Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 Jadi yang penting dalam hal ini peserta didik juga dituntut mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya. Yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental peserta didik jarang mendapatkan perhatian secara serius. Cara evaluasi yang dilakukan oleh gurupun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujian, ulangan atau tugas-tugas yang diberikanya. Ini semua mendukung suatu pengertian bahwa “mengajar” hanya terbatas pada soal kognitif dan paling hanya ditambah keterampilan dan masih jarang yang sampai pada unsur afeksi. Pandangan dan kegiatan interaksi belajar-mengajar semacam ini tidak benar. Sebab dalam konsep belajar mengajar, peserta adalah subjek belajar, bukan objek, sebagai unsur manusia yang “pokok” dan “sentral”, bukan unsur pendukung atau tambahan yang penting dalam interaksi belajar-mengajar, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa sedikit demi sedikit berkembang menjadi manusia-manusia yang aktif, kreatif dan berakhlak mulia. Dalam membina, membimbing dan memberikan motivasi kearah yang dicita- citakan, maka hubungan guru dan peserta didik harus bersifat edukatif. Interaksi edukatif ini adalah sebagai suatu proses hubungan timbal-balik anatara guru dan peserta didik yang mempenyai tujuan tertentu, yakni untuk mendewsakan peserta didik agar nantinya dapat berdiri sendiri, dapat menemukan jati dirinya secara utuh. Dalam hal ini, proses interaksi edukatif tersebut dilihat melalui bidang studi akidah akhlak. Akhlak dapat diartikan sebagai sifat dan tingkah laku yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Sifat yang tumbuh dari dalam jiwa itulah yang memancarkan sikap dan tingkah laku pebuatan seseorang. Sedangkan tujuan dari akhlak itu ialah mengetahui perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan yang buruk, agar manusia dapat mengamalkan sifat-sifat baik dan menjauhkan diri dari sifat-sifat yang jahat sehingga terciptalah suasana dalam pergaulan di masyarakat, dimana tidak ada kebencian dan 5 kejahatan. Oleh karena itu pelajaran akhlak bertujuan hendak mendudukan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta membedakanya dengan makhluk-makhluk lainya. Akhlak bertujuan menjadiakan manusia sebagai orang yang berkelakuan baik terhadap Tuhan, manusia dan lingkunganya. 4 Oleh karena itu dengan adanya interaksi edukatif antara guru dan peserta didik yang dilaksanakan melalui mata pelajaran akidah akhlak diharapkan dapat terbentuk akhlak yang mulia dalam diri peserta didik dan senantiasa tercermin dalam kehidupanya sehari-hari. Dengan kata lain diharapkan ilmu yang telah mereka dapatkan melalui mata pelajaran akidah akhlak itu dapat mereka terapkan dan amalkanpraktekan dalam kehidupanya sehari-hari. Dengan demikian, melahirkan perbuatan yang seimbang antara kata dan perbuatan, penghayatan dan pengalaman, antara teori dan praktek. Hal ini memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi memerlukan usaha yang serius. Guru sebagai pembina dan pembimbing harus mau dan dapat menempatkan siswa sebagai peserta didiknya di atas kepentingan yang lain. Selain itu guru juga harus menjadi panutan yang dapat di dicontoh oleh peserta didiknya baik dalam perkataan, perbuatan dan pergaulannya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar. Seperti: membiasakan diri dengan selalu mengucapkan salam, berjabat tangan, atau selalu berkata baik dan sopan dengan sesama, dan lain-lain. Sehingga guru dapat menjadi teladan yang baik oleh peserta didik, dengan begitu guru selain menjadi teladan juga dapat menjadi inspirasi bagi peserta didiknya. Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Peneliti ingin mengadakan penelitian yang membahas tentang “Pentingnya Interaksi Edukatif Pendidik Guru Dalam Upaya Pembentukan Akhlak Peserta Didik di Sekolah ” Study Mata Pelajaran Akidah Akhlak di MTs Miftahul Amal 4 Asmaran AS., pengantar studi akhlak, Jakarta: LSIK, 1994, Cet. Ke-2, h. 55 6

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Interaksi edukatif antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran, masih belum diterapkan sehingga tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 2. Banyak terdapat interaksi belajar-mengajar yang berjalan searah yang dilakukan oleh guru di Sekolah. 3. Banyak guru yang menjadikan peserta didik hanya sebagai objek pendidikan, bukan sebagai subjek sehingga peserta didik menjadi pasif dan tidak kreatif. 4. Sebagian guru masih belum memahami makna dari kompetensi guru, khususnya kompetensi sosial. 5. Banyak orang yang menjadi guru bukan karena “penggilan jiwa”, tapi karena terpaksa sehingga mempengaruhi sikapnya dalam mengajar dan menjalin hubungan dengan peserta didik. 6. Bentuk mengajar guru hanya menekankan pada transfer of knowledge. 7. Banyak orang tua maupun guru yang hanya puas dengan skor yang tinggi yang tertera dalam rapor, sedangkan akhlak peserta didik kurang menjadi perhatianyang serius.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi permasalahan ruang lingkup penelitian ini pada: a. Interaksi edukatif yang dilakukan oleh pendidik guru terhadap peserta didik, atau peserta didik terhadap guru, atau peserta didik terhadap sesama peserta didik yang lainnya. baik di dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap perilakuakhlak peserta didik sehari-hari di sekolah. Adapun dari sekian mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, peneliti hanya membatasi pada mata pelajaran akidah akhlak. 7 b. Banyak orang yang menjadi guru bukan karena “penggilan jiwa”, tapi karena terpaksa sehingga mempengaruhi sikapnya dalam mengajar dan menjalin hubungan dengan peserta didik. Banyak orang tua maupun guru yang hanya puas dengan skor yang tinggi yang tertera dalam rapor, sedangkan akhlak peserta didik kurang menjadi perhatian yang serius, sehingga pembentukan Akhlakul karimah sangat penting di sekolah .

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi fokus permasalahan pada penelitian ini adalah: a. Bagaimana interaksi edukatif yang berlangsung di sekolah MTs Miftahul Amal? b. Sejauh manakah pentingnya interaksi edukatif terhadap pembentukan akhlak peserta didik di sekolah MTs Miftahul Amal?

D. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembatasan dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui bentuk interaksi edukatif yang berlangsung di sekolah MTs Miftahul Amal. b. Untuk mengetahui sejauhmana pentingnya interaksi edukatif terhadap pembentukan akhlak peserta didik di sekolah MTs Miftahul Amal.

2. Kegunaan Penelitian

a. Dapat memberikan pengetahuan terutama bagi guru agar guru lebih memperhatikan pentingnya penerapan interaksi edukatif di Sekolah MTs Miftahul Amal b. Kegunaan hasil penelitian sebagai follow up pengguna informasi atau jawaban yang tertera pada kesimpulan penelitian. 8 c. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para guru untuk meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah MTs Miftahul Amal, agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. d. Dapat memberikan kesadaran bagi para pendidik guru agar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswapeserta didik dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. e. Menjadikan potensi siswa sedikit demi sedikit berkembang tidak hanya menjadi manusia-manusia yang aktif, kreatif, dan pintar saja melaikan juga berakhlak mulia. 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

Interaksi Edukatif Pendidik Guru Pada Peserta Didik 1. Pengertian interaksi edukatif Interaksi akan selalu berkaitan dengan istilah komunikasi atau hubungan,. Dalam proses komunikasi dikenal adanya unsur komunikan dan komunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena mengintegrasikan sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan mesagge. Kemudian unuk menyampaikan atau mengontakan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran chanel. Jadi unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah: komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media. Begitu juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainya, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan slalu ada. 1 Dilihat dari istilah, komunikasi yang berpangkal pada perkataan communicare berarti “berpartisipasi”, “memberitahukan”, “menjadi milik bersama”. Dengan demikian secara konseptual arti komunikasi itu sendiri sudah mengandung pengertian-pengartian memberitahukan menyebarkan berita, 1 Sardirman, Interaksi dan Motivasi belajar mengajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. 7, h.7