nilai Asymp. Sig 2-tailed adalah 0.003 yang berarti p0.05 atau terdapat perbedaan yang signifikan. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat pengaruh metode cerita boneka dalam pendidikan seksual pada anak prasekolah.
D. Efektivitas Metode Video dan Cerita Boneka dalam Pendidikan
Seksual tentang Personal Safety Skill Terhadap Pengetahuan Anak
Prasekolah
Hasil dari penelitian ini rata-rata nilai pengetahuan pada kelompok metode video adalah 2.93 dan pada kelompok metode cerita boneka adalah
3.31 sehingga selisihnya hanya 0.38. Jika dilihat dari nilai rata-rata perkelompok, terlihat bahwa perbedaan pengetahuan yang terjadi tidak
jauh berbeda. Untuk menilai keefektifan dari kedua intervensi digunakan uji statistik dengan Independent t-test. Asymp. Sig 2-tailed yang
didapatkan dari Independent t-test adalah 0.715 yang berarti p0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara metode video dan metode cerita boneka terhadap peningkatan pengetahuan anak prasekolah tentang personal safety skill.
Video merupakan media yang menyampaikan informasi melalui audio dan visual. Kelebihan yang didapatkan dari belajar melalui video
adalah dapat menarik perhatian dalam waktu yang singkat, dapat mendemonstrasikan suatu keterampilan, menghemat waktu karena video
dapat direkam berulang-ulang, keras atau lemahnya suara dapat diatur sesuai kebutuhan sehingga peserta dapat mendengar dengan jelas apa isi
yang disampaikan melalui video Mubarak, 2007. Pemberian pendidikan
dengan video juga membuat anak berpikir lebih kritis karena tayangan video dapat menambah daya imajinasi anak secara lebih efektif Andayani,
2015. Selain itu pembelajaran dengan bantuan media video dapat membuat anak lebih perhatian dan menujukkan minat terhadap materi
pembelajaran sehingga mampu menyerap informasi dengan baik. Namun, saat video telah diputar akan terus bergerak menyampaikan informasi
sehingga tidak semua anak dapat mengikuti informasi yang disampaikan dan sifat komunikasinya satu arah Muthmainnah, 2013.
Pembelajaran melalui cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak seperti yang dikatakan dalam penelitian Pudi et al.,
2014, Fatholah et al., 2014 dan Divtahari et al., 2015. Terdapat lima tahap dalam menyimak menurut Taringan 2008 yakni 1 mendengar, 2
memahami, 3 meginterpretasi, 4 mengevaluasi, dan 5 menanggapi. Tahap menanggapi dimana anak dapat menyerap serta menerima informasi
yang dikemukakan oleh pencerita sehingga pengetahuan anak dapat meningkat karena salah satu yang mempengaruhi pengetahuan adalah
informasi Mubarak, 2007. Ditambah lagi dengan bantuan alat peraga visual berupa boneka,
yang mendorong pendengar untuk berpartisipasi secara aktif, pendengar merasa terlibat di dalam cerita sehingga mereka seolah-olah melihat
sendiri peristiwa yang terjadi dalam cerita yang disampaikan
Simanjuntak, 2008. Menurut Kusmayadi et al., 2008 boneka dapat digunakan sebagai media atau alat peraga yang digunakan untuk lebih
menarik perhatian pendengar dan membantu pendengar memahami
jalannya cerita. Cerita boneka bukan hanya untuk bersenang-senang atau permainan tetapi juga dapat menyediakan dukungan psikologis bagi anak
dan dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kehidupan sehari-hari, seperti personal safety skill dalam penelitian ini Fisher, 2009.
Kedua metode tersebut sama-sama menarik bagi anak dalam menerima pembelajaran. Catatan dari observer menjelaskan bahwa
perhatian anak-anak saat diberikan intervensi video dan intervensi cerita boneka keduanya sama-sama memperhatikan dan menunjukkan minat
walaupun dalam intervensi video terdapat beberapa anak yang sempat kehilangan fokus saat menonton video. Hal itu dapat terjadi karena video
yang telah diputar terus berlanjut sehingga tidak semua anak dapat mengikuti informasi dan mulai kehilangan fokus. Namun, terdapat
fasilitator yang bertugas mendampingi responden untuk memfokuskan kembali perhatian responden pada intervensi video yang diberikan.
Hasil uji statistik untuk melihat perbandingan efektivitas antara kelompok video dan kelompok cerita boneka menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang bermakna dalam meningkatkan pengetahuan responden pada penelitian ini dikarenakan kedua metode tersebut sama-
sama menggunakan dua pancaindera yaitu mata dan telinga dalam proses pembelajaran sehingga responden pada kedua kelompok sama-sama
mengingat sebanyak 50 dari apa yang mereka lihat dan dengar Edgar Dale dalam Nursalam dan Efendi, 2008.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini terdapat banyak keterbatasan yang menjadi kekurangan dalam penelitian.
1. Ada 5 responden yang tidak hadir pada hari pelaksanaan dan 1
responden di drop out karena tidak dapat kooperatif dalam pelaksanaan kegiatan sehingga jumlah responden dalam setiap
kelompok tidak sama, pada kelompok video berjumlah 15 orang dan pada kelompok cerita boneka berjumlah 13 orang. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gay 1992 dalam Umar 2011 yang mengatakan untuk quasi experiment membutuhkan
minimal 15 subjek perkelompok.