27
3.2.2. Proses Pengelolaan dan Pengolahan Produk Penangkaran
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa visi awal pengembangan usaha penangkaran buaya ini oleh manajemen CV BM, dimaksudkan untuk
mengembangkan penangkaran buaya pola pembiakan captive breeding. Melalui pola ini diharapkan dapat dihasilkan telur danatau anakan sebagai hasil
perkawinan atau reproduksi induk buaya di dalam penangkaran. Telur-telur yang dihasilkan buaya selanjutnya ditetaskan dengan bantuan mesin penetas, kemudian
anakan buaya hasil tetasan ini dibesarkan dalam penangkaran untuk dimanfaatkan hasilnya setelah mencapai usia atau ukuran potong ekonomis. Oleh karena itu
sejak awal pendiriannya, manajemen CV BM telah menyiapkan mesin tetas telur berkapasitas tampung dalam jumlah yang banyak.
Dalam perkembangannya, ternyata usaha penetasan telur dengan mesin tetas belum berhasil. Salah satu faktor yang diduga sebagai penyebab kegagalan
tersebut adalah tipisnya cangkang telur tersebut sehingga mudah pecah Abraham K. 23 April 2012, komunikasi pribadi. Akibat dari kegagalan penetasan telur
tersebut, maka unit manajemen CV BM mengambil keputusan untuk memfokuskan pengembangan penangkarannya dengan pola pembesaran, yakni
menangkapmengumpulkan anakan buaya dari alam kemudian dibesarkan hingga mencapai usia atau ukuran panen ekonomis sesuai standar perdagangannya.
Ada dua jenis buaya yang direncanakan untuk ditangkarkan oleh CV BM, yakni buaya muara C.porosus dan buaya irian C. novaguinea, dimana proporsi
buaya muara yang lebih banyak dipelihara. Khususnya buaya muara ditangkap dari zona Mambaremo sebagai daerah yang ditetapkan pemerintah sebagai areal
penangkapan CV BM 2009. Penangkapan anakan buaya dilakukan oleh plasma penangkap dan dikumpulkan oleh plasma pengumpul. Plasma pengumpul
mengumpulkan anakan dan kulit buaya dari masyarakat plasma penangkap setelah adanya kesepakatan harga. Pengumpulan kulit buaya dibatasi pada ukuran
lebar 30.48-50.8 cm atau 12-20 inchi, sedangkan anakan untuk pembesaran berukuran panjang badan 80 cm. Anakan tersebut selanjutnya dikirimkan oleh
plasma pengumpul ke penangkaran inti di Entrop Jayapura untuk selanjutnya dibesarkan hingga mencapai usia potong ekonomis yakni dengan panjang badan
minimal 150 cm.
28
Untuk keperluan pemanenan saat buaya hasil pembesaran dalam penangkaran telah mencapai usia danatau ukuran ekonomis, unit manajemen CV
BM mengajukan permohonan ijin potong kepada BBKSDA Papua. Pengajuan surat permohonan sebagi ijin potong ini sebagai dokumen resmi untuk pengiriman
kulit buaya tersebut ke unit produksi pengolahan kulit CV BM di Jakarta. Pada unit produksi pengolahan, kulit buaya selain diproduksi sebagai wet blue kulit
setengah jadi, juga diolah lagi menjadi barang jadi seperti sepatu, tas, dan ikat pinggang, untuk kemudian diekspor ke luar negeri sebagai komoditas bernilai
ekonomi tinggi.
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di penangkaran buaya muara CV Bintang Mas CV BM di Jayapura, Papua. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan
bahwa unit usaha ini sudah cukup lama beroperasi, memiliki manajemen lebih baik dibanding dua unit penangkaran lainnya CV Sedaro dan PT Lucas Croco
dengan skala usaha pemeliharaan buaya dalam penangkarannya yakni 10 000 ekor Hardjanto Masy’ud 1991. Berdasarkan pertimbangan tersebut, CV BM
secara teknis dipandang representatif menjadi subyek penelitian ini untuk mendapatkan gambaran umum tentang praktek pelaksanaan penangkaran buaya
muara pola pembesaran di Provinsi Papua. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan terhitung bulan Maret–Juni
2012, mulai dari tahap survei pendahuluan, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta penyusunan hasil penelitian.
