Tabel 19. Analisis Sensitivitas Fungsi Tujuan Perkebunan Widodaren tahun 2006 dan 2007
Produk Periode
Koefisien Sekarang Kenaikan yang
diperkenankan Penurunan yang
diperkenankan RSS 1
Triwulan 1 11.040
Tidak terbatas 11.147,16
RSS 2 10.786
Tidak terbatas 10.786
Cutting A 10.716
Tidak terbatas 10.716
RSS 1 Triwulan 2
11.739 Tidak terbatas
11.853,86 RSS 2
11.485 Tidak terbatas
11.485 Cutting A
11.486 Tidak terbatas
11.486 RSS 1
Triwulan 3 14.318
Tidak terbatas 14.451,88
RSS 2 13.763
Tidak terbatas 13.763
Cutting A 13.388
Tidak terbatas 13.388
RSS 1 Triwulan 4
10.417 Tidak terbatas
10.516,41 RSS 2
10.049 Tidak terbatas
10.049 Cutting A
9.942 Tidak terbatas
9.942 RSS 1
Triwulan 5 11.397
Tidak terbatas 11.508,36
RSS 2 11.202
Tidak terbatas 11.202
Cutting A 11.136
Tidak terbatas 11.136
RSS 1 Triwulan 6
11.457 Tidak terbatas
11.566,75 RSS 2
11.183 Tidak terbatas
11.183 Cutting A
10.975 Tidak terbatas
10.975 RSS 1
Triwulan 7 10.818
Tidak terbatas 10.936,65
RSS 2 10.716
Tidak terbatas 10.716
Cutting A 11.865
Tidak terbatas 11.865
RSS 1 Triwulan 8
13.516 Tidak terbatas
13.643,37 RSS 2
13.366 Tidak terbatas
13.366 Cutting A
12.737 Tidak terbatas
12.737
Nilai koefisien keuntungan per Kilogram Karet Kering yang masih boleh diijinkan untuk diturunkan sebesar Rp 11.147,16 artinya selama keuntungan dari
RSS 1 di triwulan 1 turun tidak melebihi Rp 11.147,16 maka Perkebunan Widodaren sebaiknya tetap memproduksi RSS 1 sebanyak yang diproduksi pada
tingkat optimal. Sedangkan nilai kenaikan koefisien keuntungan dalam besaran infinity tak terhingga, yang berarti apabila nilai keuntungan dinaikkan pada
berapa pun besarnya, produksi tetap pada tingkat produksi optimal yang disarankan.
Pada triwulan 1 RSS 2 dan Cutting mempunyai batasan kenaikan koefisien keuntungan yang tak terhingga dan koefisien keuntungan yang diijinkan
mengalami penurunan dalam besaran tertentu masing – masing sebesar Rp
10.786,- dan Rp 10.716,-. Batasan kenaikan koefisien yang tak terhingga tidak akan mempengaruhi kombinasi produksi optimal, namun apabila meningkatkan
keuntungan yang tinggi akan menyebabkan harga jual yang tinggi kepada pasar. Informasi analisis sensitivitas koefisien keuntungan ini membantu untuk
mengetahui produksi optimal dan batas kenaikan dan penurunan keuntungan dalam menetapkan kebijakan harga yang sesuai dengan pasar.
7.5.2 Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala
Bagian kedua dari analisis sensitivitas ini adalah perubahan nilai ruas kanan kendala.Analisis ini menunjukkan selang perubahan jumlah ketersediaan
sumberdaya yang tidak menyebabkan perubahan nilai dual price kendala yang bersangkutan.Selang tersebut juga menunjukkan pentingnya suatu sumberdaya,
dimana semakin kecil selangnya semakin penting sumberdaya pada kondisi yang bersangkutan.Selang kepekaan tersebut ditunjukkan oleh nilai minimum dan
maksimum persediaan yang diijinkan. Analisis kepekaan ruas kanan ini mencakup seluruh kendala yang terdiri dari bahan baku lateks, bahan penolong asam semut,
taksasi produksi, kendala jam mesin, kendala HOK, syarat komposisi produksi. Perubahan pada selang ruas kanan kendala tidak merubah variabel pada
kondisi aktual.Perubahan yang dapat dihitung langsung adalah nilai fungsi tujuan dengan cara menambahkan hasil perkalian unit tambahan sumberdaya dengan
nilai dual pricenya.Tabel 22 merupakan rekap dari apa yang terjadi pada triwulan 1, analisis sensitivitas ruas kanan kendala untuk sumberdaya lateks, bahan
penolong asam semut, taksasi produksi RSS 1, taksasi produksi RSS 2, HOK pada
masing – masing tahap, jam mesin, dan syarat komposisi produksi untuk 8
triwulan dapat dilihat pada Lampiran.
Tabel 20. Rekap Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Sebelah Kanan pada Triwulan 1 tahun 2006
Sumberdaya RHS saat ini
Kenaikan yang diperkenankan
Penurunan yang diperkenankan
Lateks Kebun 77825
Tidak terbatas 15.266,82
Asam Semut 125000
Tidak terbatas 43.674,37
Taksasi Produksi RSS 1 27102
6.635,58 2
Taksasi Produksi RSS 2 1626
7.274,90 7.385
HOK Pembekuan dan Pengenceran 332
Tidak terbatas 294,46
HOK Penggilingan 581
Tidak terbatas 513,43
HOK Kamar Asap 360
Tidak terbatas 314,96
HOK Pembongkaran dan Sortasi 83
Tidak terbatas 72,99
HOK Pengemasan 83
Tidak terbatas 72,99
Jam Mesin Koaguler Bak 913
Tidak terbatas 887,97
Jam Mesin Sheeter 830
Tidak terbatas 802,47
Komposisi Produksi RSS 2 Tidak terbatas
0,12 Komposisi Produksi Cutting A
Tidak terbatas 271,01
Pasokan bahan baku lateks setiap bulannya mempunyai kenaikan yang tidak terbatas dalam ketersediaannya untuk beberapa bulan, hal tersebut karena
pada saat optimalitas tercapai sumberdaya bahan baku lateks tidak habis terpakai sehingga penambahan sumberdaya bahan baku lateks tidak akan mempengaruhi
nilai dualnya. Untuk bahan baku lateks mempunyai batas penurunan tertentu yaitu sebesar nilai sisa surplus, hal ini berarti pemanfaatan bahan baku lateks dibawah
batas penurunan tersebut akan merubah nilai dualnya. Pada triwulan 1, bahan baku lateks dapat disebut langka apabila ketersediaannya mengalami penurunan
lebih dari 15.266,82 liter dan mengubah nilai dual yang dapat mempengaruhi pendapatan optimal perkebunan Widodaren.
Ketersediaan bahan penolong Asam Semut dimanfaatkan sebagai bahan pendukung proses produksi terutama yang menghasilkan produk turunan lateks
RSS I dan RSS 2. Pemanfaatan sumberdaya bahan penolong Asam Semut