karena tidak akan mengubah fungsi tujuan jika terjadi perubahan sebesar satu satuan. Dari analisis dual juga dapat diketahui sumberdaya mana saja yang
membatasi fungsi tujuan, yaitu dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual 0 atau memiliki nilai slacksurplus = 0. Sumberdaya dengan nilai dual
0 disebut sebagai kendala aktif yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi.
3. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi
tujuan dan analisis sisi kanan fungsi tujuan Right Hand Side. Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang
perubahan koefisien fungsi tujuan Cj yang masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak berubah. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala
menunjukkan selang perubahan nilai ruas kanan kendala bj yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan kondisi feasible awal tidak akan mempengaruhi nilai
dual price kendala bersangkutan dengan parameter lain dipertahankan konstan. 4. Analisis Pasca Optimalitas Post Optimal
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana solusi optimal yang diperoleh jika terjadi perubahan terhadap parameter yang membentuk model.
4.5 Pembentukan model
Masalah optimalisasi produksi untuk waktu perencanaan dirumuskan ke dalam model program linear dengan langkah
– langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Variabel Keputusan Variabel keputusan menunjukkan jumlah penjualan dan produksi setiap
jenis karet olahan diantaranya RSS 1, RSS dan Cutting A dalam satuan Kilogram karet kering.
2. Menentukan Fungsi Tujuan Optimalisasi produksi bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan
perusahaan. Perumusan fungsi dimulai dengan menentukan harga jual dan biaya produksi untuk setiap Kilogram karet kering. Selanjutnya dibentuk persamaan
tujuan dalam model linear yaitu : Memaksimumkan :
Keterangan : Z = Tingkat keuntungan yang ingin dimaksimumkan Rp
Pij = Harga jual jenis produk ke-j triwulan ke - i RpKg karet kering Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i
= triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
Rij = Biaya produksi yang digunakan oleh jenis produk ke – j triwulan ke - i
RpKg karet kering j = Koefisien sumbangan keuntungan per kg produk RpKg karet kering
3 Menentukan Kendala Kendala dalam model program linear untuk optimalisasi produksi karet
olahan RSS I, RSS II dan Cutting A meliputi ketersediaan bahan baku, bahan penolong, ketersediaan jam kerja mesin, ketersediaan tenaga kerja, kapasitas
sarana produksi dan permintaan minimum setiap produk. a. Kendala Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku lateks yang dihasilkan di kebun Widodaren. Kendala bahan baku lateks merupakan keterbatasan pengadaan bahan baku masing
– masing kebun dalam menghasilkan lateks.
Keterangan : aij
= Koefisien penggunaan bahan baku lateks untuk produk ke – i triwulan
ke –j literKg karet kering
Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i =
triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
BB = Ketersediaan bahan baku selama tahun 2006 liter b. Kendala bahan penolong Asam Semut
Dalam melakukan proses produksi pengolahan Ribbed Smoked Sheet RSS 1 dan RSS 2 dibutuhkan bahan penolong dalam pengolahannya yaitu
Formic Acid asam semut . Pemakaian bahan penolong per Kg karet kering
Ribbed Smoked Sheet dan ketersediaan bahan penolong merupakan fungsi kendala bahan penolong.
Keterangan : bij = Penggunaan bahan penolong Asam Semut untuk 1 kg produk ke
– i triwulan ke
– j literKg karet kering. Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i =
triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
BP = Ketersediaan bahan penolong dalam satu tahun liter c. Kendala Taksasi Produksi
Dalam melakukan produksinya, perusahaan selalu menetapkan jumlah taksasi perkiraan yang seharusnya dicapai setiap periode. Taksasi tersebut ditetapkan
oleh Direksi PT Jember Indonesia, berdasarkan produksi periode – periode
sebelumnya.
Keterangan : Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i =
triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
TP = Taksasi Produksi produk ke-i triwulan ke-j Kg Karet Kering
d. Kendala Tenaga Kerja Pabrik Tenaga kerja yang digunakan untuk proses pengolahan disesuaikan dan
terbagi atas tenaga kerja pembekuan lateks, tenaga kerja penggilingan sheet, tenaga kerja kamar asap dan tenaga kerja sortasi dan pengemasan. Tenaga kerja
olahan mempunyai kendala sesuai kebutuhan hari orang kerja dan ketersediaan HOK
untuk masing
– masing
proses pengolahan
Keterangan : cijk = Koefisien kebutuhan jam tenaga kerja bagian ke
– k untuk menghasilkan satu kg karet kering jenis ke
– i jamKg karet kering triwulan ke – j Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i =
triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
Jk = Ketersediaan jam tenaga kerja bagian ke – k pada jam kerja normal untuk
berproduksi selama tahun 2006 jam. e. Kendala ketersediaan jam kerja mesin sarana produksi
Mesin dan kamar pengolahan bahan baku khusus lateks, digunakan berdasarkan kemampuannya dalam melakukan pengolahan terutama dalam hal
ketersediaan waktu yang dimiliki oleh mesin dan kamar tersebut dalam satu periodenya.