4.2. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 4.2.1. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dibedakan menjadi kelompok data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang dibutuhkan langsung untuk
keperluan analisis, mencakup dua kelompok data utama yakni data yang terkait dengan praktek penangkaran buaya pola pembesaran Tabel 1 dan data yang
terkait dengan keberhasilan penangkaran buaya muara pola pembesaran Tabel 2. Kebutuhan adalah data dukungan parapihak stakeholders untuk meningkatkan
keberhasilan dan keberkeberlanjutan usaha penangkaran buaya muara di Propinsi Papua Tabel 3. Data sekunder diperoleh dari dokumen yang dipublikasikan
pihak-pihak terkait berupa buku, laporan hasil penelitian, serta data pendukung lainnya terkait pengelolaan penangkaran buaya muara peraturan perundangan,
kebijakan dan praktek-praktek penangkaran satwa reptil. Jenis data primer untuk tujuan mendeskripsikan penguasaan dan praktek
pengelolaan penangkaran buaya muara di Provinsi Papua disajikan pada Tabel 1.
30 Tabel 1 Kebutuhan data terkait penguasaan pengetahuan dan penerapan teknis
pengelolaan penangkaran
No. Kebutuhan Data
1.
Pengumpulan bibit buaya meliputi:
Jumlah perolehan anakan, ukuran badan anakan, pengelolaan anakan dari plasma hingga penangkaran
inti
2. Perkandangan meliputi:
Bentuk perkandangan, jenis kandang, bahanmateri penyusun kandang, jumlah kandang, fasilitas kandang,
ukuran kandang, kapasitas tampung kolamkandang
3. Pengelolaan pakan
meliputi: Jenis, jumlah, waktu, frekuensi, cara penyediaan,
bentuk penyajian, penambahan suplemen dan vitamin.
4.
Perawatan kesehatan dan pengendalian
penyakit meliputi: Jenis penyakit, penyebab penyakit, cara pencegahan,
cara pengobatan, frekuensi tindakan pencegahan penyakit, tenaga ahli
5. Jumlah individu dan
kelompok umur meliputi:
Distribusi kelompok umur, jumlah individu buaya mati, jumlah individu buaya bertahan hidup, pertum-
buhan badan buaya tangkar
6
Kewajiban Restocking Bentuk tindakan penyiapan buaya dalam rangka release
7
Sarana pendukung meliputi:
- Ketenagakerjaan sumberdaya manusia : Jenis pekerjaan, jumlah tenaga kerja, latar belakang
pendidikan, asal tenaga kerja, - Sarana prasarana : jumlah dan kondisinya
Jenis data yang dibutuhkan untuk tujuan kedua, disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Kriteria dan indikator penilaian tingkat keberhasilan penangkaran pola
pembesaran di Propinsi Papua
No Prinsip P, Kriteria K dan Indikator I
Bobot 1.
P.1
Keberhasilan kegiatan
pembesaran buaya
dalam penangkaran Nilai total = 65
K.1.1 Teknis
35
I.1.
Manajemen penangkapan anakan buaya untuk keperluan pembesaran di penangkaran penangkapan anakan, pengelolaan
di penampungan plasma, pengiriman ke penangkaran inti
I.2
Pengelolaan pakan
I.3
Pengelolaan kesehatan
K.1.2. Biologis
30
I.4.
Tingkat prosentase kematian dari anakan hingga umur panen data time series tiga tahun
I.5.
Lama pemeliharaanpembesaran dari anakan hingga umur panen data time series tiga tahun
I.6.
Ukuran Panjang badan buaya dan lebar kulit pada usia panen data time series tiga tahun
31 Tabel 2 Lanjutan
No Prinsip P, Kriteria K dan Indikator I
Bobot 2.
P.2
Keberhasilan pengembangan pengelolaan penangkaran buaya Nilai Total = 35
K.2.1 Sarana Prasana
25
I.7.
