Interaksi Belajar-Mengajar sebagai Interaksi Edukatif

16 5 Hendaknya seorang guru berpenampilan tenang, penyabar, dan pemaaf, serta memiliki wibawa. 20 Kesesuaian antara guru dan peserta didik, kenyataanya memang sangat mempengaruhi seorang murid dalam menyenangi suatu pelajaran. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi motivasi murid dalam belajar. Karena itu, guru yang baik tentunya akan selalu berusaha untuk menerapkan metode pengajaran yang benar-benar sesuai dengan kemampuan murid-muridnya. Sebaliknya, seorang murid yang baik pun akan selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dengan gurunya, yang tentu saja sebagai manusia juga memiliki kekurangan dalam banyak hal, termasuk dalam kemampuan mengajar. 21 Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses, peserta didik harus lebih aktif dari pada guru. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Selain itu, adapula bentuk-bentuk interaksi belajar mengajar yang dikemukakan oleh Roestiyah N.K, sebgai berikut 1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam bentuk ini guru mengajar di sekolah hanya menyuapi makanankepada anak. Hubungan guru dan siswa di sini hanya berlangsung sepihak, ialah dari pihak guru. 2. Pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana caranya belajar. Dalam bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber belajar. Ada hubungan timbal- balik antara guru dan murid. 3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Dalam hal ini guru hanya menciptakan situasi dan kondisi, agar tiap individu dapat aktif belajar. 4. Mengajar adalah proses proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru. Dalam proses ini siswa memperoleh pengalaman dari teman-temanya sendiri, kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru. 22 Pola hubungan- murid menurut al-Ghazali adalah pola hubungan yang bersifat kemitraan yang didasarkan pada nilai-nilai demokratis, keterbukaan, kemanusiaan dan saling pengertian. Dalam pola hubungan tersebut eksistensi 20 Mahdy saeed Reziq Krezem, Adab Islam dalam Kehidupan Sehari-hari, Jakarta: Media Da’wah, 2001, cet. Ke-1, h. 77 21 Thursan Hakim, Belajar Efektif, Jakarta: Puspaswara Anggota IKAPI, 2001, cet. Ke-2, h.8 22 Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994, Cet. 3, h. 41-44. 17 guru-murid sama-sama diakui dan dihargai. Dalam proses belajar mengajar, murid diperlakukan secara manusiawi, diberikan hak untuk mengemukakan pendapat, bertanya, mengkritik, dan diperlakukan sesuai dengan bakat, potensi dan kecendrunganya. 23 Situasi pembelajaran atau proses interaksi belajar-mengajar yang baik dapat dilakukan dengan menjalin hubungan dengan orang lain. Karena interaksi membutuhkan orang lain dan belajar yang sukses jika ada hubungankerjasama dengan orang lain, perasaan saling memiliki ini memungkinkan pesrta didik untuk menghadapi tantangan, ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang pengetahuan dan keterampilan mereka sekarang. 24 Cara menjadikan peserta didik aktif sejak awal ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh pendidik guru agar terjadi interaksi edukatif dalam proses belajar-mengajar di Kelas. Bagian ini berisi pembuka percakapan dan aktivitas pembuka lain untuk segala bentuk pembelajaran. Tehnik-tehniknya dirancang untuk mengerjakan salah satu atau beberapa dari yang berikut ini: 1. Pembentukan tim: membantu siswa menjadi lebih mengenal satu sama lain atau menciptakan semangat kerjasama dan kesalingtergantungan. 2. Penilaian serentak: mempelajari tentang sikap, pengetahuan, dan pengalaman peserta didik. 3. Pelibatan belajar peserta didik secara langsung: menciptakan minat awal terhadap pelajaran. 25 Selain peserta didik yang aktif, hal yang paling mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dan untuk membangun kepribadian siswa secara mendalam adalah motivasi yang diberikan oleh guru, di mana guru sebagai motivator adalah hal yang harus dilakukan oleh guru. Woodwort 1955 mengatakan: “A motive is a set 23 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet.1, h. 113. 24 Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Allyn and Bacon, Boston, 1996 h.30 25 Ibid., h. 13 18 predisposes the invividual of certain activities and for seeking certain goals”. Suatu motif adalah suatu set yang dapat membuat individu melakukan kegiatan- kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, perilaku atas tindakan yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive yang dimilikinya. Motif dan motifasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan seseorang. Hilgard mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi dengan demikian, motivasi muncul dari dalam diri seseorang. 26 Untuk memperoleh hasil yang belajar yang optimal pendidikguru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar pesrta didiknya. Di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk. a. Memperjelas Tujuan yang Ingin Dicapai Tujuan yang jelas dapat membuat peserta didik paham ke arah mana ia akan di bawa. Pemahaman peserta didik tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat peserta didik untuk belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. b. Membangkitkan Minat Siswa Peserta didik akan terdorong untuk belajar, manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu mengembangkan minat belajar peserta didik merupakan salah satu tehnik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat dilakukan untuk membangkitkan minat peserta didik di antaranya adalah: 1 Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan peserta didik. 2 Sesuaikan materi pelajaran dengan pengalaman dan kemampuan peserta didik. 26 Yudhi Munadhi., Op.cit., 19 3 Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara variatif. 27 c. Ciptakan Suasana yang Menyenangkan dalam Belajar Peserta didik hanya mungkin belajar dengan baik, manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman bebas dari rasa takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu. d. Berilah Pujian yang Wajar Terhadap Keberhasilan Siswa Motivasi akan tumbuh manakala peserta didik merasa dihargai, memberikan pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memberikan penghargaan. e. Berikan Penilaian Banyak peserta didik yang belajar karena ingin memperoleh nilai yang bagus untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian peserta didik nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu penilaian harus segera dilakukan dengan segera, agar peserta didik secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. f. Berilah Komentar terhadap Hasil Pekerjaan Siswa Peserta didik juga butuh penghargaan berupa komentar yang positif, sebaiknya guru memberikan komentar secepatnya misalnya dengan memberikan tulisan “bagus”, atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. g. Ciptakan Persaingan dan Kerjasama Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk keberhasilan dan proses pembelajaran peserta didik. Melalui persaingan peserta didik dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. 27 Ibid.,h. 10 20

