c. Menutup aurat
Islam mengajarkan umatnya untuk menutup aurat baik laki- laki maupun perempuan. Aurat laki-laki adalah dari pusar sampai
lutut, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Allah berfirman dalam surat An-Nur ayat
31 : ―Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali yang biasa terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya auratnya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau
ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-
putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan sesama Islam mereka,
atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan laki-laki tua yang tidak mempunya keinginan terhadap perempuan, atau
anak- anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan...”
Chomaria, 2008.
C. Personal Safety Skill
Personal safety skill adalah pendidikan yang diajarkan kepada anak tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi situasi yang dapat
membahayakan mereka untuk menjaga diri mereka tetap aman. Pendidikan ini tidak hanya mengurangi resiko menjadi korban tetapi juga
meningkatkan kemampuan anak untuk melindungi diri mereka sendiri Kendall, 2012.
Garvis dan Pendergast 2014 menyebutkan dalam bukunya delapan konsep dalam mengajarkan pendidikan seksual pada anak sebagai upaya
preventif terhadap kekerasan seksual : 1
Body ownership. Kepemilikan atas tubuhnya dimana anak diajarkan bahwa mereka memiliki bagian-bagian tubuh pribadi,
mereka mempunyai kontrol untuk menyentuh bagian dari tubuh mereka, dan keterbatasan orang lain untuk menyentuh atau melihat
tubuh mereka atau mengambil foto mereka. 2
Touch. Anak diajarkan perbedaan tipe sentuhan yang menjurus kepada pelecehan seksual.
3 Assertiveness. Anak diajarkan untuk berdandan dalam hal ini cara
berpakaian, sentuhan yang tidak pantas dan ancaman pelecehan seksual yang lain.
4 The „No-Go-Tell‟ sequence. Anak diajarkan untuk berani bilang
―tidak‖ dengan suara keras ketika ada seseorang yang mencoba menyentuh area privasinya, kemudian ‗pergi‘ dari tempat atau
situasi tersebut, dan ‗ceritakan‘ apa yang terjadi pada orang lain yang dapat membantu atau orang lain yang dapat dipercaya.
5 Secrecy. Anak diajarkan bahwa rahasia tidak harus selamanya
disimpan sendiri. 6
Intuition. Anak diajarkan untuk mempercayai perasaannya ketika mereka merasa sesuatu yang buruk sedang terjadi.
7 Support system. Anak diajarkan untuk mengenal sistem sosial atau
lembaga yang dapat membantu mereka untuk pelaporan jika terjadi pelecehan seksual.
8 Blame. Anak diajarkan bahawa mereka tidak bersalah jika mereka
menjadi korban atau hampir menjadi korban. Kesalahan tersebut terdapat pada orang yang lebih dewasa.
Garis besar pedoman dari personal safet skill yang diajarkan pada anak adalah mencakup
„Yell-Go-Tell‟ sequence James et al., 2013; Springer dan Misurell, 2015. Namun, sebelumnya anak perlu diajarkan tentang
body ownership kepemilikan tubuh karena hal ini adalah bagian penting dari pendidikan personal safety skill. Anak diajarkan bahwa tubuhnya
adalah milik pribadi dirinya sehingga mereka mempunyai hak atas diri mereka sendiri untuk memutuskan tubuh mereka apakah boleh atau tidak
boleh diakses orang lain. Anak juga diajarkan bahwa bagian privasi tubuh mereka seperti penis, vagina, payudara, dan bokong adalah penting dan
tidak ada seorangpun yang boleh meyakiti tubuh mereka Kendall, 2012. Setelah mengajarkan body ownership, anak diajarkan tentang
perbedaan sentuhan yang baik dan sentuhan yang tidak baik. Sentuhan baik seperti pelukan, berjabat tangan, dan tos. Sedangkan sentuhan tidak
baik contohnya seperti gasakan dan pencoblosan, pelukan dari orang yang lebih besar tidak dikenal maupun sentuhan seksual oleh orang dewasa atau
sesama anak Kendall, 2012.