Proses Pembentukan Peserta Didik Berakhlak Mulia

40 atau tuntunan agama, sehingga manusia dapat mempertimbangkan kecenderungannya, apakah itu baik atau buruk. 59 Dengan demikian akal dan naluri dalam Islam keduanya perlu dimanfaatkan dan disalurkan dengan sebaik-baiknya dengan bimbingan dan pengarahan yang ditetapkan Al-Quran dan As-sunnah. 3 Faktor sifat-sifat keturunan A hmad Amin mengatakan: “bahwa perpindahan sifat-sifat tertentu dari orang tua kepada keturunannya disebut Al-Warasah warisan sifat- sifat”. 60 Di samping adanya sifat bawaan anak sejak lahir naluri dan sifat keturunan, sebagai potensi dasar untuk mempengaruhi perbuatan setiap manusia, ada juga faktor lingkungan yang mempengaruhinya, misalnya pendidikan dan tuntunan agama.

b. Faktor Eksternal

Yang dimaksud dengan faktor eksternal disini adalah lingkungan sekitar peserta didik, salah satunya adalah lingkungan sekolah, lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor lingkungan yang turut mempengaruhi pembentukan akhlak peserta didik, corak hubungan antara guru dengan peserta didik atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya akan banyak mempengaruhi aspek- aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan. Corak hubungan guru dengan peserta didik itu terdapat dalam proses belajar- mengajar yang berlangsung di lingkungan sekolah. Belajar dapat dipandang sebagai hasil, dimana guru terutama melihat bentuk terahir dari berbagai pengalaman interaksi edukatif. Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses, di mana guru melihat apa yang terjadi selama peserta didik menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai satu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku sselama pengalaman belajar itu berlangsung. 59 Ibid,. h. 25 60 Ibid,. h. 25 41 Belajar juga bisa dikatakan sebagai fungsi. Dalam hal ini, perhatian ditujukan pada aspek-aspek yang menetukan atau yang memungkinkan terjadinyaperubahan tingkah laku manusia di dalam pengalaman edukatif. 61 Pembentukan akhlak peserta didik, tidak akan lepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu guru tidak sekedar pengajar tapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memberikan nilai-nilai positif kepada peserta didiknya. Guru juga harus berani member pujian. Pujian yang diberikan dengan tepat, dapat mengakibatkan peserta didik mempunyai sikap yang positif, dari pada guru selalu mengkritik dan mencela. Pujian dapat menjadi motivasi belajar peserta didik dengan positif. 62 Apabila usaha murid telah menghasilkan akhlak yang sesuai dengan tujuan semula, proses belajar mengajar dapat dikatakan mencapai titik ahir sementara. Akhlak tersebut terlihat pada perbuatan, reaksi dan sikap peserta didik secara fisik maupun mental. Bersamaan dengan hasil utama itu terjadi bermacam-macam proses mengiring yang juga menghasilkan “tambahan” perubahan akhlak, akhirnya terdapat satu-kesatuan yang menyeluruh. Dengan demikian lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup di kemudian hari, akan tetapi sebagai tempat pembinaan akhlak yang baik bagi peserta didik. Hidup bersama antar manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan dan berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidup manusia, tidak mungkin mereka dapat hidup bersama. Proses interaksi itu mungkin terjadi, Karena kenyataannya bahwa manusia pada hakikatnya memiliki sifat sosial yang besar. Dengan demikian, maka ada beberapa jenis interaksi yang member kekhususan pada proses interaksi, misalnya interaksi belajar-mengajar maupun interaksi edukatif. 61 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar- Mengajar Dasar-dasar dan Teknik Metodelogi Pengajaran, Bandung: Tarsito, 1986 cet. 5 h. 74-75 62 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995, cet.3, h. 96. 42 Dalam interaksi yang seperti itu terjadi peserta didik belajar, dan guru mengajar, keduanya untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi harus bersifat edukatif, maksudnya, bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk tujuan pendidikan. Jadi interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi peserta didik mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-cita serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan negara.

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Terdapat beberapa laporan hasil penelitian terdahulu yang sesuai dengan tema yang diajukan dalam penelitian ini, adapun hasil penelitian yang relevan adalah sebagai berikut: 1. Model Interaksi Edukatif untuk Menciptakan Kreatifitas berbahasa Indonesia pada siswa SMP Darul Taqwa Disusun Oleh: Khoirunnisa’ NIM : 104070002250 Jurusan : Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2008 M1429 H Hasil penelitiannya adalah: Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari analisis yang dilakukan maka, Model interaksi pembelajaran untuk menciptakan kreativitas berbahasa Indonesia terklasifikasi atas enam kategori sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. Pertama, model interaksi yang paling banyak digunakan untuk melatih penguasaan perbendaharaan kata adalah dengan cara guru bersama siswa bernyanyi, kemudian guru menjelaskan isi nyanyian dan kata-kata yang digunakan dalam nyanyian tersebut. Berikutnya, model interaksi yang digunakan adalah siswa menirukan guru menyebutkan nama objek yang ditunjuknya, siswa menyebutkan nama objek yang ditunjuk guru, siswa menirukan syair yang diucapkan guru dengan kata-kata yang tepat ucapannya, siswa bercerita dengan kata-kata yang diingat dan didengarkan