Keterangan :
dijk = Koefisien kebutuhan jam kerja mesin bagian ke – k untuk menghasilkan
satu kg karet kering jenis ke – i jamKg karet kering triwulan ke – j
dimana : k = 1 untuk koaguler bak, k = 2 untuk mesin sheeter. Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke
–i yang dihasilkan Kg karet kering di mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i =
triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan 3, 4 = triwulan 4
JMk = Ketersediaan jam kerja mesin pada jam kerja normal selama tahun 2006 jam
f. Kendala Syarat Komposisi Produksi Setiap produksi olahan karet memiliki syarat komposisi yang harus
dipenuhi agar memenuhi standar produksi yang terdapat dalam perusahaan.
Keterangan : fij = Koefisien komposisi produksi untuk menghasilkan satu kg karet kering
jenis ke – j triwulan ke – i.
Xij = Jumlah produk ke-j triwulan ke –i yang dihasilkan Kg karet kering di
mana: j = 1 untuk RSS I, j=2 untuk RSS II, j=3 untuk Cutting A dan i = triwulan, i = 1,2,3,4 dimana : 1 = triwulan 1, 2 = triwulan 2, 3 = triwulan
3, 4 = triwulan 4. 4. Menentukan Model Program Linier
Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk menentukan aktivitas terpilih, tingkat keuntungan yang diperoleh, status sumberdaya serta
analisis sensitivitas dengan bantuan software LINDO dan kalkulator.Setelah
fungsi tujuan dan kendala dirumuskan, langkah selanjutnya adalah menyusun model linear masalah optimalisasi produksi.Setelah dicapai kondisi optimal
dilakukan analisis pasca optimal untuk mengetahui pengaruh perubahan model program linear terhadap solusi optimal awal.
BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Lokasi Perkebunan Widodaren
Perkebunan Widodaren mempunyai areal seluas 646,7172 Ha danterletak di desa Badean kecamatan Bangsalsari kabupaten Jember, telah memiliki Hak
Guna Usaha HGU dari Menteri Dalam Negeri Nomor SK. 48HGUDA75
tanggal 21 Oktober 1975 dan berakhir tanggal 31 Desember 1998.
Perkebunan Widodaren terletak pada Desa Badean dan Selodakon, Kecamatan Bangalsari dan Tanggul, Kabupaten Jember. Dengan jarak ke
kecamatan sebesar 8 km, jarak ke kabupaten sebesar 20 km, dan jarak kebun ke propinsi sebesar 192 km. Adapun batas utara dari Perkebunan Widodaren yakni
Tanah Perhutani, batas Selatan adalah Tanah Perhutani dan Desa Curahkalong, batas Barat adalah Tanah Perhutani, dan Timur adalah Tanah Perhutani dan Desa
Badean. Perkebunan Widodaren memiliki luas sebesar 646,7172 Ha dengan jenis
tanah adalah Latosol dan Regosol dengan elevasi 325 – 590 m dpl. Tipe iklim
pada Perkebunan Widodaren adalah C Smith and Ferguson dengan suhu sebesar 23-24°C.
5.2 Struktur Organisasi Perkebunan Widodaren
Struktur Organisasi Kebun Widodaren memberikan gambaran tugas dan wewenang dari setiap personil yang terkait. Struktur organisasi harus disusun
sesuai dengan urutan dan kebutuhannya. Pimpinan sebagai manusia secara umum
memiliki kemampuan terbatas, karena itu seorang pemimpin tidak dapat melaksanakan tugas secara sendiri tanpa dukungan dari bawahannya, dengan ini
sangat membutuhkan pembagian tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan.
Beberapa jabatan terdapat di dalam struktur organisasi Perkebunan Widodaren, diantaranya adalah :
a. Administratur Secara umum Administratur sebagai pimpinan tertinggi top management
pada suatu kebun, bertanggung jawab kepada Direktur atas jalannya roda perusahaan di kebun tersebut, yang meliputi pelaksanaan fungsi manajemen
merencanakan, mengawasi,
mengarahkan dan
mengevaluasi dengan
memanfaatkan semaksimal mungkin seluruh unsursarana manajemen yang tersedia. Semua kegiatan tersebut ditunjuk untuk mendukung pelaksanaan
Tridarma Perkebunan devisa, tenaga kerja, dan lingkungan hidup dan eksistensi perusahaan sekaligus mengembangkan perusahaan tersebut.
b. Asisten Kepala Askep Asisten Kepala adalah merupakan tenaga kerja pimpinan pelaksanaan di
tingkat kebun, yang bertanggung jawab kepada Administratur atas semua kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pengawasan bidang tanaman. Askep
merupakan koordinator dari seluruh sistem afdeling tanaman dan pembantu utama Administratur dalam kegiatan produki sekaligus sarana dan biaya yang digunakan.