Kelayakan sarana prasarana
I.8.
Ketersediaan tenaga inti penangkaran
I.9.
Penandaan dan pelaporan
K.2.2. Sosiallingkungan
10
I.10.
Prosentase serapan tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi penangkaran data time series 3 tahun
I.11.
Dukungan lingkungan sekitar lokasi penangkaran berupa dukung keamanan usaha maupun lingkungan unit usaha
penang-karan data time series 3 tahun
I.12.
Prosentase terbukanya lapangan kerja di lingkungan sekitar lokasi penangkaran time series
Jumlah total bobot 100
Jenis data yang dibutuhkan untuk tujuan ketiga, disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jenis data penelitian terkait dukungan para pihak bagi keberhasilan dan
keberlanjutan penangkaran pola pembesaran di Propinsi Papua
No. Jenis Data
1.
Tindakan kerjasama, peningkatan pengetahuan dan kesadaran konservasi,
bentuk pengelolaan dan pemanfaatan lestari
2.
Harapan
4.2.2. Metode Pengumpulan Data 1. Penguasaan pengetahuan dan penerapan teknis pengelolaan penangkaran
Kebutuhan data penguasaan pengetahuan dan penerapan teknis pengelolaan penangkaran Tabel 1, dikumpulkan melalui observasi lapang dan wawancara
pada animal keeper dan petugas lainnya yang berkompeten dengan pelaksanaan teknis penangkaran tersebut.
Wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Untuk melengkapi data dan informasi yang ada dilakukan studi literatur dan
telaahan dokumen berupa laporan pelaksanaan pengelolaan penangkaran perusahaan, laporan hasil penelitian, buku serta dokumen lainnya terkait
pelaksanaan aspek teknis pengelolaan penangkaran khususnya buaya muara.
32
2. Tingkat keberhasilan penangkaran
Kebutuhan data tingkat keberhasilan penangkaran pola pembesaran di Propinsi Papua, dikumpulkan dengan cara melakukan observasi langsung
terhadap praktek penangkaran yang dilakukan pada unit manajemen di lapang dan wawancara mengenai pengelolaan penangkaran serta telaah dokumen laporan-
laporan berupa jumlah anakan buaya yang ditangkarkan, jumlah kematian, ukuran pertumbuhan badan dan lingkar dada, serta rata-rata lama waktu untuk
mencapai ukuran potong ekonomis. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data tersebut menjadi penilaian
tingkat keberhasilan kegiatan pembesaran dan keberhasilan pendukung penangkaran, kedua penilaian keberhasilan itu merupakan keberhasilan
penangkaran. Penilaian ini berdasarkan kriteria dan indikator penilaian yang telah disusun.
Penilaian tingkat keberhasilan penangkaran melibatkan responden sebagai penilai yang berasal dari dua lingkungan untuk mendapatkan penilaian
keberhasilan penangkaran secara proporsional dari lingkungan yang berbeda. Adapun responden penilai tersebut adalah: 1 unsur non kehutanan meliputi
unsur pemerintah diwakili Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Kota Jayapura, unsur dunia usaha dari APPBI dan peneliti; dan 2 unsur Kehutanan diwakili oleh
Dinas Kehutanan dan Konservasi Dishutkon Provinsi Papua, pemerhati konservasi buaya dan BBKSDA Papua. Pemilihan perwakilan penilai ini
dilakukan dengan pertimbangan bahwa penilai-penilai tersebut sebagai responden yang dinilai memahami kondisi penangkaran buaya muara dan pertimbangan
keterkaitannya dengan tugas pokok dan fungsi Dephut 2006.
3. Dukungan para pihak pada keberhasilan dan keberlanjutan progam pembesaran buaya
Data dan informasi ini dikumpulkan dengan cara wawancara indepth interview terhadap para pihak stakeholders. Identifikasi dan pemilihan para
pihak sebagai responden ditetapkan secara bersengaja purposive sampling yakni mereka yang dipandang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan
pengembangan penangkaran buaya di Provinsi Papua baik dari unsur pengelola, masyarakat maupun pemerintah.