dipublikasikan di berbagai media seperti buletin, majalah, koran dengan tujuan agar orang lain juga dapat menikmati hasil tulisan kita.
4. Unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun cerpen terdiri dari dua hal yaitu fakta cerita dan sarana cerita. Fakta cerita meliputi tokoh, alur dan latar. Sedangkan sarana
cerita terdiri dari judul, tema, sudut pandang, serta gaya dan nada. a. Tokoh
Tokoh cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam plot
Sumardjo, 1997:144. Lebih lanjut Aminuddin 2010:79, berpendapat bahwa pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut sebagai tokoh. Wiyatmi 2009:30, menyatakan tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah
fiksi. Tokoh dalam fiksi merupakan ciptaan pengarang, meskipun dapat juga merupakan gambaran dari orang-orang yang hidup di dunia nyata. Jadi, dari
berbagai pendapat tersebut disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam plot sebuah cerita fiksi. Tokoh berperan
dalam menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lain sehingga terbentuk sebuah cerita.
Nurgiyantoro 2010:176, mengemukakan bahwa dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya peran seorang tokoh dalam cerita
digolongkan menjadi dua, yaitu: i, tokoh utama, adalah tokoh yang
tergolong penting dan ditampilkan terus menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita. Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan Nurgiyantoro, 2010: 176-177.Selanjutnya ii tokoh tambahan, yaitu tokoh yang hanya
dimunculkan sekali atau beberapakali dalam cerita dan itu pun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek Nurgiyantoro, 2010:176.
Selanjutnya berdasarkan aspek fungsi penampilan, tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu: i tokoh protagonis, sebagaimana diungkapkan oleh
Althenbernd via Nurgiyantoro, 2010: 178-179 bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer
disebut hero. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. ii tokoh antagonis, yaitu tokoh yang
menjadi penyebab terjadinya konflik. Tokoh antagonis barangkali dapat disebut beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tidak
langsung, bersifat fisik maupun batin Nurgiyantoro, 2010: 179. b. Alur
Luxemburg via Wiyatmi,2009:49, alur pada dasarnya merupakan deretan peristiwa dalam hubungan logik dan kronologik saling berkaitan dan
yang diakibatkan atau dialami oleh pelaku. Alur berkaitan dengan masalah bagaimana peristiwa, tokoh dan segala sesuatu yang digunakan, dikisahkan
sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita yang padu dan menarik. Sedangkan Aminuddin 2010:83, menyatakan bahwa alur dalam cerpen atau dalam
karya fiksi adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku
dalam suatu cerita. Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur adalah tahapan- tahapan atau deretan peristiwa yang saling berkaitan hingga membentuk
sebuah cerita. c. Latar
Latar dapat dipahami sebagai landasan tumpu berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan dalam cerita fiksi. Peristiwa
dan kisah dalam cerita fiksi tidak dapat terjadi begitu saja tanpa kejelasan landasan tumpu. Apalagi dalam cerita fiksi anak, yang dalam banyak hal
memerlukan rincian konkret yang lebih menjelaskan apa dan bagaimana peristiwa yang dikisahkan Nurgiyantoro, 2010:216. Latar dalam sebuah
cerita fiksi adalah mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya cerita. Latar dalam prosa fiksi dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu,
dan latar sosial Sayuti, 2000:127.
d. Sudut pandang Sudut pandang pada hakikatnya adalah sebuah cara, strategi atau
siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengungkapkan cerita dan gagasannya Nurgiyantoro, 2010:269. Lebih lanjut Sayuti 2000:159,
menyatakan bahwa sudut pandang dibedakan menjadi sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga. Masing-masing sudut pandang
tersebut dibedakan lagi menjadi: