antara 1000- 1.500 kata. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah jenis prosa yang memiliki keterbatasan dalam jumlah kata dan hanya menampilkan
satu kisah saja. Pembelajaran menulis cerpen merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran menulis cerpen terdapat dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan khususnya pada sekolah menengah atas terdapat dalam standar kompetensi nomor enam belas, yaitu menulis teks cerpen sesuai
pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Pembelajaran menulis cerpen ini tidak hanya membahas teori mengenai cerpen, tetapi juga
melingkupi aspek mekanik seperti pemakaian ejaan tepat, pemilihan diksi serta penyusunan kalimat hingga menjadi sebuah paragraf yang utuh dan
padu. Berikut ini adalah langkah penerapan strategi Wordless Picture Books
dalam pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan langkah-langkah penerapan Wordless Picture Books yang dikemukakan oleh Kucer dan Cecilia
dalam buku Teaching The Dimention of Literacy 2005:118. a.
Guru memperkenalkan startegi Wordless Picture Books kepada peserta didik dan memotivasi peserta didik jika Wordless Picture
Books dapat membantu menemukan alur cerita dalam cerpen. b.
Guru meminta peserta didik untuk melihat serta mengidentifikasi informasi dari gambar tanpa kata yang terdapat dalam strategi
Wordless Picture Books. c.
Kemudian, guru membimbing peserta didik untuk menulis apa yang mereka pikirkan dengan melihat gambar yang disajikan. Atau, peserta
didik dapat menulis kata kunci di bawah gambar yang selanjutnya dapat membentuk kerangka karangan.
d. Peserta didik harus menulis kalimat untuk semua gambar dan
menyelesaikannya hingga menjadi sebuah karangan cerpen yang utuh. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam kelompok atau individual.
e. Akhirnya, peserta didik dapat mengubah, menulis ulang, dan
memodifikasi tulisan mereka untuk membuatnya menjadi sempurna.
3. Tahapan Menulis Cerpen
Terdapat lima tahap dalam menulis cerpen, sebagaimana diungkapkan olehSayuti 2009: 25-26. Lima tahapan menulis cerpen yaitu; i Tahap
pramenulis, dalam tahap pramenulis ini kita harus menggali ide, dan menyiapkan bahan tulisan. Ide dapat diperoleh dari hal-hal yang dialami,
dipikirkan, dirasakan, dilihat, didengar, dan sebagainya. ii Tahap menulis draf, tahap ini merupakan tahap menulis ide-ide ke dalam bentuk tulisan yang
kasar sebelum ditulis ke dalam bentuk tulisan jadi. Ide-ide yang dituliskan dalam bentuk draf ini sifatnya masih sementara, sehingga masih
dimungkinkan dilakukan perubahan.iii Tahap revisi, merupakan tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru. Perbaikan atau revisi ini
berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca. iv Tahap menyunting, dalam tahap ini
kita harus melakukan perbaikan pada tulisan khususnya dalam aspek kebahasaan dan aspek mekanik lainnya. Aspek mekanik antara lain penulisan
huruf, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, dan kosakata. v Tahap mempublikasi, pada tahap ini tulisan yang sudah disunting dapat
dipublikasikan di berbagai media seperti buletin, majalah, koran dengan tujuan agar orang lain juga dapat menikmati hasil tulisan kita.
4. Unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun cerpen terdiri dari dua hal yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh, alur dan latar. Sedangkan sarana
cerita terdiri dari judul, tema, sudut pandang, serta gaya dan nada. a. Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot
Sumardjo, 1997:144. Lebih lanjut Aminuddin 2010:79, berpendapat bahwa pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut sebagai tokoh. Wiyatmi 2009:30, menyatakan tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah
fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di dunia nyata. Jadi, dari
berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam plot sebuah cerita fiksi. Tokoh berperan
dalam menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
Nurgiyantoro 2010:176, mengemukakan bahwa dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya peran seorang tokoh dalam cerita
digolongkan menjadi dua, yaitu: i, tokoh utama, adalah tokoh yang