Variabel Penelitian Teknik Pengumpulan Data

Teknik sampling yang digunakan penulis adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan perorangan atau pertimbangan peneliti 1 . Tabel 2. Perincian Populasi dan Sampel No Kelas Jumlah Siswa Sampel 1 XI IPA 1 45 45 2 XI IPA 2 46 45

E. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu: 1. Variabel independen bebas adalah model pembelajaran, yaitu pembelajaran kontekstual dan pembelajaran quantum. Variabel ini disimbolkan dengan huruf X. 2. Variabel dependen terikat adalah hasil belajar kimia siswa. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar kimia siswa yaitu tes objektif. Tes hasil belajar yaitu tes yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai dan memahami materi yang telah diberikan. Tes hasil belajar yang akan diberikan kepada siswa merupakan tes objektif berupa tes tertulis, yaitu tes akhir post test yang berbentuk soal pilihan ganda yang terdiri atas 25 soal dengan 5 pilihan A, B, C, D, dan E. Sebelum tes ini diberikan kepada siswa, diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. 1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: Alfabeta, 2006, h. 124 1. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Secara Kognitif Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Secara Kognitif Kompetensi Dasar Uraian Materi Pokok Indikator Jenis Soal Nomor Soal Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan ƒ Pada saat laju pelarutan padatan sama dengan pembentukan ulang padatan, maka proses yang berlawanan arah tersebut berada dalam kesetimbangan ƒ Dalam larutan jenuh terdapat reaksi ionisasi dalam keadaan setimbang. Tetapan kesetimbangan ini dinamakan tetapan Hasil Kali Kelarutan Ksp ƒ Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam pelarut pada suhu tertentu ƒ AxBy xA y+ + yB x- ƒ Ksp=[ A y+ ] x [ B x- ] y ƒ Ksp [ A y+ ] x [ B x- ] y Masih dapat larut ƒ Ksp = [ A y+ ] x [ B x- ] y Larutan tepat jenuh ƒ Ksp [ A y+ ] x [ B x- ] y Larutan mengendap ƒ Faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, ion sejenis, dan pH. ƒ Jika kelarutan= S, maka: ƒ Ksp= [ A y+ ] x [ B x- ] y ƒ Ksp= xS x x yS y ƒ Ksp= x x x y y+ x S x+y ƒ S y x x + = y x y x Ksp ƒ Ksp [ A y+ ] x [ B x- ] y ƒ Menjelaskan kesetimbang- an dalam larutan jenuh atau larutan garam yang sukar larut ƒ Menuliskan ungkapan berbagai Ksp elektrolit yang sukar larut dalam air ƒ Menghubung- kan tetapan hasil kali kelarutan dengan tingkat kelarutan atau pengendapan ƒ Menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan tetapan hasil kali kelarutan, dan sebaliknya. ƒ Memperkira- kan C1 C2 C2 C2 C3 C4 C5 C5 2, 3 1 4, 5 6, 7, 8 9, 10, 13 12, 14 11, 15 17 Masih dapat larut ƒ Ksp= [ A y+ ] x [ B x- ] y Larutan tepat jenuh ƒ Ksp [ A y+ ] x [ B x- ] y ƒ Larutan mengendap ƒ Kelarutan suatu zat akan lebih kecil jika ditambahkan larutan yang mengandung ion senama ƒ POH= –log [OH – ] ƒ PH = Pkw – POH terbentuknya endapan berdasarkan harga Ksp ƒ Menjelaskan pengaruh penambahan ion senama dalam larutan ƒ Menentukan pH larutan dari harga Kspnya. C6 C3 C4 C3 C4 C5 16, 18 19 20, 21 22 23 24, 25 Keterangan: a. Pengetahuan C1 b. Pemahaman C2 c. Penerapan C3 d. Analisis C4 e. Sintesis C5 f. Evaluasi C6 2. Kalibrasi Instrumen Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan uji instrumen melalui: a. Uji Validitas Validitas adalah alat ukur yang mampu mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui setiap sistem soal memiliki validitas yang baik, maka setiap item soal dihitung validitasnya. Validitas juga merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Adapun validitas instrumen hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi content validity dan validitas butir soal validitas item. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi jika mampu mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum pembelajaran 2 . Sementara itu, validitas butir soal yang digunakan untuk pengujian validitas skor butir soal dis-kontinum soal bentuk objektif dengan skor butir soal 0 atau 1 adalah dengan menggunakan koefisien korelasi biserial. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah: 3 q p S M M t t p pbi − = γ Keterangan: bis γ = koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total p M = rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i t M = rata-rata skor semua responden S t = standar deviasi skor total semua responden p = proporsi jawaban benar untuk butir nomor i siswa seluruh jumlah benar yang siswa Banyaknya p = q = proporsi jawaban salah untuk butir nomor i i p 1 q − = b. Uji Reliabilitas Sebuah instrumen penelitian belum cukup hanya dengan pengujian validitas saja, namun juga harus memiliki reliabilitas. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama 4 . 2 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. 12, h. 64 3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar..., h. 76 4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar..., h. 83 Dengan demikian, suatu tes atau alat evaluasi dikatakan reliabel, jika tes atau alat tersebut dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif. Suatu tes tidak reliabel jika mengandung kesalahan-kesalahan. Indikasi dari tes yang tidak reliabel adalah hasilnya tidak ajeg konsisten. Penyebab suatu tes tidak reliabel atau tingkat reliabelnya rendah adalah jawaban siswa tidak didasarkan pada pengetahuan yang telah dimilikinya tetapi diterka-terka. Reliabilitas instrumen hasil belajar kimia dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson KR-20, reliabilitas suatu tes dihitung dengan menggunakan rumus: 5 ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = ∑ 2 2 tt S pq S 1 n n r Keterangan: r tt = reliabilitas tes n = jumlah item atau butir soal S 2 = varians skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar siswa seluruh jumlah benar yang siswa Banyaknya p = q = proporsi siswa yang menjawab salah p 1 q − = c. Taraf Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba karena merasa diluar jangkauannya. 5 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar..., h.98 Taraf kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Taraf kesukaran diberi simbol P proporsi. Rumus menentukan taraf kesukaran adalah sebagai berikut: 6 JS B P = Keterangan: P : Taraf kesukaran B : jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS : Jumlah siswa yang mengikuti tes Klasifikasi taraf kesukaran adalah sebagai berikut: P = 0,10 – 0,30 : soal sukar P = 0,30 – 0,70 : soal sedang P = 0,70 – 1,00 : soal mudah d. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang kurang pandai berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi D. Untuk mengetahui daya pembeda soal maka seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas upper group dan kelompok kurang pandai atau kelompok bawah lower group. Rumus menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut: 7 B A B B A A P - P J B J B D = − = Keterangan: J : Jumlah peserta tes J A : Jumlah peserta kelompok atas 6 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar..., h. 208 7 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar..., h. 213 J B : Jumlah peserta kelompok bawah B A : Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B B : Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P A : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut: D : 0,00 – 0,20 : jelek D : 0,20 – 0,40 : cukup D : 0,40 – 0,70 : baik D : 0,70 – 1,00 : baik sekali

G. Analisis Data

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBANTUAN BUKU SAKU PADA HASIL BELAJAR KIMIA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN SISWA SMAN 1 AMBARAWA

0 38 237

PERBEDAAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSITED INDIVIDUALIZATION DENGAN TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 5 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 2 22

PENGARUH JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN BAHAN AJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA POKOK BAHASAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI KELAS XI SMA.

0 7 21

PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERMEDIAKAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR KIMIA SISWA PADA PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI KELAS XI SMA.

0 3 35

EFEKTIVITAS PENDEKATAN SAINTIFIK BERMEDIAKAN MACROMEDIA FLASH TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN DI KELAS XI SMA.

1 6 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAN KEMAMPUAN MATEMATIK TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 3 32

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS PRAKTIKUN TERHADAP HASIL BELAJAR SIWA PADA MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

0 0 17

PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN.

1 2 28