4. Konsep Keterampilan Mengajar Akidah Akhlak sebagai

wujud Interaksi Edukatif Sistem pengajaran di kelas telah mendudukkan guru pada suatu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai mengakhiri setiap interaksi belajar mengajar yang telah diciptakannya. Berbagai peranan guru, dibutuhkan keterampilan dalam pelaksanaannya. Mengajar merupkan usaha yang sangat kompleks, sehingga sulit menentukan tentang bagaimanakah mengajar yang baik itu. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang baik dapat menjadi petunjuk tentang pengetahuan seorang guru dalam mengakumulasi dan mengaplikasikan segala pengetahuan dan keguruannya. Itulah sebabnya maka dalam melaksanakan interaksi belajar mengajar perlu adanya beberapa keterampilan mengajar. 28 Beberapa keterampilan mengajar yang harus dikuasai dan dilaksanakan oleh guru antara lain adalah:

1. Keterampilan Membuka Pembelajaran

Yang dimaksud denan membuka pembelajaran adalah seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar mengajar untuk suatu jam pembelajaran tertentu. Adapun keterampilan dalam membuka pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut:

a. Mengkondisikan Peserta didik

Tujuan kegiatan ini untuk mengarahkan guru pada pokok permasalahan agar peserta didik siap baik secara mental, emosional, maupun fisik. Keiatan ini antara lain berupa: 1 Pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami oleh peserta didik taupun guru 2 Pengulasan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya. 28 Sardiman A.M., Interaksi Edukatif dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003, cet. Ke-10, h.194 21 3 Kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian peserta didik antara lain meminta pendapatsaran peserta didik, menunjukkan gambar, slide power point, film atau benda lain. 29

