualitas, persyaratan pelatihan, pelarangan atas persaingan covenant not to compete oleh franchisee dan ------------------------------------

95. Anonim, Aspek Hukum dari “Franchise”, Artikel dalam Kliping