anak usia prasekolah tentang seksualitas juga berkembang seperti keingintahuan darimana bayi berasal. Keingintahuan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengajarkan anak nama-nama bagian genitalia sesuai gender Potter dan Perry, 2005.
f. Perkembangan Sosial
Proses individualisasi-perpisahan sudah komplet pada anak prasekolah. Anak sudah mampu mengatasi rasa takutnya kepada
orang lain sehingga anak dapat berhubungan dengan orang-orang yang baru dikenalnya dan sudah mulai bisa memahami perpisahan
sementara dengan orang tuanya. Anak prasekolah sudah mampu mengemukakan keinginan mereka dengan mandiri karena
perkembangan kognitif anak semakin halus. Anak 4-5 tahun sudah dapat mematuhi peringatan akan bahaya, tetapi anak 3 atau 4 tahun
kadang-kadang masih belum dapat mematuhi peringatan. Anak semakin menyadari posisi dan peran mereka dalam keluarga
Wong et al., 2008. g.
Perkembangan Spiritual Anak mengetahui tentang keyakinan dan agama didapatkan
dari orang tua dan praktik keagamaan mereka Kenny, 1999 dalam Wong et al., 2008. Pemahaman anak mengenai keagamaan
dipengaruhi oleh perkembangan tingkat kognitifnya. Anak masih memiliki konsep Tuhan secara fisik dan pemahaman tentang ritual
keagamaan masih terbatas. Anak usia prasekolah mulai menghafal doa-doa singkat, mempelajari kebenaran dan kesalahan dalam
berperilaku. Anak usia prasekolah perlu diajarkan bahwa Tuhan adalah sebagai pemberi cinta bagi semua orang tanpa terkecuali,
bukan sebagai penentu perbuatan baik atau benar karena anak prasekolah seringkali menganggap kesakitan yang dialaminya
karena hukuman yang diberikan akan kesalahannya Wong et al., 2008.
h. Perkembangan Citra Tubuh
Perkembangan citra tubuh mulai berkembang pada usia prasekolah dimana anak sudah dapat mengemukakan pendapat
penampilan yang diinginkannya dan yang tidak diinginkannya. Mereka mulai mengenali perbadaan warna kulit, mengenali makna
―cantik‖ atau ―buruk‖, membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya. Pengetahuan mengenai anatomi dalam tubuh masih
terbatas dimana anak merasa takut dengan kajadian yang merusak kulit mereka seperti suntikan atau pembedahan karena anak
menganggap hal tersebut akan membuat semua darah yang ada di dalam tubuhnya akan keluar Wong et al., 2008.
3. Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD atau prasekolah merupakan upaya pendidik orang tua, guru, dan orang dewasa
lainnya dalam membantu pembelajaran anak dari sejak lahir hingga usia enam tahun melalui berbagi pengalaman dan memberi stimulus
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal sesuai dengan nilai dan normal kehidupan. Upaya untuk
perkembangan potensi anak dilakukan pada usia dini dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki karena pada usia ini anak
memasuki periode emas. Namun, tidak berarti anak harus diberikan pelajaran-pelajaran yang tidak sesuai dengan usia mereka. Solehudin
2000 menyebutkan lima fungsi dasar dalam perkembangan PAUD: 1 pengembangan potensi 2 penanaman dasar aqidah keimanan 3
pembentukan dan pembiasaan perilaku yang diharapkan 4 pengembangan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan
5 pengembangan motivasi dan sikap belajar yang postitif Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2009.
Pendidikan yang diberikan pada anak dalam hal ini mengenai pendidikan seksual diharapkan akan terbentuk pondasi yang kuat bagi
perkembangan pola pribadi dan perilaku anak diwaktu mendatang. Goleman 1995 mempunyai pandangan bahwa pendidikan yang
diberikan pada usia dini akan membentuk kerangka dasar pada anak dalam perkembangan kepribadian dan perilaku. PAUD berfungsi
komprehensif, selain berfungsi untuk memberikan pelajaran secara akademis, tetapi juga menstimulasi perkembangan intelektual,
psikososial, motorik, serta keyakinan dan perilaku keagamaan bagi anak. Solehudin 2003 menyebutkan karakteristik anak dalam belajar
adalah unik, egosentris, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan
perilaku secara relatif dan spontan, kaya dengan fantasi, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki
daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap
teman.
