Kendala Pengadaan Bahan Baku Lateks

RSS 1 yaitu sebesar 2,3 , pada RSS 2 sebesar 0,125 dan pada Cutting A sebesar 0,075. Berikut adalah fungsi kendala pengadaan bahan baku lateks : Triwulan 1 : 2,3X 11 +0,125X 21 +0,075X 31 ≤ 77.825 Triwulan 2 : 2,3X 12 +0,125X 22 +0,075X 32 ≤ 107.862 Triwulan 3 : 2,3X 13 +0,125X 23 +0,075X 33 ≤ 90.520 Triwulan 4 : 2,3X 14 +0,125X 24 +0,075X 34 ≤ 59.286 Triwulan 5 : 2,3X 15 +0,125X 25 +0,075X 35 ≤ 72.154 Triwulan 6 : 2,3X 16 +0,125X 26 +0,075X 36 ≤ 90.989 Triwulan 7 : 2,3X 17 +0,125X 27 +0,075X 37 ≤ 99.203 Triwulan 8 : 2,3X 18 +0,125X 28 +0,075X 38 ≤ 69.045

6.3.2 Kendala Taksasi Produksi

Dalam melakukan produksinya, perusahaan mempunyai taksasi perkiraan berapa jumlah produksi yang seharusnya dicapai. Penentuan taksasi tersebut dilakukan oleh Kantor Direksi Perkebunan Widodaren, sesuai dengan kebutuhan pasar akan masing – masing jenis karet olahan tersebut. Taksasi produksi produk karet olahan perbulannya dapat dilihat di tabel 6. Tabel 6. Taksasi Produksi Tahun 2006 dan 2007 Periode RSS 1Kilogram Karet Kering RSS 2Kilogram Karet Kering Triwulan 1 27,102 1,626 Triwulan 2 31,567 1,693 Triwulan 3 28,121 809 Triwulan 4 22,210 1,069 Triwulan 5 26,969 1,110 Triwulan 6 31,887 336 Triwulan 7 31,940 1,816 Triwulan 8 22,685 918 Sumber : Laporan Produksi Perkebunan Widodaren Tahun 2006 dan 2007, diolah. Bagi produk ikutan berupa Cutting A, Kantor Direksi mengasumsikan tidak terdapat sejumlah produksi produk ikutan tersebut karena jumlahnya yang kecil namun pada kenyataannya produk ikutan terdapat pada produk karet olahan. Taksasi produksi tersebut menjadi barometer kinerja masing – masing kebun terhadap kebijakan yang diambil oleh Kantor Direksi PT Jember Indonesia. Berikut adalah fungsi kendala taksasi produksi karet olahan. Produk RSS 1 : Triwulan 1 : X 11 ≤ 27.102 Triwulan 2 : X 12 ≤ 31.567 Triwulan 3 : X 13 ≤ 28.121 Triwulan 4 : X 14 ≤ 22.210 Triwulan 5 : X 15 ≤ 26.969 Triwulan 6 : X 16 ≤ 31.887 Triwulan 7 : X 17 ≤ 31.940 Triwulan 8 : X 18 ≤ 22.685 Produk RSS 2 : Triwulan 1 : X 21 ≤ 1.626 Triwulan 2 : X 22 ≤ 1.693 Triwulan 3 : X 23 ≤ 809 Triwulan 4 : X 24 ≤ 1.069 Triwulan 5 : X 25 ≤ 1.110 Triwulan 6 : X 26 ≤ 336 Triwulan 7 : X 27 ≤ 1.816 Triwulan 8 : X 28 ≤ 918

6.3.3 Kendala Bahan Penolong

Proses pengolahan lateks menjadi RSS 1 membutuhkan bahan penolong yang terdiri dari asam semut untuk mendukung kestabilan PH pada lateks. Pemberian bahan penolong tersebut terjadi di dua tempat yaitu pemberian lateks pada saat lateks baru dikumpulkan dari kebun sadap sedangkan pemberian asam semut terjadi di pabrik pengolahan pada saat lateks masuk ke dalam koaguler bak. Kebutuhan asam semut dibutuhkan 3,25 gram untuk tiap Kilogram Karet Kering. Oleh karena itu, berdasarkan komposisi produksi aktual sebesar 92 persen RSS 1, 5 persen RSS 2 dan 3 persen Cutting A maka nilai koefisien asam semut pada