80 Papua. Gambaran tentang pandangan dan dukungan parapihak tersebut disajikan
dalam uraian umum di bawah ini.
5.3.1. Pandangan Parapihak
Terkait Peningkatan
Keberhasilan Penangkaran Buaya di Provinsi Papua
Pada prinsipnya dapat dinyatakan bahwa keberhasilan program pengelolaan populasi di penangkaran merupakan bagian integral dari keberhasilan pengelolaan
populasi di alam. Ini berarti bahwa pelaksanaan pengelolaan penangkaran yang kurang tepat dan tidak berhasil akan berdampak pada ancaman kelestarian
populasi di alam, karena ketergantungan jangka panjang dalam pengambilan anakan dari alam ataupun pemanenan langsung dari alam akan terus terjadi.
Dengan demikian keberhasilan penangkaran buaya menjadi hal mutlak untuk mengurangi bahkan menghindari ancaman pemanfaatan langsung dari alam.
Berdasarkan hasil
penelitian terhadap
implementasi pengelolaan
penangkaran buaya seperti diuraikan pada bagian terdahulu, diketahui bahwa ada tiga hal pokok dalam pengelolaan penangkaran pola pembesaran yang masih
memerlukan perbaikan pengelolaannya, yakni: 1 penangkapan anakan dari alam, 2 pengelolaan kegiatan teknis dalam upaya mempercepat pembesaran buaya di
dalam penangkaran, dan 3 jumlah buaya yang dapat dimanfaatkan sebagai hasil penangkaran. Secara teknis, dari ketiga hal pokok tersebut ditemukan bahwa
dalam praktek penangkapan anakan masih dilakukan secara tradisional dengan ukuran panjang badan anakan buaya yang ditangkap umumnya menyalahi standar
ukuran yang ditetapkan pemerintah yakni 80 cm. Adapun pada hal yang kedua terkait dengan pengelolaan kegiatan teknis penangkaran ternyata masih ditemukan
permasalahan utama adalah terkait dengan pengelolaan pakan baik jumlah
maupun mutunya, sehingga berdampak pada lambatnya kecepatan pertumbuhan anakan buaya untuk mencapai usia atau ukuran potong ekonomi yakni
membutuhkan waktu 4-5 tahun. Ketersediaan kapasitas sumberdaya manusia sebagai pengelola yang masih rendah baik di tingkat plasma maupun penangkaran
inti juga merupakan bagian dari permasalahan teknis yang dihadapi dalam pengelolaan penangkaran di Papua. Oleh karena itu pembahasan pandangan
81 parapihak terhadap upaya peningkatan keberhasilan penangkaran lebih ditekankan
hal-hal tersebut di atas. Hasil analisis terhadap berbagai pandangan parapihak yang diperoleh dari
hasil wawancara dan diskusi, diketahui setidaknya ada dua hal penting yang menjadi penekanan dari parapihak untuk ditingkatkan agar pengelolaan
penangkaran buaya muara di Propinsi Papua dapat lebih berhasil. Kedua hal pokok yang menjadi penekanan dari pandangan parapihak tersebut, adalah: a
penguatan kerjasama pengelolaan penangkaran, dan b peningkatan kapasitas pengetahuan konservasi dan keterampialn teknis pengelolaan penangkaran buaya.
Deskripsi umum dari kedua hal tersebut sebagai berikut:
a. Penguatan Kerjasama Pengelolaan Penangkaran Buaya di Provinsi Papua
Pada dasarnya keberhasilan pengelolaan dan pengembangan penangkaran buaya di Propinsi Papua merupakan bagian dari tanggungjawab bersama
parapihak. Untuk itu diperlukan penguatan kerjasama dengan fokus pada perbaikan beberapa hal teknis yang masih menjadi permasalahan dalam
pengelolaan penangkaran buaya seperti disebutkan di atas, yakni terkait dengan pengawasan terhadap penangkapan anakan buaya muara, dukungan penyediaan
pakan buaya di penangkaran dan pengangkutantransportasi anakan buaya dari plasma ke penangkaran inti di Jayapura. Rangkuman pandangan parapihak terkait
upaya penguatan kerjasama pengelolaan penangkaran terhadap ketiga hal tersebut sebagai berikut:
1 Penguatan kerjasama pengawasan lalu lintas pemanfaatan buaya muara dari alam di Provinsi Papua
Parapihak berpandangan bahwa dalam rangka menjamin kelestarian populasi buaya di habitat alaminya, maka salah satu langkah penting yang harus
dilakukan sebagai bagian dari pengembangan penangkaran buaya adalah kerjasama pengawasan terhadap kegiatan penangkapan anakan buaya di alam dan
lalu lintas pemanfaatan buaya muara di Propinsi Papua. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa didalam kegiatan penangkapan anakan buaya untuk
penangkaran oleh plasma penangkap maupun pengumpulannya ternyata menyalahi aturan tentang ketentuan batas ukuran panjang badan anakan buaya