b. Menarik Minat dan Perhatian Peserta Didik

Perhatian lebih bersifat sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaanya adalah minat sifatnya menetap sedan kan perhatian sifatnya sementara, adakalanya menghilang. Jadi perhatian itu sebentar hilang, sebentar timbul kembali, sedangkan minat selalu tetap ada. 30 Anak-anak yang selesai bermain, pada waktu masuk kembali ke dalam kelas untuk menerima pembelajaran sering kita dengar masih membicarakan permainanya. Oleh sebab itu pada waktu guru hendak menyampaikan pelajaran baru, sebaiknya diusahakan untuk menyatukan alam pikiran peserta didik dengan jalan menghilangkan kenangan atas peristiwa yang baru saja mereka alami. Jenis usaha lain adalah memberikan pertanyaan bahasan sebelumnya yang berhubungan dengan topic baru, atau sering pula dengan memberikan pre test untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik sudah memiliki pengetahuan tentang bahasan yang akan mereka pelajari.

c. Membangkitkan Motivasi Peserta Didik

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada dua macam motivasi: pertama, motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri, tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Kedua, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan, paksaan orang lain sehingga ia melakukan belajar. 29 B. Suryosubroto, Tata laksana kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet. Ke 1, h.81 30 Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, edisi ke-2 Cet ke-19, h.28 22 Motivasi intrinsik dapat menguat jika anak menganggap tugas sebagai sesuatu yang menarik, relevan secara personal, bermakna dan pada level yang sesuai dengan kemampuan anak, sehingga mereka beranggapan dapat berhasil dalam menyelesaikan tugas itu. 31 Berikut ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi peserta didik: 1 Kompetisi persaingan: guru berusaha menciptakan persaingan diantara peserta didiknya untuk meningkatkan prestasi belajar. 2 Pace making membuat tujuan sementara atau dekat: pada awal pembelajaran, hendaknya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapainya. 3 Tujuan yang jelas: semakin jelas tujuan, semakin jelas pula motivasi dalam melakukan sesuatu. 4 Kesempurnaan untuk sukses: guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5 Mengadakan penilaian atau tes: pada umumnya semua peserta didik mau belajar dengan tujuan memperoleh nilaiyang baik jadi, angka menjadi motivasi yang kuat bagi peserta didik. 32 Apabila guru berhasil menumbuhkan menumbuhkan kebutuhan belajar peserta didik, maka peserta didik akan aktif mengalami, mencari, dan menemukan berbagai pengetahuan yang dibutuhkannya dengan bimbingan guru. Usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga anak mau atau ingin melakukan sesuatu atau disebut motivasi. 31 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2007, Cet ke-1, h.486 32 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional , …, h.29-30 23

d. Mengadakan Test Pendahuluan Pre-test

Fungsi dari pretest ini adalah untuk menilai sampai dimana peserta didik telah menguasai kemampuan atau keterampilan yang tercantum dalam indikator hasil belajar, sebelum mereka mengikuti program pengajaran yang telah disampaikan.

2. Keterampilan dalam Memproses Kegiatan Inti Pembelajaran

Kegiatan inti pembelajaran merupakan proses pembentukan kompetensi pada peserta didik, dan merealisasikan tujuan-tujuan pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabilaseluruh peserta didik terlibat aktif baik mental, fisikmaupun sosialnya. 33

a. Penguasaan materi pembelajaran

Penguasaan materi bagi guru merupakan hal yang sangat menentukan, khususnya dalam proses belajar mengajar yang melibatkan guru mata pelajaran. Ada beberapa hal dalam upaya meningkatkan penguasaan materi bagi guru, antara lain: melalui musyawarah guru, atau kelompok kerja guru, melalui buku sumber yang tersedia atagu kegiatan mandiri, malalui pendalaman materi dengan mengikuti seminarpelatihan.

b. Keterampilan menggunakan metode

Penggunaan metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa factor seperti: metode mengajar harus sesuai dengan tujuan, metode mengajar harus sesuai dengan peserta didik, harus serasi dengan lingkungan dan pelajaran terkoordinasi dengan baik. Selain beberapa factor tersebut, dipersyaratkan pula kepada setiap guru untuk mengetahui dan menguasai metode yang akan digunakannya. 34 33 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat satuan pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, cet. 5 h. 256 34 Syafruddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, guru professional dan implementasi