Penggunaan Tenaga Kerja HOK dan Jam Kerja Mesin Optimal

pada kondisi optimal Perkebunan Widodaren mampu berproduksi menggunakan jumlah tenaga kerja yang lebih efisien daripada kondisi aktual. Tabel 15. Penggunaan HOK Pembekuan dan Pengenceran, Penggilingan, Kamar Asap pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 2006 dan 2007 HOK Pembekuan dan Pengenceran Penggunaan HOK Aktual Penggunaan HOK Optimal SlackSurplus Aktual SlackSurplus Optimal Triwulan 1 44,65 38,43 288,50 294,47 Triwulan 2 51,72 43,81 301,63 308,30 Triwulan 3 43,21 38,02 308,18 313,12 Triwulan 4 35,73 30,73 304,74 309,26 Triwulan 5 36 34,11 292,00 290,68 Triwulan 6 49,23 45,93 307,18 311,95 Triwulan 7 52,54 45,19 300,88 307,77 Triwulan 8 36,80 32,02 304,70 308,61 HOK Penggilingan Aktual Optimal SlackSurplus SlackSurplus Optimal Triwulan 1 80,98 59,72 502,75 513,43 Triwulan 2 89,23 67,21 525,34 537,33 Triwulan 3 79,12 72,56 537,12 546,01 Triwulan 4 64,54 54,89 531,54 539,67 Triwulan 5 65,39 56,91 509,20 506,84 Triwulan 6 88,65 80,21 556,13 564,72 Triwulan 7 93,56 80,21 551,99 564,39 Triwulan 8 64,46 57,31 580,47 487,51 HOK Kamar Asap Aktual Optimal SlackSurplus SlackSurplus Optimal Triwulan 1 53,43 46,31 307,80 314,96 Triwulan 2 61,89 53,61 303,56 311,56 Triwulan 3 53,65 47,90 311,41 317,34 Triwulan 4 43,96 37,01 313,69 319,11 Triwulan 5 44,79 43,98 304,79 303,22 Triwulan 6 61,23 56,57 305,42 311,15 Triwulan 7 62,64 54,65 306,66 314,93 Triwulan 8 43,70 38,01 325,64 330,34 Pada tabel terlihat bahwa antara HOK Pembekuan dan Pengenceran, Penggilingan dan Kamar Asap aktual dan optimal terjadi slack yang besar dari HOK aktual yang menandakan penggunaan HOK jauh dari optimal yang seharusnya.HOK Pembongkaran dan Sortasi dan Pengemasan dapat dilihat pada tabel 16. Tabel 16. Penggunaan HOK Pembongkaran dan Sortasi, Pengemasan pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun 2006 dan 2007 HOK Pembongkaran dan Sortasi Aktual Optimal SlackSurplus Aktual SlackSurplus Optimal Triwulan 1 12,40 10,99 71,40 72,99 Triwulan 2 14, 85 12,54 74,56 76,34 Triwulan 3 12,31 11,31 76,31 77,63 Triwulan 4 10,59 9,81 75,59 76,80 Triwulan 5 10,40 10,04 72,40 72,04 Triwulan 6 14,99 12,55 75,98 77,25 Triwulan 7 14,36 12,12 74,36 76,20 Triwulan 8 10,58 9,74 75,58 76,63 HOK Pengemasan Aktual Optimal SlackSurplus Aktual SlackSurplus Optimal Triwulan 1 12,40 10,99 71,40 72,99 Triwulan 2 14,56 12,54 74,56 76,34 Triwulan 3 12,45 11,31 76,31 77,63 Triwulan 4 19,55 9,81 75,59 76,80 Triwulan 5 10,4 10,04 72,40 72,04 Triwulan 6 14,99 12,55 75,98 77,25 Triwulan 7 14,36 12,12 74,36 76,20 Triwulan 8 10,58 9,74 75,58 76,63 Penggunaan jam kerja mesin pada kondisi optimal diperoleh dari nilai selisih ketersediaan jam kerja mesin dengan nilai slack or surplus. Nilai slack or surplus menunjukkan jumlah jam mesin yang tidak digunakan. Dengan kata lain apabila pada triwulan 1 terdapat surplus sebesar 887,98 jam berarti jumlah jam mesin yang tidak digunakan sebesar 887,98 jam. Data penggunaan jam kerja mesin koaguler bak dan mesin sheeter pada kondisi aktual dan optimal dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Penggunaan Jam Kerja Mesin Koaguler Bak dan Mesin Sheeter Tahun 2006 dan 2007 Jam Mesin Koaguler Bak Aktual Optimal SlackSurplus Aktual SlackSurplus Optimal Triwulan 1 118,04 113,24 771,37 887,98 Triwulan 2 119,25 112,69 781,24 938,86 Triwulan 3 115,35 114,14 834,02 953,08 Triwulan 4 117,81 99,87 856,25 914,51 Triwulan 5 113,28 102,00 820,18 877,12 Triwulan 6 118,03 114,29 781,43 949,63 Triwulan 7 113,86 90,81 824,07 938,51 Triwulan 8 114,71 99,88 800,98 914,08 Jam Mesin Sheeter Aktual Optimal SlackSurplus Aktual SlackSurplus Optimal Triwulan 1 124,61 123,24 782,97 802,47 Triwulan 2 134,21 142,69 791,91 847,95 Triwulan 3 128,98 124,14 734,42 861,49 Triwulan 4 125,50 99,87 812,98 827,46 Triwulan 5 121,02 102,00 800,02 874,64 Triwulan 6 127,11 138,29 792,71 857,70 Triwulan 7 128,03 144,81 794,91 847,56 Triwulan 8 129,87 99,88 800,98 826,98