4. Metode Belajar Anak Usia Dini
Metode belajar pada anak usia dini menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI 2007 dibagi berdasarkan rentang usia.
Anak usia 3-4 tahun sesuai dengan perkembangan kognitifnya dapat menggunakan metode belajar dengan bercerita, membacakan atau
mendengarkan sajak-sajak sederhana, mengenal tanda-tanda gambar, dan membaca buku anak. Aktivitas bermain konstruktif dan dramatik
juga dilakukan dalam proses belajar. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan kemampuan bahasa, kemampuan berpikir, kreativitas,
perilaku sosial, bahkan perilaku moral anak. Latihan untuk melakukan hal sederhana dalam kegiatan sehari-hari seperti mencuci tangan dapat
digunakan untuk membentuk rasa tanggung jawab anak Solehudin, 2000 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007.
Anak usia 4-5 tahun sesuai dengan perkembangannya dapat melakukan proses belajar dengan melibatkan dalam kegiatan-kegiatan
permainan manipulatif, konstruktif, dan dramatik untuk melatih konsentrasi anak. Manggambar atau membuat suatu bentuk membantu
anak mempersiapkan diri untuk belajar keterampilan akademik dasar pada tingkat Sekolah Dasar SD. Kegiatan yang melibatkan anak
dengan berlatih menulis kata-kata yang menarik bagi mereka dapat mengembangkan kemampuan literacy. Pengenalan konsep matematis
pada anak dapat dilakukan dengan kegiatan yang melibatkan angka, permainan problematik, cerita yang lebih panjang, dan kegiatan
sejenisnya. Anak usia 5-6 tahun pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan anak usia sebelumnya, namun dengan tantangan yang
lebih besar seperti melibatkan anak dalam permainan yang mempunyai aturan Solehudin, 2000 dalam Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP-UPI, 2007. Metode-metode yang dapat digunakan pada anak prasekolah
sebagai berikut Moeslichatoen, 2004: 1.
Metode Bermain Proses bermain dan alat-alat permainan merupakan
perangkat komunikasi bagi anak-anak. Anak akan belajar cara berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, dengan sosial, dengan
diriya sendiri, dapat mengembangkan fantasi, imajinasi, serta kreativitasnya Yuriastien et al., 2009.
2. Metode Cerita
Metode cerita adalah metode belajar mengajar dimana guru menyampaikan informasi dengan cara bercerita kepada murid.
Metode ini bersifat satu arah dimana perhatian terpusat pada guru dan anak murid mendengarkan Fathurrohman dan Sutikno, 2007.
3. Metode Bercakap-cakap
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai sesuatu antara dua orang atau lebih. Kegiatan ini
biasanya dibangun dalam suasana akrab dan sopan Andayani, 2015.
4. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah metode yang mengembangkan pengalaman dan aktivitas lapangan Prayito, 2009. Guru mengajak
peserta didik mempelajari suatu objek. Metode karyawisata berguna bagi siswa dalam memahami kehidupan nyata beserta
permasalahannya Suyanto dan Jihad, 2013. 5.
Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode pengajaran dengan cara
memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan Syah, 2000 dalam Simamora, 2009.
Tujuan dari metode demonstrasi adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan
proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu Nursalam dan Efendi, 2008.
6. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas dilakukan setelah selesai suatu pokok bahasan, guru memberikan tugas kepada perserta didik
untuk mengembangkan bahasan yang telah dipelajari agar peserta didik dapat berpikir kreatif, analisis serta memiliki wawasan yang
luas Wicaksono et al., 2015.