BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu- ilmu lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro molekuler
tentang fenomena-fenomena makro
1
. Disamping itu, ilmu kimia memberikan kontribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan,
seperti pertanian, kesehatan, perikanan, dan teknologi. Belajar kimia adalah belajar menyelidiki suatu masalah yang terjadi di
lingkungan sekitar bahkan di alam semesta ini sehingga siswa bisa mengetahui penyebab suatu masalah dan cara mengatasinya. Selain itu, melalui kimia
siswa juga menyelidiki dan membuktikan tentang kesempurnaan ciptaan Allah atas tiap-tiap materi, tiap zat, tiap-tiap peristiwa, dan keseimbangan alam
semesta beserta isinya
2
. Hal ini terlihat pada hukum-hukum kimia yang menunjukkan keseimbangan dan kesempurnaan karya Allah swt dalam zat,
materi, maupun fenomena alam. Beberapa hukum kimia tersirat pula dalam Al Qur’an. Sebagai contoh
dalam Al Qur’an surat Al Mulk ayat 1 – 4 yang berbunyi: يدق ءْيش لك لع ھو كْل ْل ديب ل ا ت
. ھو ا ع نسْحأ ْمكيأ ْمك لْ يل ايحْل و تْ ْل قلخ ل
فغْل زيزعْل .
يف ت ام اقا ط ت س عْ س قلخ ل ْلھ
ْل عجْ اف توافت ْنم ن ْح ل قْلخ طف ْنم ت
. يسح ھو ا ساخ
ْل كْيلإ ْبل ْ ي نْيت ك ْل عجْ مث
. Artinya:
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-
lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu
lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas, 2004, h.6
2
Agung Nugroho Catur Saputro, Bertualang Di Dunia Kimia, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008, h. 3
Ayat di atas menunjukkan keseimbangan dan kesempurnaan karya Allah swt dalam zat, materi, maupun fenomena alam. Hal ini juga tersirat
dalam dua hukum dasar kimia yaitu hukum Lavoisier tentang kekekalan massa yang menyatakan bahwa “massa zat sebelum dan setelah reaksi adalah sama”
dan hukum Dalton yang menyatakan bahwa “jika suatu materi dipotong terus menerus akan sampai pada bagian yang tidak dapat dipotong lagi yaitu atom
materi berlapis-lapis”. Selain itu, dalam Al Qur’an surat Yaasin ayat 36 yang berbunyi:
لْعي ا ا مو ْمھسفْنأ ْنمو ْ ْأ ت ْ ت ا م اھلك ج وْ ْأ قلخ ل احْ س .
Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. QS. Yaasiin:36
Ayat di atas menyatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan. Dalam kimia, untuk menjaga keseimbangan juga
terdapat pasangan-pasangan antara lain asam-basa, logam-nonlogam, kation- anion, elektron-proton, dan zat terlarut-pelarut.
Ilmu kimia mampu mendorong seseorang untuk lebih mengenal alam dan penciptanya. Hal ini disebabkan siswa akan berpikir bahwa tidak mungkin
suatu senyawa mampu bereaksi dengan sendirinya atau beberapa atom bergerak sendiri untuk membentuk senyawa tertentu dan siswa akan
menyadari bahwa ada zat yang maha cerdas yang mengatur dan memberikan energi pada atom-atom untuk bergabung membentuk senyawa tertentu, dan zat
itu adalah Allah swt
3
. Dengan demikian mempelajari kimia berarti mempelajari rahasia alam yang diselipkan oleh Allah swt diantara ciptaan-
ciptaan-Nya sehingga siswa dapat mempelajari dan mentafakuri ayat-ayat Allah yang tersirat di alam semesta.
3
Agung Nugroho Catur Saputro, Bertualang…, h. 3-4
Ilmu kimia berisi beberapa fakta yang harus diingat, istilah-istilah khusus, hukum-hukum kimia, rumus dan soal-soal yang membutuhkan hitung
menghitung. Oleh karena itu, pembelajaran kimia membutuhkan pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa, menyediakan pengalaman
langsung, keaktifan, dan interaksi antara guru dan siswa agar pembelajaran kimia lebih optimal dan hasil belajar siswa meningkat.
Namun, dalam mempelajari ilmu kimia ternyata tidak semudah yang diharapkan. Urip Prakoso mengatakan bahwa pelajaran kimia termasuk
pelajaran yang dianggap sulit karena: 1. Dirasa sulit menghubungkan antarkonsep
2. Diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan kemampuan logika, matematika dan bahasa tidak semua siswa punya 3 kemampuan sekaligus
3. Perlu daya juang yang tinggi dalam memahami dan menyelesaikan setiap soal
4. Pemahaman antara teori dan praktik sering tidak berkaitan
4
Materi pelajaran kimia yang cukup padat dengan alokasi yang terbatas mengakibatkan siswa kurang optimal dalam memahami materi yang diajarkan.
Disamping itu, pelajaran kimia cukup kompleks untuk dikuasai oleh siswa, mulai dari menghafal, memahami, menganalisis, menerapkan, dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dengan memilih
metode dan teknik pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pelajaran kimia sehingga proses pembelajaran siswa dapat lebih
optimal. Pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pelajaran kimia adalah pembelajaran yang berasaskan konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang
membutuhkan keaktifan siswa dalam membangun sendiri konsep dan pemahamannya sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.
Diantara beberapa jenis pembelajaran yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kontekstual dan pembelajaran quantum. Pembelajaran
4
Ashadi, “Kesulitan Belajar Kimia Bagi Siswa Sekolah Menengah”, http:pustaka.uns
. ac.id
kontekstual dan pembelajaran quantum sama-sama berasaskan konstruktivisme yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi membangun
sendiri pengetahuan dan konsep, sehingga pembelajaran lebih bermakna. Walaupun pembelajaran kontekstual dan pembelajaran quantum sama-sama
berasaskan konstruktivisme, namun kedua pembelajaran tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang menjanjikan pengoptimalan pembelajaran
siswa dan peningkatan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui
perbandingan hasil belajar kimia siswa pada pembelajaran kontekstual dan pembelajaran quantum dengan studi kasus pada konsep kelarutan dan hasil
kali kelarutan di SMAN 1 Ciputat. Melalui penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah pembelajaran kontekstual dan pembelajaran quantum
mampu mengoptimalkan pembelajaran kimia dan meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini akan dilihat dengan membandingkan hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran kontekstual dan siswa yang menggunakan pembelajaran quantum.
Melalui penelitian ini, penulis berharap agar di masa yang akan datang pembelajaran kimia dapat lebih optimal sehingga bermanfaat dalam
memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran kimia.
B. Identifikasi Masalah