7.4 Analisis Status Sumberdaya

Tingkat produksi karet olahan dari perkebunan Widodaren ditentukan juga oleh ketersediaan sumberdaya yang dimilikinya.Untuk mencapai kondisi optimal, tingkat produksi akan dibatasi pada ketersediaan sumberdaya yang paling sedikit jumlahnya.Analisis status sumberdaya ini bertujuan untuk mengetahui sumberdaya yang membatasi produksi serta pengaruh penambahan sebelumnya mengenai penggunaan sumberdaya. Besarnya penggunaan sumberdaya dapat dilihat dari besarnya nilai slack atau surplusnya.Sumberdaya yang habis digunakan maka nilai slacknya nol, statusnya sebagai sumberdaya pembatas P yaitu sebagai sumberdaya yang ketersediaannya langka. Sebaliknya bila sumberdaya tersebut masih tersisa atau berlimpah makan nilai slack-nya lebih besar dari nol dan statusnya sebagai sumberdaya bukan pembatas BP, artinya sumberdaya ini tidak habis digunakan pada proses produksi. Nilai slack juga berkaitan dengan besarnya pengaruh penambahan atau pengurangan jumlah ketersediaan sumberdaya bersangkutan habis digunakan atau berstatus pembatas.Sedangkan bila jumlah sumberdaya masih tersisa maka penambahan ketersediaan tidak berpengaruh terhadap nilai fungsi tujuan yaitu kontribusi keuntungan pada Perkebunan Widodaren. Sumberdaya yang menjadi pembatas terdiri dari taksasi produksi RSS 1 dan RSS 2 serta Komposisi Produksi Cutting A. Dual prices dari masing – masing pembatas dapat dilihat pada Lampiran 11. Sumberdaya taksasi produksi RSS 1 menjadi pembatas P dengan dual price 11.147,16, artinya penambahan satu unit taksasi produksi akan menaikkan penerimaan optimal sebesar Rp 11.147,16. Nilai dual price kendala ini setara dengan koefisien pada fungsi tujuan, yang berarti setiap penambahan bahan baku ini pada kondisi yang lain tetap akan menambah nilai optimal. Tabel 18 merupakan rekap analisis status sumberdaya pada Perkebunan Widodaren triwulan 1 tahun 2006.Berdasarkan tabel 20, pembatas utama adalah dengan nilai dual price terbesar yaitu taksasi RSS 1. Selain taksasi produksi RSS 1, taksasi produksi RSS 2 dan Komposisi Produksi Cutting A juga turut menjadi pembatas dalam proses produksi perkebunan Widodaren ini. Pada triwulan 1 dengan menambahkan 1 unit taksasi produksi pada taksasi produksi RSS 2 akan menaikkan penerimaan sebanyak Rp 10.786,- dan menambahkan satuan pada koefisien Komposisi Produksi Cutting A akan menaikkan penerimaan sebanyak Rp 10.716,-