89 PHKA 2001. Apabila hal ini terjadi maka pemberlakuan kebijakan
pengembangan penangkaran buaya pola pembesaran menjadi terlarang. Artinya tidak lagi diperbolehkan pemanfaatan buaya secara langsung dari
alam, atau hanya diijinkan dari hasil captive breeding sebagaimana dimaksud dalam resolusi 10.16. Oleh karena itu, perlu dibenahi system manajemen
pelaporan dan monitoring pelaksanaan penangkaran pola pembesaran, baik pada setiap unit usaha penangkaran maupun oleh pemerintah yakni Ditjen
PHKA sebagai pemegang otoritas pengelolaan management authority.
Perbaikan manajemen data pemanenan buaya dari habitat alam melalui perbaikan monitoring manajemen data buaya tangkapan di setiap unit usaha
penangkaran buaya pola pembesaran. Secara teknis pemantauan data kondisi populasi di alam menghadapi banyak kesulitan dan memerlukan dukungan
sumberdaya yang besar baik dana, waktu maupun SDM. Oleh karena itu system manajemn data buaya hasil tangkapan secara akurat di setiap unit
usaha penangkaran dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat gambaran perkembangan kondisi populasi buaya di habitat alam sekaligus sebagai salah
satu sarana untuk survei populasi buaya Ditjen PHKA 2001. Dengan demikian, upaya perbaikan sistem manajemen data hasil tangkapan buaya di
setiap unit usaha penangkaran buaya akan sangat membantu ketersediaan data dan informasi yang akurat, sekaligus dapat digunakan sebagai data dan
informasi ilmiah mengenai gambaran kondisi populasi buaya, habitat buaya dan dasar penetapan kuota tangkap untuk pemanfaatan buaya secara langsung
maupun untuk keperluan penangkaran.
b. Perbaikan Manajemen Pemanfaatan Buaya Secara
Lestari atau
Berkelanjutan sustainable use
Harus diakui bahwa masih banyak anggota masyarakat kita di desa-desa khususnya di Papua yang menggantungkan pemenuhan kebutuhan protein
hewaninya dari memanfaatkan daging segar bush meat dari satwaliar dengan cara berburu di habitat alaminya, begitu pula halnya dengan pemanfaatan buaya.
Sebagai sumberdaya alam maka buaya juga dipandang sebagai sumberdaya yang memiliki sifat terbuka untuk diakses open access oleh masyarakat luas, sehingga
90 secara
umum setiap pemanfaat cenderung berperilaku
bebas untuk memanfaatkannya dengan bebas memanen semua buaya yang ditemukannya di
alam Prianto 2011. Meskipun buaya juga telah ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi, sehingga dalam pemanfaatannya pun telah diatur dengan peraturan
tertentu seperti penetapan batas ukuran yang boleh dipanen dan jumlah kuota serta wilayah penangkapannya.
Fakta menunjukkan masih terjadi penyimpangan praktek pemanfaatannya di lapangan, yang dapat berdampak luas terhadap ancaman kelestarian populasi di
alam dan keberlanjutan pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat seperti fenomena penyimpangan penangkapan anakan buaya yang ditemukan dalam
penelitian ini. Oleh karena itu diperlukan usaha perbaikan manajemen pemanfaatan buaya secara lestari, melalui peningkatan kesadaratahuan
masyarakat, penguatan pengetahuan dan keterampilan pelaku pemanfaatan buaya plasma dan penagkar, penegakan hukum dan aturan main pemanfaatan buaya.
Hal ini menjadi penting karena pemanfaatan secara benar sesuai prinsip- prinsip pemanfaatan lestari, selain membuka harapan tersedianya lapangan
pekerjaan dan peluang usaha yang luas, secara berkelanjutan juga dapat menjamin kelestarian populasinya di alam. Nilai komersil buaya tersebut memberi manfaat
bagi banyak pihak, sehingga upaya perbaikan manajemen pemanfaatannya secara lestari menjadi hal mutlak. Penguatan kapasitas pengetahuan dan pelibatan aktif
masyarakat lokal dengan sistem PIR didalam pengembangan manajemen pemanfaatan buaya secara lestari, diharapkan dapat mengendalikan pola
pemanfaatan langsung buaya di alam yang cenderung tanpa kendali dan menyimpang dari ketentuan yang berlaku. Juga menjadi bentuk penghargaan dan
pengakuan keberadaannya untuk secara bersama-sama berperan didalam usaha menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat dan pembangunan nasional. Peran
pemerintah sebagai pemegang otoritas pengelolaan management authority sumberdaya alam terutama didalam merumuskan kebijakan, menentukan aturan
regulasi yang tepat dan pengawasan serta penegakan hukum law enformcment terkait pemanfaatan buaya, akan berdampak positif terhadap jaminan kelestarian
populasi buaya di alam dan keberlanjutan pemanfaatannya bagi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan nasional.